Pieter Leonhardt, ayah kandung Darren, langsung tersenyum lebar begitu mendengar kalau Karina bersedia dinikahkan dengan anak laki-laki semata wayangnya itu. "Benarkah? Kamu bersedia menikah dengan Darren?" ucapnya semangat.
Karina tersenyum tipis. "Iya, paman. Aku bersedia menikah dengan Darren ..," ucapnya dengan raut wajah yang terlihat amat terpaksa.
Senyum di wajah renta Pieter melebar, "Goed (bagus)." Pieter lanjut bicara, "Oh, dan jangan panggil aku paman, Karina, panggil saja ayah. Sebentar lagi kan aku akan segera jadi ayahmu juga."
Karina hanya tersenyum tipis. Karina terdiam sejenak sebelum kembali bicara, "Darren .. kenapa dia tidak hadir hari ini?"
"Darren masih ada di Belanda, dia baru saja menyelesaikan studinya sekalian mengurus keperluan bisnis kami di sana. Dia baru kembali ke Indonesia besok," jawab Marisa, ibu kandung Darren, seraya tersenyum ramah.
"Ah, begitu ..," ucap Karina acuh tak acuh. Oh, bahkan Karina sama sekali tak tertarik untuk sekadar bertanya apa jurusan studi yang baru saja selesai ditempuh Darren, atau jenis bisnis apa yang dijalankannya di negeri kincir angin itu. Buat apa juga? Toh Karina merasa sama sekali tak ada untungnya bagi dirinya untuk mengetahui soal Darren.
Pierer langsung tersenyum lebar, "Ada apa, Karina? Kamu sudah tidak sabar bertemu dengan Darren ya?"
Karina langsung menggeleng, "Ah, bukan, bukan begitu. Aku hanya penasaran saja kok."
Marisa lanjut bicara, "Bagaimana kalau kamu saja yang menjemput Darren di bandara besok?"
Kedua mata indah Karina langsung membulat. "Ide yang bagus. Siapa tahu juga setelahnya kalian bisa jadi lebih dekat. Iya kan?" tambah Baskara, ayah kandung Karina, yang rasa-rasanya malah memperburuk keadaan.
Karina tersenyum kecut. 'Sial, kalau tahu akan seperti ini jadinya lebih baik aku tidak usah bertanya soal Darren tadi,' benaknya getir. "Tapi .." Karina terdiam sejenak untuk berpikir. "Ah, iya, aku baru ingat. Aku harus ke rumah sakit besok," bohongnya.
"Benarkah? Memangnya siapa yang sakit, Karina?" tanya Arini, ibu kandung Karina, dengan raut wajahnya yang terlihat amat bingung.
Karina langsung gelagapan. "Ah, itu .. Mi .. Michelle. Iya, temanku, Michelle," bohongnya lagi.
"Michelle? Sejak kapan kamu punya teman bernama Michelle?" ucap ayah kandung Karina seraya mengerutkan dahinya.
Karina tambah gelagapan. 'Sial, sial, sial,' benaknya. "Ah, itu .. Dia teman kerjaku," bohong Karina lagi.
Ibu kandung Darren akhirnya angkat bicara. "Tidak apa-apa kalau Karina tidak bersedia menjemput Darren di bandara besok. Biar kami saja yang menjemputnya," ucapnya seraya tersenyum ramah.
"Iya, biar kami saja ..," ucap ayah kandung Darren sambil menutup mulutnya dan sesekali terbatuk-batuk.
Ayah kandung Karina langsung merasa khawatir, "Pieter? Kamu tidak apa-apa?"
Ayah kandung Darren menggeleng perlahan. "Nee (tidak). Aku baik-baik saja. Hanya sedang batuk dan flu saja akhir-akhir ini," bohongnya. Sengaja, supaya Karina yang menjemput Darren.
"Iya. Kami memang jadi sering jatuh sakit akhir-akhir ini karena terlalu memikirkan Darren. Maklum, dia anak kami satu-satunya," tambah ibu kandung Darren yang seolah-olah mengerti apa yang dimaksud suaminya.
Ibu kandung Karina langsung terkejut, "Ah, benarkah?"
"Iya .." ucap ibu kandung Darren seraya mengangguk perlahan.
"Kamu saja yang menjemput Darren, Karina. Kasihan ayah dan ibunya, sepertinya mereka sedang tidak enak badan," ucap ayah kandung Karina.
"Iya, betul itu, Karina. Kasihan ayah dan ibunya Darren," tambah ibu kandung Karina.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Forced Marriage [COMPLETED]
Romance⚠🔞WARNING 21+ MENGANDUNG KONTEN CERITA DEWASA, VERY MATURE, ROMANCE⚠🔞 Buat yang masih di bawah umur PLEASE JANGAN BACA kalo masih nekat dosa ditanggung sendiri Update setiap senin, rabu, jumat Begitu perusahaan ayahnya jatuh, Karina Hadriana haru...