BAGIAN 5

208 16 0
                                    

"Anak Muda, siapa kau sebenarnya?" Singa Gurun malah melontarkan pertanyaan. Nada suaranya terdengar begitu dalam.
"Namaku Rangga. Aku hanya pengembara yang berasal dari Karang Setra. Dan aku salah seorang ksatria Karang Setra," sahut Rangga tegas. "Kalau kau tidak mampu menghadapiku, jangan harap bisa bertemu Raja Karang Setra. Karena kau akan berhadapan dengan para ksatria Karang Setra yang kemampuannya lebih tinggi dariku."
"Hm... Sikap dan cara bicaramu menunjukkan kalau kau bukan seorang ksatria biasa. Aku yakin, kau seorang putra bangsawan. Atau...," Singa Gurun tidak melanjutkan ucapannya.
Sedangkan Rangga jadi terdiam membisu. Sungguh tidak disangka kalau orang yang berada di depannya ini bukan hanya memiliki kepandaian tinggi, tapi juga mampu menilai seseorang dari segala sudut pandang. Bahkan Rangga sudah bisa menduga kalau Singa Gurun ini tidak akan percaya begitu saja dengan keterangan yang diberikannya tadi.
"Kau tidak berkata yang sebenarnya, Anak Muda. Aku ingin tahu, sampai di mana kekerasan kepalamu," desis Singa Gurun dingin menggetarkan. Dan selesai berkata begitu, Singa Gurun langsung menggerakkan kedua tangannya untuk membuka jurus kembali.
Sedangkan Rangga hanya diam saja memperhatikan, dengan mata tidak berkedip sedikit pun juga. Dia tahu, laki-laki yang tidak kelihatan wajahnya ini akan mengerahkan jurus-jurus ampuh andalannya. Paling tidak untuk mendesak agar Pendekar Rajawali Sakti ini mau mengakui terus terang tentang dirinya.
Entah apa yang mendesak Singa Gurun berlaku seperti itu. Tapi yang jelas, kedua kepalan tangannya sudah terlihat berwarna merah membara seperti terbakar. Seketika Rangga jadi terhenyak kaget. Kedua tangan yang membara itu sama seperti bila dia mengerahkan jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' tingkat terakhir. Tapi gerakan-gerakan Singa Gurun ini memang berbeda. Dan di saat Pendekar Rajawali Sakti tengah tertegun, tiba-tiba saja Singa Gurun sudah berteriak lantang menggelegar sambil cepat menghentakkan kedua tangannya.
"Yeaaah...!"
Slap!
"Heh...?! Hup!" Rangga jadi tersentak kaget setengah mati. Cepat-cepat dia melompat ke atas, menghindari serangan yang sangat dahsyat itu. Hingga pukulan jarak jauh yang dilancarkan Singa Gurun hanya menghantam tanah kosong, tempat tadi Pendekar Rajawali Sakti berdiri.
Begitu dahsyatnya pukulan jarak jauh itu, membuat tanah yang terkena hantamannya seketika itu juga terbongkar, menimbulkan ledakan dahsyat menggelegar. Sementara Rangga sendiri harus berputaran beberapa kali di udara, sebelum menjejakkan kakinya kembali di tanah dengan mantap.
"Hiyaaa...!"
Tapi belum juga Pendekar Rajawali Sakti bisa menegakkan tubuhnya, Singa Gurun sudah melancarkan serangannya kembali. Tangan kirinya cepat dihentakkan ke depan dengan pengerahan tenaga dalam tinggi. Seketika cahaya merah yang membara seperti api membakar tangannya melesat begitu cepat bagai kilat menerjang ke arah Pedekar Rajawali Sakti.
"Hap!" Tapi kali ini Rangga hanya memiringkan tubuhnya sedikit, hingga serangan Singa Gurun kembali tidak menemui sasaran. Dan saat itu juga, Rangga langsung meliukkan tubuhnya. Lalu cepat sekali tangan kanannya ditarik hingga sejajar pinggang. Dan dengan kecepatan bagai kilat tangannya dihentakkan ke depan, sambil berteriak keras sambil menegakkan tubuh kembali.
"Yeaaah...!"
Splash..!
Seleret sinar merah seketika itu juga melesat cepat sekali, meluruk deras mengarah ke dada Singa Gurun. Saat itu laki-laki berbaju serba hitam ini jadi terperanjat setengah mati. Tidak disangka kalau pemuda tampan yang menjadi lawannya ini bisa mengimbangi serangannya dengan jurus yang hampir serupa. Maka cepat-cepat dia melompat ke belakang sambil memutar tubuhnya sekali. Sehingga cahaya merah yang melesat bagai kilat itu lewat sedikit di dalam gulungan putaran tubuh Singa Gurun ini, dan langsung menghantam sebatang pohon yang berada tepat di belakangnya. Seketika itu juga pohon yang sangat besar itu hancur berkeping-keping menimbulkan ledakan dahsyat menggelegar.
"Dari mana kau dapatkan jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali', Anak Muda...?!" bentak Singa Gurun tiba-tiba.
"Heh...?!" Kali ini Rangga benar-benar tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya, mendengar bentakan lawannya. Sungguh tidak disangka kalau Singa Gurun bisa mengetahui jurus yang dikerahkannya. Padahal Pendekar Rajawali Sakti sama sekali tidak menyebutkannya. Tapi ternyata Singa Gurun bisa cepat mengetahuinya dan tepat sekali.
"Jawab pertanyaanku, Anak Muda. Dari mana kau peroleh jurus dahsyat itu?" tanya Singa Gurun lagi dengan suara diperhalus.
"Dari guruku," sahut Rangga, agar datar nada suaranya terdengar.
"Gurumu...? Siapa gurumu?" desak Singa Gurun.
Dan Rangga tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya, dari mana mendapatkan jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' yang tadi digunakan.
"Baik, Anak Muda. Kalau kau tidak ingin mengatakannya, terpaksa aku harus mendesakmu agar bicara," desis Singa Gurun dingin.
Dan belum juga Rangga bisa membuka suara, Singa Gurun sudah melesat cepat sekali menyerang Pendekar Rajawali Sakti ini dengan jurusnya yang cepat dan dahsyat. Dan Rangga terpaksa harus berjumpalitan menghindarinya. Beberapa kali pukulan yang dilancarkan Singa Gurun tidak bisa dihindari. Hingga Rangga terpaksa harus memapaknya dengan pengerahan tenaga dalam sempurna.
Dan setiap kali mereka beradu tenaga dalam, tampak Singa Gurun melenguh kecil sambil mengeluarkan gerengan seperti seekor singa. Sedangkan Rangga sendiri selalu merasakan getaran yang hebat setiap kali menahan pukulan lawannya. Dan kini Pendekar Rajawali Sakti sudah bisa tahu, sampai di mana tingkat kekuatan tenaga dalam yang dimiliki Singa Gurun. Dan Rangga kini tidak mau lagi gegabah memapak setiap serangan yang dilancarkan Singa Gurun.
Dia berusaha terus menghindar, sambil sesekali melancarkan serangan balasan yang tidak kalah dahsyatnya. Kali ini Rangga terpaksa harus mengeluarkan rangkaian lima jurus 'Rajawali Sakti' yang dipadukan menjadi satu. Begitu cepat pergantian setiap jurusnya, membuat seakan-akan lima jurus itu hanya menjadi satu jurus saja. Tapi setiap kali Pendekar Rajawali Sakti melancarkan serangan balasan, Singa Gurun jadi kelabakan menghindarinya. Dan beberapa kali terpaksa harus memapak serangan yang dilancarkan Pendekar Rajawali Sakti.
Jurus demi jurus berlalu cepat. Tanpa terasa pertarungan sudah berlangsung lebih dari lima belas jurus. Tapi belum ada tanda-tanda kalau pertarungan akan berakhir. Mereka terus melepaskan serangan-serangan dahsyat dan cepat luar biasa. Hingga gerakan-gerakan mereka jadi sulit diikuti pandangan mata biasa. Dan hanya kelebatan bayangan putih serta hitam saja yang terlihat saling menyambar dan menghindar.
Teriakan teriakan keras pun bagai hendak memecah kesunyian malam ini, disertai ledakan keras menggelegar yang terdengar sesekali, setiap kali mereka saling beradu kekuatan tenaga dalam. Percikan bunga api dan kilatan cahaya merah menyebar ke segala arah. Entah berapa puluh pohon yang sudah rum bang akibat terkena sasaran dari pukulan serta tendangan dahsyat yang tidak tepat mengenai sasaran.
Bahkan tidak sedikit baru-batu yang hancur terkena sambaran pukulan mereka. Debu berterbangan ke angkasa, bercampur daun-daun kering. Begitu dahsyat pertarungan itu, membuat hutan yang menjadi tempat ajang pertarungan jadi porak poranda, bagai diterjang amukan puluhan ekor gajah.
"Hup! Yeaaah...!"
Tiba-tiba saja terlihat bayangan hitam berkelebat cepat sekali keluar dari ajang pertarungan itu. Dan pada saat yang bersamaan, terlihat Rangga juga menghentikan pertarungannya. Dan kini mereka terlihat berdiri saling berhadapan dengan jarak sekitar satu setengah batang tombak. Tidak ada seorang pun yang membuka suara lebih dulu. Dengusan napas mereka begitu cepat memburu.
Kali ini Rangga benar-benar mendapatkan lawan tangguh, hingga terpaksa harus menguras seluruh kemampuan yang dimilikinya. Keringat terlihat menitik keluar membasahi sekujur tubuhnya.
Tapi tidak berbeda jauh keadaannya dengan Singa Gurun yang juga merasa kalau lawannya kali ini sangat tangguh luar biasa. Dan sepertinya dia sudah kehilangan akal untuk bisa mengalahkan pemuda yang menjadi lawannya. Sedangkan sudah hampir semua jurus tingkat tinggi yang dimiliki dikeluarkan dalam pertarungan tadi. Tapi belum juga bisa mendesak Pendekar Rajawali Sakti. Singa Gurun merasa kalau akan mendapat kesulitan untuk menjatuhkan lawannya. Bahkan menjadi ragu apakah mampu mengalahkan pemuda tampan berbaju rompi putih yang mengaku bernama Rangga, ksatria dari Karena Setra ini.
"Aku tawarkan perjanjian padamu, Anak Muda...," kata Singa Gurun memecah kebisuan yang terjadi di antara mereka.
"Hm, apa tawaranmu?" sambut Rangga datar.
"Kita tentukan, siapa di antara kita berdua yang lebih unggul...."
"Lalu...?"
"Yang lebih unggul, bisa meminta apa saja. Nyawa sekalipun harus diserahkan. Atau yang lebih pahit lagi, yang kalah menjadi budak seumur hidup. Bagaimana ..?" Singa Gurun langsung menawarkan.
Sejenak Rangga jadi terdiam mendengar tawaran yang dirasakan sangat berat. Kalau saja kepandaian Singa Gurun berada jauh di bawahnya, sudah tentu tawaran akan langsung diterima. Tapi Rangga sudah bisa mengukur sampai di mana tingkat kepandaian Singa Gurun ini. Dan dia tidak bisa bertindak gegabah dalam merentukan sikap. Tawaran itu memang sangat berat. Tapi bagi seorang pendekar, sangat pantang untuk menolaknya.
"Baik! Tawaranmu kuterima," sahut Rangga memutuskan.
"Bagus! Sekarang gunakan seluruh kepandaianmu, Anak Muda. Gunakan senjata yang kau miliki," kata Singa Gurun mantap.
"Kau tidak bersenjata, Ki. Pantang bagiku menggunakan senjata terhadap lawan yang tidak bersenjata," sahut Rangga tidak kalah tegasnya.
"Kau memang memiliki jiwa ksatria, Anak Muda. Aku memujimu setulus hati. Tapi sayang, aku tidak memiliki senjata satu pun juga," kata Singa Gurun tulus.
"Kalau begitu, aku juga tidak akan menggunakan senjata," balas Rangga. Tanpa membuang waktu lagi, Rangga segera melepaskan pedang pusaka yang sejak tadi tersampir di punggung. Dan hati-hati sekali dia meletakkannya di bawah pohon. Kemudian kakinya melangkah menghampiri lawannya. Dan langkahnya baru berhenti setelah jaraknya tinggal sekitar lima tindak lagi. "Kita teruskan pertarungan dalam jurus, atau akan menggunakan ilmu kesaktian, Ki...?" tanya Rangga menawarkan.
"Hm.... Sebaiknya gunakan saja ilmu kesaktian," sahut Singa Gurun langsung memilih.
"Baik..."
Dan mereka kini tidak ada lagi yang berbicara, saling berdiri berhadapan dengan jarak sangat dekat.
Saat Singa Gurun mulai bergerak menyiapkan ilmu kesaktian, Rangga langsung merapatkan kedua telapak tangan di depan dada. Dan perlahan kedua kakinya direnggangkan ke samping. Lalu tubuhnya bergerak meliuk ke kiri, dan perlahan-lahan ditarik hingga miring ke kanan. Dan ketika tubuhnya kembali tegak dengan kedua kaki masih merentang lebar, tampak semburat cahaya biru memancar dari kedua telapak tangan Pendekar Rajawali Sakti yang menyatu rapat di depan dada. Perlahan-lahan Rangga kembali merapatkan kedua kakinya.
Sedangkan Singa Gurun tampaknya juga sudah siap dengan ilmu kesaktian pemungkasnya. Seluruh tubuhnya kini memancarkan cahaya merah yang membara. Seakan-akan seluruh tubuhnya mengeluarkan api yang panas menyengat. Begitu panasnya, Rangga merasa dirinya seperti berada di dalam lingkungan api yang berkobar bagai hendak menghanguskan seluruh tubuhnya.
Dan untuk beberapa saat, mereka kembali terpaku diam dalam suasana yang begitu tegang mencekam.
"Bersiaplah, Anak Muda! Hiyaaa...!"
"Aji Cakra Buana Sukma... Yeaaah...!"
Secara bersamaan mereka saling membentak keras menggelegar dengan kedua tangannya sama-sama menghentak ke depan disertai pengerahan ilmu kesaktian masing-masing. Seketika itu juga, dua cahaya yang saling berlawan melesat cepat bagai kilat, hingga bertemu tepat di tengah-tengah. Dan....
Glarrr...!!!
Satu ledakan dahsyat seketika itu juga terjadi, tepat ketika cahaya merah yang memancar dari kedua telapak tangan Singa Gurun berbenturan dengan cahaya biru yang memancar dari kedua telapak tangan Rangga. Tampak mereka sama-sama terdorong ke belakang. Tapi Rangga hanya bergeser satu langkah saja ke belakang. Sedangkan Singa Gurun sampai terdorong lima langkah. Sementara cahaya merah yang memancar menyelimuti tubuhnya seketika berpendar ke segala arah.
"Hiyaaa...!"
Pada saat itu juga, Rangga kembali menghentakkan kedua tangannya ke depan, sambil berteriak keras menggelegar bagai guntur membelah angkasa. Dan seketika itu juga, cahaya biru yang memancar dari kedua telapak tangannya meluruk bagai kilat ke depan. Begitu cepat lesatannya, membuat Singa Gurun tidak sempat lagi menghindarinya. Terlebih lagi dia masih berusaha menguasai keseimbangan tubuhnya. Hingga tidak pelak lagi, cahaya biru yang memancar dari telapak tangan Pendekar Rajawali Sakti langsung menghantam tubuhnya.
Splash!
"Akh...!" Singa Gurun jadi terpekik, dengan tubuh terpental ke belakang sejauh satu batang tombak. Tapi dia tetap berdiri tegak, walaupun seluruh tubuhnya kini terselubung cahaya biru yang terus memancar dari kedua telapak tangan Pendekar Rajawali Sakti.
"Ikh...?!" Singa Gurun jadi terperanjat setengah mati. Cepat seluruh kekuatan tenaga dalamnya dikerahkan untuk melepaskan diri dari belenggu cahaya biru ini. Tapi hatinya semakin terperanjat setengah mati, begitu merasakan aliran yang sangat dahsyat menyedot keluar tenaga dan kekuatannya. Cepat-cepat dia berusaha menahan aliran kekuatan yang tersedot keluar itu begitu menyadari apa yang terjadi.
Tapi semua sudah terlambat. Tenaga dan kekuatannya terus mengalir keluar tanpa dapat dicegah lagi. Dan semakin kuat dia bertahan, semakin deras saja kekuatannya mengalir keluar.
"Hih! Yeaaah...!"
Tiba-tiba saja Singa Gurun berteriak keras menggelegar, sambil menghentakkan kedua tangannya ke samping. Dan seketika itu juga, dari seluruh tubuhnya memancar cahaya merah yang seakan ingin mendesak cahaya biru yang menyelubungi seluruh tubuhnya ini.
Tampak seluruh tubuh Rangga jadi bergetar. Dan Pendekar Rajawali Sakti langsung menghentakkan kedua tangannya sambil berteriak keras menggelegar, membuat seluruh tubuh Singa Gurun jadi menggeletar hebat bagai terserang demam. Seketika itu juga, cahaya merah yang tadi tiba-tiba memancar dari seluruh tubuhnya, lenyap dari pandangan mata.
"Aaakh...!" Singa Gurun jadi berteriak keras, saat merasakan seluruh otot tubuhnya bagai terhentak. Seakan-akan tubuhnya akan meledak hancur dengan kekuatan terus mengalir deras tanpa dapat ditahan lagi.
Sementara Rangga semakin kuat mengerahkan aji kesaktiannya yang sangat dahsyat dan belum pernah tertandingi. Tapi Pendekar Rajawali Sakti juga merasakan adanya perlawanan yang begitu kuat, membuat seluruh kekuatannya terpaksa harus dikerahkan untuk terus membelenggu lawannya yang sangat tangguh dan tidak mengenal menyerah ini.
"Hup! Hiyaaa...!"
Tiba-tiba saja Rangga berteriak keras menggelegar. Dan bersamaan dengan itu, tubuhnya langsung melesat cepat sekali. Bagaikan kilat tangannya ditarik ke atas. Dan secepat kilat pula, dada lawannya digedor dengan hentakan tangannya. Begitu cepat gerakan Pendekar Rajawali Sakti, membuat Singa Gurun tidak sempat lagi berkelit. Dan...
Jder!
"Akh...!" Kembali Singa Gurun memekik keras, begitu gedoran kedua tangan Rangga yang terkembang tepat menghantam dadanya. Seketika itu juga tubuh Singa Gurun terpental deras ke belakang. Dan dua batang pohon yang berada tepat di belakangnya langsung hancur berkeping-keping terlanda tubuhnya.
Bruk!
Keras sekali tubuh berbaju hitam pekat itu menghantam tanah, membuat pekikan tertahan kembali terdengar. Tampak Singa Gurun bergulingan beberapa kali di antara pecahan batang pohon yang terlanda tubuhnya tadi.
Sementara Rangga hanya memperhatikan dengan kedua kaki berdiri tegak di atas tanah agak terentang sedikit. Sedangkan kedua telapak tangannya sudah kembali menyatu rapat di depan dada. Sementara cahaya biru masih terlihat memancar dari sela-sela telapak tangan yang menyatu rapat itu.
Sementara Singa Gurun tampak berusaha bangkit berdiri kembali. Tapi baru saja mengangkat tubuhnya, segumpal darah kental berwarna kehitaman terpental keluar dari dalam mulutnya. Dan kembali tubuhnya jatuh terguling ke tanah. Seakan-akan seluruh tulang tubuhnya terasakan sudah tercabut keluar. Dan tenaganya benar-benar terkuras habis. Hingga dia tidak mampu lagi mengangkat tubuhnya untuk berdiri. Namun Singa Gurun masih terus berusaha bangkit berdiri kembali. Dan dengan susah payah, akhirnya dia bisa juga berdiri, walaupun agak limbung seperti pohon tertiup angin kencang.
Sementara Rangga yang melihat lawannya tidak akan mampu lagi meneruskan pertarungan, segera mencabut kembali aji kesaktiannya yang sangat dahsyat. Perlahan kedua tangannya yang tadi menyatu di depan dada diturunkan, setelah tidak terlihat lagi cahaya biru.
"Kau sudah kalah, Ki...," ujar Rangga datar, tanpa sedikit pun hendak mengecilkan lawannya.
"Kuakui kau memang tangguh, Anak Muda. Aku memang kalah darimu," sahut Singa Gurun langsung mengakui kekalahannya.
Rangga jadi terdiam begitu teringat perjanjian yang ditawarkan Singa Gurun sendiri, sebelum memulai pertarungan.
"Mulai sekarang aku menjadi budakmu, Anak Muda. Dan akan menuruti apa saja perintahmu," kata Singa Gurun sambil menjatuhkan diri berlutut di depan Pendekar Rajawali Sakti.
"Bangunlah, Ki. Tidak pantas berlaku seperti itu padaku," ujar Rangga jadi merasa jengah sendiri atas sikap lawannya yang kini akan mengabdikan diri padanya.
"Tapi kau sekarang majikanku, Anak Muda. Dan aku harus selalu berada di bawah perintahmu," kata Singa Gurun, tetap berlutut Bahkan kini sudah duduk bersila dengan kepala tertunduk menekuri tanah.
Dan Rangga semakin jengah mendapati sikap seperti ini. Dia tidak pernah memperbudak manusia, dan tidak ingin tersanjung seperti ini. Walaupun Singa Gurun sendiri sudah mengakui kekalahannya. Bahkan langsung menepati janji yang dibuatnya sendiri sebelum berlangsung pertarungan adu ilmu kesaktian yang membuatnya harus menjadi budak Pendekar Rajawali Sakti.

***

136. Pendekar Rajawali Sakti : Singa GurunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang