Chapter 8 - Bunga Tanda Cinta

40.6K 758 80
                                    

Selepas pergi membeli cincin pernikahan bersama, Darren mengantarkan Karina pulang ke rumahnya. Selama perjalanan, lelaki tampan keturunan setengah Belanda itu nampak begitu bahagia. Entah disadari atau tidak, Darren bahkan menyetir mobilnya sembari sesekali bersenandung ria.

Karina, yang saat ini sedang duduk di samping mobil yang sedang dikendarai Darren, malah jadi terheran-heran. "Sepertinya kamu sedang bahagia sekali, ya?" ucapnya bingung.

Darren beralih menatap Karina sekilas, "Kenapa kamu berpikir begitu?"

Karina tersenyum manis, "Aku perhatikan sedaritadi kamu senyum-senyum sendiri." Karina terdiam sejenak sebelum kembali bicara, "Oh, dan lagi, tak biasa-biasanya kamu bernyanyi seperti itu. Suaramu bagus juga."

Kedua mata Darren yang berwarna coklat terang itu langsung membulat, "Benarkah? Aku senyum-senyum sendiri daritadi?"

Karina hanya mengangguk seraya menatap Darren dengan raut wajah polosnya.

Darren tersenyum lebar. 'Iya, aku memang sedang merasa bahagia karena kamu, Karina,' benaknya. "Mungkin hanya perasaanmu saja. Aku memang selalu seperti ini kok," bohongnya.

Karina tersenyum miring, "Kamu bohong."

Darren mengangkat kedua bahunya santai, "Terserah apa katamu."

Karina terdiam sejenak untuk berpikir. "Aku jadi ingat dulu, waktu kita pertama kali bertemu di bandara. Sungguh, itu salah satu pengalaman terburuk dalam hidupku," ucapnya seraya memperhatikan jalanan beraspal melalui kaca jendela mobil yang sedang ditumpanginya.

Dahi mulus Darren langsung mengerut, "Why? (Kenapa?)"

Karina tersenyum kecut, "Tentu saja karena keterlambatanmu. Dan lagi, Oom Pieter sama sekali tak memberikanku fotomu. Seingatku, dia hanya bilang apa warna kopermu dan bagaimana bentuk tubuhmu. Kamu bisa membayangkan bukan bagaimana susahnya mencari dirimu di antara lautan manusia? Apalagi bandara sedang ramai-ramainya waktu itu."

Darren menghela napas sejenak, "Yeah, dan aku ingat sekali bagaimana menggelikannya ekspresi wajahmu saat kamu pertama kali bertemu denganku waktu itu. Oh, dan jangan lupakan juga papan bertuliskan namaku. So ridiculous (sungguh menggelikan)."

Karina langsung cemberut, "Tapi itu ide yang bagus, tahu! Karena berkat papan nama itu juga kan akhrinya aku bisa menemukanmu? Untung juga tubuhmu tinggi, jadi kamu bisa melihatku dengan mudah saat itu .." Karina lanjut bicara setelah beberapa saat terdiam sejenak, "Tapi apakah memang semua orang Belanda itu tinggi-tinggi seperti dirimu?"

Darren langsung mengangguk, "Ya, rata-rata seperti itu, baik laki-laki maupun perempuan." Darren lanjut bertanya seraya menatap wajah cantik Karina sekilas, "Kamu sudah pernah ke Belanda sebelumnya?"

Karina menggeleng, "Belum. Jangankan ke Belanda, ke Thailand dan Australia saja aku belum pernah. Padahal aku ingin sekali berkunjung ke sana .."

Darren tersenyum ramah, "Kamu mau berkunjung ke Belanda?"

Karina langsung mengangguk dengan semangat, "Tentu saja mau, aku tak akan menolak. Tapi berkunjung dengan siapa? Kalau pergi sendirian, aku pasti akan hilang di sana."

Darren menyeringai nakal. "Tentu saja bersama denganku, sayang," godanya.

Karina langsung tersipu malu. "Idih, tak mau ah. Kenapa juga harus bersama denganmu? Memangnya kamu buka jasa tour ke Belanda?" candanya.

"Karena sebentar lagi kamu akan segera jadi istriku, Nona Karina," ucap Darren serius.

"Ah, iya juga ..," ucap Karina kikuk.

The Forced Marriage [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang