Afterglow Part 1 - Berburu

1.9K 45 5
                                    

Berburu.

Salah satu kebutuhan mendasarku sebagai seorang vampir adalah darah. Malam ini aku kembali berburu setelah perburuan terakhirku seminggu lalu. Dan Kimbolton menjadi kota tujuanku mencari mangsa.

Hari mulai senja saat aku memutuskan untuk keluar dari rumah. Saudaraku, Alex, menolak untuk berburu bersamaku malam ini karena telah memiliki persediaan makanan kesukaannya di rumah.

Aku kembali memikirkan beberapa kantung darah yang sengaja disimpan Alex di dalam rumah kami. Kurasa dia sudah terpengaruh cerita vampir modern tentang hidup normal dan membaur dengan para manusia, mangsa utama kami.

Sejak dua puluh tahun yang lalu Alex tegila-gila dengan dunia medis yang dianggap dewa penyelamat bagi manusia. Entah mengapa ayahku sama sekali tidak keberatan ketika dia memutuskan untuk menjadi seorang dokter di Cambridgeshire. Dan untungnya Alex bisa mendapat tugas malam.

Aku baru tahu tujuan Alex ketika suatu hari dia membawa berkantung-kantung darah segar ke dalam rumah kami. Ternyata dia sudah bosan memburu manusia. Dia ingin mencoba teknik baru dalam menjaga nutrisi dalam tubuhnya. Sering kali dia membujukku untuk mencoba gaya hidupnya yang baru. Namun aku masih bertahan dengan cara lama, memburu mangsa di malam hari seperti sekarang.

Jalanan di Kimbolton tampak lengang ketika aku melewati jalan di dekat Gereja St. Andrew. Hanya beberapa mobil terparkir di dekat sebuah papershop dan restoran yang buka 24 jam.

Kurasakan senyum monsterku tersungging saat kucium darah calon buruanku. Kutolehkan wajahku ke kiri dan kulihat seorang pemuda yang tengah menenteng tas gitar sambil bersiul pelan. Kugerakkan kakiku dan bersiap mendekatinya. Aku tak sabar menuntaskan dahaga yang telah menyiksaku sedari dua hari lalu ini.

Kulangkahkan kakiku pelan, namun tetap terkontrol dan bersiap. Bayangan denyut nadi yang berkedut karena aliran darah di lehernya benar-benar membuat air liurku menetes. Seluruh saraf di tubuhku menegang karena dahaga yang tak tertahankan.

Tiba-tiba saat aku melewati sebuah belokan ke arah Kimbolton Castle, ada aroma darah lain yang menghantam hidungku saat angin malam berhembus pelan. Aku menegakkan punggung dan menoleh, menatap ke arah kanan dan berupaya menemukan sumber aroma darah aneh yang sangat menggiurkan ini.

Aku melihat ada sesosok gadis yang tengah berjalan ke arahku. Di tangan kanannya aku bisa melihat sebuah buku kecil berwarna coklat yang didekapnya.

Dadaku berdesir aneh.

Bukan karena sosok gadis dengan seragam ungu bergarisnya, melainkan aroma darahnya. Harum, manis dan tentu saja menggiurkan.

Namun yang membuatku heran adalah aku tidak pernah mencium aroma darah yang seperti ini. Aromanya seperti darah manusia, namun lebih lembut. Malahan aku merasa jika itu adalah aroma campuran darah segar manusia dengan wewangian yang bercampur dengan uap hangat yang menusuk hidungku.

Kembali kutegakkan punggungku, mengabaikan begitu saja calon buruanku yang kini semakin dekat ke arahku.  Baru kali ini aku tidak menghiraukan buruan yang sudah kuincar dan ini sangat membuatku merasa benar-benar terkutuk.

Kupejamkan mataku. Kuhirup udara di sekelilingku, berharap aku menemukan arah angin lain yang menebarkan aroma ini.

Sampai tarikan napas ketigaku aku tetap mendapati bahwa aroma itu berasal dari gadis yang tengah berhenti di depan sebuah bookstore di dekat Kimbolton Castle itu. Aroma lembut darahnya terasa kuat, menusuk hidungku, padahal jarak kami sekitar lima puluhan meter.

Tapi bagaimana mungkin aroma itu tetap terasa menyesakkan dadaku?

“Sial!” rutukku pelan, seolah aku memarahi saraf yang telah mengirimkan sinyal dahaga pada otakku.  Kupalingkan wajahku sesaat, berharap aku bisa mengenyahkan pikiranku dari rasa haus yang tak tertahankan setelah mencium aroma darah gadis itu.

AfterglowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang