22

26 1 0
                                    

"Cui.. kenapa lo? Bengong sendirian di kantin. Mana couple lo?" Tegur Haechan seraya memilih duduk di depan gue.

Gue menghela nafas, kemudian menyenderkan punggung. Gue meraih jus mangga yang masih tersisa setengah gelas, mengenyahkan sedotan dari gelas, dan langsung menyeruput banyak-banyak.
Haechan yang mengamati gue sejak dia memilih duduk di seberang gue hanya melipat kedua tangan di depan dada. Kedua matanya mengikuti arah gerakan gelas yang menyisakan beberapa es batu yang gue taruh kembali.

"Tau nggak kenapa nggak ada yang duduk di samping atau depan lo sejak bel istirahat pertama?" Tanya Haechan seraya mendekatkan posisi tubuhnya menempel sisi meja, lalu memiringkan kepalanya.

Gue hanya menggerakkan kedua mata melihat Haechan sebagai respon.

"Zombie." Diam sesaat. "Karena lo macam zombie yang nggak punya tujuan hidup, merenungi hal-hal yang sebenernya nggak perlu lo dalami sampai kayak gini."
"Duduk merunduk, rambut nggak dirapihin padahal habis olahraga."

"Sejak kapan zombie punya tujuan hidup? Mereka hanya tertarik dan ngikutin sesuatu yang dilempar oleh orang normal."
"Lo nanyain Hanna kan? Dia di Ruang TIK, lagi ujian praktik susulan."

"Gue kira lo nggak denger apa yang gue tanyain."
"Yang disuruh bikin cover majalah sama nyusun formula buat kalkulator?"

Gue mengangguk sebagai jawaban mengiyakan, lalu meraih gelas di depan gue yang masih menyisakan es batu yang masih beku, kemudian memakan mentah-mentah satu es batu.

KLOTAK KLOTAK

"Walaupun gue merenung, tapi indera pendengaran gue masih berfungsi dan masih terkoordinasi sama otak."
"Sampai kapan lo nanyain soal Hanna ke gue?"

Haechan menjauhkan tubuhnya menjadi menyender di sandaran kursi dan mengalihkan pandangannya ke kedai mie ayam.

"Tutup. Lo nggak lihat kalau kedainya tutup? Percuma lo lihatin, nggak akan membantu pemiliknya kembali buka. Kalau lo laper, beli aja nasi soto banjar nya Pak Budi." Ujar gue. 

"Nggak lagi pengen makan soto banjar. Pengennya makan nasi ayam geprek mozzarella." Jawab Haechan seraya memanyunkan bibirnya.

"Beli lah. Sekarang udah dimudahin pakai teknologi dan aplikasi, delivery aja."

"Ya kali gue delivery disini."

"Siapa yang ngomong suruh pesen sekarang, Echan?"

"Y-ya.. ya.. bisa aja"

Gue hanya menatap Haechan yang membuka tutup wadah garpu dan sendok di depannya. Gue nggak mau debat lagi sama Haechan. Bikin pusing. Gue membereskan tas berukuran sedang berwarna biru dengan boneka 3D 'Bubbles' Power Puff Girls sebagai hiasan depan tas.

"Isinya apaan?"Tanya Haechan seraya memajukan dagunya menunjuk tas yang gue pegang.

"Baju olahraga. Kenapa? Mau lo bawain sementara? Sampe kelas gue."

"Ogah."

Gue tertawa. Kemudian merogoh beberapa lembaran uang pecahan dua ribuan dan lima ribuan di saku rok gue.

"Balik sekarang?"

"Iya. Lo mau ikutan jaga kantin sambil bersih-bersih disini?"

"Emang gue kurang kerjaan?"

Gue mengangkat kedua bahu gue, lalu beranjak dari kursi yang gue tempati, kemudian berjalan ke kedai jus yang tadi gue beli untuk membayar.

"Lo nggak balik?" Tanya gue sambil berdiri di samping Haechan.

Moi et toi (?)| DoyoungWhere stories live. Discover now