Afterglow Part 6 - Tetangga Baru

948 26 8
                                    

Segala persiapan yang menyangkut kepindahan keluargaku sudah matang. Dan malam ini kami akan segera pindah ke Kimbolton.

Ternyata semua sudah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum pertemuanku dengan Lara. Dan aku tahu siapa yang telah menyusunnya. Siapa lagi kalau bukan Alex, adikku satu-satunya, yang memiliki bakat super bagi keluargaku. Harus kuakui, dia tahu lebih banyak dari siapapun.

Ayah telah meminta seseorang untuk mengurus renovasi rumah yang kelak akan kami tinggali di Kimbolton.

Satu hal yang paling penting, kami membutuhkan tambahan ruangan ekstra. Cellar. Kami membutuhkan ruangan itu seperti halnya manusia membutuhkan tempat untuk bersembunyi ketika malam atau hujan datang.

Adikku, Alex, sepertinya sibuk menata berkas mutasinya ke sebuah klinik di pusat Kota Kimbolton. Untuk yang satu ini adalah pertimbangan pertama Alex. Awalnya, jika ijin tugas malam tak didapatkannya, maka rumah sakit di Ellington menjadi alternatifnya. Untung saja, dengan sedikit ‘bantuan’ ayah, dia berhasil mendapat jadwal tugas malam ―lagi. Berkat bakat yang dimiliki ayah, semua urusan yang menyangkut ke-vampir-an kami yang rumit menjadi mudah.

Kutatap deretan tanda pengenal atas nama Louis Edward St. Bronson ―ayahku, Alexander James Bronson ―adikku― dan William Christopher Bronson ―aku tentu saja― dengan perasaan geli. Ini sudah kesekian kalinya kami merubah nama keluarga. Terakhir kami merubah nama keluarga sepuluh tahun lalu, saat pindah ke Cambridgeshire.

“Bronson?” tanyaku pada Alex.

Dia tersenyum sekilas. “Namanya agak sedikit kuno. Lumayan simple dan tidak akan menarik perhatian orang-orang.”

“Apa harus mengganti identitas?”

“Kurasa itu perlu.”

Aku mengangguk paham. Sepertinya Alex benar-benar telah memikirkannya dengan matang. Bahkan dia memperhatikan hal-hal kecil agar tidak menarik perhatian yang bisa mengakibatkan asumsi negatif saat orang-orang mulai curiga dengan keanehan keluarga kami.

“Apa harus dengan nama tengah?”

“Hal ini cukup lumrah bagi sebagian orang. Mungkin bagi kebanyakan orang, nama kita akan mengingatkan nama-nama pada saat revolusi industri. Kurasa para manusia hanya akan menganggap kita sedikit ketinggalan zaman,” jawab Alex sambil terkekeh pelan.

Sepertinya aku terlalu membuat masalah. Akibat dari ketololanku karena terpedaya manusia, keluargaku harus memikirkan hal-hal kecil untuk menyelamatkanku dari tendensi yang menyiksa ini.

“Tidak juga,” ucapnya dengan penuh protes. Aku tahu dia sudah membaca pikiranku.

“Sebenarnya kita tidak perlu melakukan ini. Aku bisa menemuinya kapan saja. Bahkan kalaupun kita pindah ke Venesia, aku masih bisa menemuinya,” sergahku.

“Lalu bagaimana caramu melatih kepekaanmu terhadap darahnya?”

 Benar juga. Jika aku tidak sering berada di dekatnya, kemungkinan besar rasa ketertarikanku akan berubah menjadi rasa untuk membunuhnya.

“Entahlah,” jawabku pasrah. Aku tidak benar-benar memikirkan hal itu jika benar hedup berjauhan dengan Lara. Mungkin aku akan menguntitnya diam-diam.

“Jika kau lakukan itu, kemungkinan besar kau hanya akan menganggapnya sebagai mangsa, bukan sebagai manusia yang kaucintai.”

Kutatap Alex dengan penuh rasa terima kasih. Entah bagaimana jadinya kalau aku tidak memiliki adik seperti dia. Mungkin sekarang aku jauh lebih menderita karena tidak tahu apa yang harus kulakukan.

Alex meninju lenganku pelan. “That what brother like me is for,” ujarnya sambil kembali terkekeh.

AfterglowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang