"SAYA GAAKAN NAKAL LAGII!"
"SAYA ANAK NAKAL"
"SAYA AKAN DI HUKUM KALAU SAYA NAKAL LAGI"
Semua orang tertawa melihat Seulgi. Tentu aja, hukuman yang dia lagi lakuin sekarang emang ga pake ampun.
Karena konsernya didalem kelas tadi, sekarang Seulgi harus memegang sebuah kertas Hvs bertuliskan, 'Saya anak nakal! Mama pasti marah sama saya' sambil teriak kaya tadi terus keliling kampus. Mungkin singkatnya, nama hukuman dari Irene adalah 'mempermalukan diri'.
Pengen kabur aja. Tapi ga bisa, ini Irene ngawasin dia 2 meter dari belakang dengan tatapan singa betinanya. Seulgi udah ga ada harapan buat lolos.
Hancur sudah harga dirinya hari ini.
Sebenernya tadi juga Seulgi sempet nawar-nawar dikit ke Irene supaya hukumannya diperingan, cuma keputusan Irene Bae selalu fiks. Ga bisa di ganggu gugat.
Sejenak Seulgi menoleh ke arah Irene yang sedang melipat kedua tangannya didepan perut. Menatapnya dengan tajam padahal jarak mereka 2 meter jauhnya.
Seulgi melengkungkan bibirnya lalu menatap Irene dengan tatapan mata yang sangat sangat minta di kasihani. Tapi yang terjadi malah Irene buang muka ga mau natap dia.
Seulgi menghela nafas. Tidak mungkin dia bakal dapet pengampunan dari Dosen cantiknya itu.
Padahal, Seulgi aja yang ga tau kalo Irene udah blusshing karena dia keliatan lucu banget tadi. Kayak anak kecil Pikir Irene.
-------
"Hadeuuuh. Gila." Gumam Seulgi sambil mendaratkan bokongnya lemah ditangga depan gedung Kampus. Cukup sudah hari ini dia latihan karate 2 jam ditambah jalan-jalan keliling kampusnya sambil teriak-teriak.
Dari sini Seulgi udah ngambil kesimpulan.
Dia bakal bolos aja nanti kalo dosennya Irene lagi. Seulgi Takut kejadian yang sama ke ulang.
Bukan baperan atau gimana-gimana. Seulgi ngerasa aneh aja kenapa dia selalu ke-gep sama Irene. Ini bukan kebetulan menurut Seulgi, udah dua kali soalnya.
Seulgi wajahnya udah merah banget karena kepanasan, mulutnya juga sedikit menganga buat ngatur nafas.
"Nih, kamu minum."
Seulgi mengdongakkan kepalanya, dia menemukan Dosen mudanya itu tengah menatap datar kearahnya, sambil menyodorinya dengan se-cup es jeruk.
Seulgi mangernyitkan dahinya, "Ini buat saya?" Tanya Seulgi ragu. Takut kalo tadi dia cuma salah denger.
"Ya kalo bukan kamu siapa lagi?" Ketus Irene lalu memutar bola matanya, "Nih."
Seulgi menyunggingkan senyumnya menatap cup dingin berisikan minuman jeruk pemberian dosennya itu. Pengertian banget dosennya walau galak tapi masih mau ngasih dia minuman.
Seulgi juga senyum cerah ke Irene sampai kedua matanya menghilang.
"Makasih banyaaaaaaak banget." Ucap Seulgi lalu meminum air Jeruk pemberian Irene dengan antusias. Sedikit terharu karena kebaikan Irene yang ngertiin banget kalo dia lagi kehausan.
Disisi lain, Irene susah payah mempertahankan wajah datarnya. Irene pasrah aja kalo semisal pipinya merahnya nanti ketauan Seulgi. Senyum Seulgi emang bahaya banget buat dia.
"Duduk, Miss," Panggil Seulgi sambil menepuk-nepuk tempat di sebelah dia duduk. "Ga pegel apa berdiri terus?"
Irene nurut. Dia gabung duduk di sebelah Seulgi. Natap Seulgi yang lagi anteng minum es jeruk pemberiannya, bikin Irene ngerasain sedikit kepuasan dalam dirinya.