Setelah menunggu beberapa jam akhirnya Dokter dan Suster keluar dari ruangan. Rangga langsung mendekat kearah Dokter dan memberondongnya dengan banyak pertanyaan.
"Jadi bagaimana putri saya? Apakah dia baik-baik saja. Tolong katakan Dok, jangan diam saja." desak Rangga tak sabar.
"Tenag Ga. Bagaimana Dokter akan menjelaskakan kalau kau terus saja bertanya tanpa henti." tegur Hari sembari mengelus bahu putra nya agar tenang dan Rangga pun langsung tersadar atas kesalahan nya dan meminta maaf.
"Maaf Dok, saya terlalu khawatir." sesalnya dan Dokter mengangguk paham.
"Kondisi putri anda saat ini sedang kritis. Kita hanya bisa menunggu keajaiban saja." jelas Dokter membuat kedua kaki Rangga lemas bahkan pria itu langsung terduduk di lantai saling terkejut nya mendengar bahww Meisha kritis.
Putriku ku.. Putriku...
Semua orang langsung menangis mengetahui Meisha kritis dan hanya keajaiban yang bisa menolong bocah manis itu.
"Ya Tuhan, cucuku. Cucuku." isak Helena. Vania semakin terisak di pelukan suaminya.
"Selamatkan putriku Dok. Saya mohon." kata Nada dengan lelehan air mata. Penyesalan ia rasakan karena andai saja ia tidak mengejar Meisha semua ini tidak akan terjadi.
"Apa yang terjadi sebenarnya Nada. Kenapa Meisha bisa jatuh dari tangga?" tanya Rangga tajam membuat Nada makin terisak.
"Kau memiliki mulut Nada harusnya kau bisa menjawabnya!" bentak Rangga keras sudah hilang kesabaran karena Nada hanya menangis dan menangis. Hari dan Hermawan menenangkan Rangga yang sudah di kuasai kemarahan.
"Tenang Ga. Ini bukan waktu yang tepat untuk bertengkar. Kita harus mendoakan Meisha yang ada di sana agar berjuang untuk hidup bukan malah bertengkar seperti ini." tegur Hermawan kepada Rangga yang sudah tak tahu harus berbuat apa.
"Benar apa yang di katakan Papa mertuamu. Kau harusnya tenang dan jangan menekan istrimu juga. Dia sedang hancur." sahut Hari membuat Rangga makin marah.
"Ini semua gara-gara Papa yang terus menerus menahan ku untuk bersama Nada! Kalau saja Papa tidak menahan dan mengancam ku, ini semua tidak akan terjadi!" teriak Rangga kepada Hari yang menengang kaku. Tak ingin terlalu lama di sini Rangga pergi meninggalkan tempat itu yang sangat dengan kemarahan Rangga.
*****
Rangga duduk terdiam taman sembari menatap orang-orang yang berlalu lalang sampai pria itu tak mengetahui bahwa seseorang duduk di sampingnya.
"Nak.." suara itu Rangga hafal tetapi ia tak menoleh.
"Maafkan Papa yang terus mengancam dan menekan mu. Ga." sesal Hari tetapi tidak ada rekasi dari Rangga.
"Papa menutup mata atas penderitaan mu karena Papa malu kalau sampai kalian bercerai. Akan di taruh di mana wajah Papa kalau sampai puta satu-satunya keluarga Atmaja bercerai dengan istrinya. Sudah cukup dulu kau yang menikahi Nada membuat Papa tidak ada muka di depan semua orang. Jadi Papa melakukan itu tanpa memikirkan perasaan mu. Tapi papa juga tak ingin cucu Papa memiliki keluarga yang tidak lengkap. Meisha masih membutuhkan kedua orang tua nya. Papa harap kau mengerti, Ga. "
Hari masih terus berbicara panjang lebar membuat Rangga terkekeh miris. Ya, miris Papa nya hanya memikirkan nama baik keluarga nya di banding memikirkan kebahagian putra nya sendiri.
"Papa memang seperti itu. Hanya memikirkan nama baik Papa di mata orang tetapi tidak memikirkan perasaanku! Saat aku ingin bercerai dengan Nada Papa terus saja menahanku dan lebih hebatnya lagi Papa mengancamku kalau sampai bercerai dengan Nada aku tidak bisa bertemu Meisha selamanya. Apa papa pikir aku bisa memilih?" kekeh Rangga miris saat mengingat masa masa di mana Papanya terus saja menekan nya dan mendesaknya untuk mempertahankan rumah tangga bersama Nada.

KAMU SEDANG MEMBACA
Just You
HumorNovel Hurt Love Risa dan Rangga sudah 3 tahun menjalin hubungan dan akan melangsungkan pernikahan. Segala persiapan untuk pernikahan mereka sudah selesai tetapi tiba-tiba sebuah berita buruk datang dari adiknya Nada yang mengandung. Semua orang terk...