#1 SEBELAS TAHUN

31.7K 1.7K 539
                                    

𝒷𝒾𝓈𝓂𝒾𝓁𝓁𝒶𝒽

안녕하세요

Stop!

Baru baca atau udah baca?

Baca cerita ini karena apa?

.
.
.

DEAR GOD, I'M INTO HER

Insecure.

Seberapa lama kalian memendam perasaan pada seseorang?

Kenapa harus di pendam?

Gengsi?

Insecure, dia lebih kaya?

Insecure, dia lebih pintar?

Insecure, dia lebih sempurna?

Rata-rata laki-laki akan memendam perasaannya apabila perempuan yang dia suka lebih pintar darinya, katanya, perempuan pintar itu bahaya, mereka bisa jadi tidak membutuhkan laki-laki di hidupnya, mereka bisa menjadi ratu tanpa seorang raja.

Memang awal merasakan jatuh cinta karena fisik, dia cantik, dia putih, dia tidak terlalu tinggi, dia mulus. Tapi cinta itu akan bertambah apabila ternyata orang yang disukai itu pintar, dewasa, sopan, baik hati dan yang paling laki-laki suka adalah sikapnya yang seperti ibunya.

Azlan menyukai gadis seangkatannya yang sering berpartisipasi dalam acara sekolah, yang selalu ikut serta dalam perlombaan, yang namanya selalu di sebut guru sebagai contoh murid lainnya.

Semenjak masuk SMA Azlan menyukai gadis itu. Ia enggan mendekatinya, malu. Azlan tidak sepopuler dia, padahal mereka sekelas.

Arumi Elziraina, murid teladan yang kehadirannya penuh di absen kelas. Berbanding terbalik dengan Azlan yang kehadirannya bisa dihitung jari. Kadang guru tanpa sengaja menasehati Azlan dengan membandingkan dirinya dengan Zira.

Sifat cerianya Zira tanpa sadar membuat Azlan tersenyum, gadis itu sederhana, tidak terlalu cantik, tapi entah kenapa Azlan tak henti menyukainya.

“Lah, aku?!”

Azlan memperhatikan Zira sambil pura-pura tidur. Tak henti gadis itu tertawa, seolah menular Azlan tanpa sadar ikut tersenyum.

Dare!”

Tera mengambil kartu berwarna merah. Namun belum sempat dibaca Tera langsung menyimpannya kembali. “Gini deh, coba sapa Azlan.”

Azlan langsung menutup matanya ketika empat pasang mata menatap ke arahnya. “Jangan ah lagi tidur,” tolak Zira merasa tidak enak.

“Dia gak ada temen, ya? Atau temennya ada di kelas lain?”

“Kayaknya dia tipe cowok yang gak suka basa-basi deh, raut wajahnya datar mulu.”

Mendengar temannya terus mengoceh Zira hanya terdiam melihat mata Azlan yang terus bergerak dibalik kelopak mata. Sepertinya dia tidak tidur.

Sekelebat bayangan tentang Azlan terlintas dibenak Zira. Apakah anak kecil itu adalah Azlan? Raut wajahnya sangat mirip tapi tidak dengan sikapnya. Semenjak mereka satu sekolah dan satu kelas Zira ingin sekali menanyakan hal itu.

Aku janji akan terus ingat kamu, kalau nanti aku lupa tolong kasih tau dan katakan aku akan melindungi kamu sebagai balas budi kamu telah menolongku,” ucap Azlan yang masih berumur 6 tahun.

Bertepatan di kantin Zira tak sengaja mengantre makan siang bersebelahan dengan Azlan. Zira menatap punggung Azlan yang tinggi dan lebar. Tak bisa dipungkiri bahwa masa pertumbuhan laki-laki itu memang pesat. Masih ingat dimana dulu Azlan yang cengeng, tidak mau bergaul jika tidak bersama Zira, selalu cerewet dan mudah tersenyum.

“Azlan.”

Kali pertama setelah dua tahun sekelas Zira memanggil laki-laki itu. Ia berbalik badan menatap Zira tanpa bertanya. Ragu-ragu Zira menghampirinya. “Boleh bareng?”

Selama mereka makan tidak ada sepatah katapun yang keluar. Zira yang terus berpikir bagaimanapun cara memecahkan kecanggungan ini sementara Azlan yang masih bergulat dengan isi kepala tak percaya akan makan siang bersama dengan gadis yang ia suka.

“Aku gak suka basa-basi.”

Kalimat itu mampu mengangkat kepala Azlan. Sepasang mata mereka bertemu. “Kamu Azlan, kan?”

Azlan hanya terdiam, Zira tidak mengetahui namanya?

“Azlan yang dulu hampir tertabrak mobil kan?” Zira menekankan ucapannya.

Azlan masih terdiam, jangan-jangan.

“Aku Elziraina, kamu dulu bilang namaku susah jadi kamu panggil aku—”

“Rara.”

Azlan bersuara.

“Rara?” tanya Azlan. “Ini Rara? Yang dulu suka bawa bekal stroberi?”

Zira tersenyum, ternyata benar dugaannya selama dua tahun ini. Jantung Azlan berdegup kencang ketika Zira mengacak-acak rambutnya. “Bener aja apa yang kamu bilang 11 tahun lalu, kalau kita ketemu terus kamu lupa harus aku ingetin, dasar pikun!”

Gadis itu sempat terdiam saat tangannya dicengkeram oleh tangan besar Azlan. Ditatapnya gadis itu dengan dalam. “Gue gak percaya, lo pasti bohong.”

Zira melepaskan cengkraman tersebut dan mengangkat kedua bahunya seolah acuh. “Azlan Hari Raka. Anak tunggal dari direktur utama F&D, Tuan Gibran Arka.”

Damn!

Azlan tidak memberitahu siapapun soal latar belakangnya.

Lagi-lagi ia dibuat terkejut oleh gadis didepannya saat dia mengeluarkan kalung yang melingkar di leher, menunjukan sebuah cincin plastik berwarna merah muda berbentuk katak lucu yang menggantung.

Lantas laki-laki itu langsung merogoh saku celana mengeluarkan kunci kamar yang terdapat cincin plastik berwarna hijau dengan bentuk katak lucu sama seperti liontin kalung milik Zira.

Gadis itu tersenyum tulus. “Jam pelajaran nanti kosong, mau ngobrol?”

Bersumbang ...

Haha yang ngikutin aku dari awal kesel gasihhh

udah end

dihapus

ganti nama tokoh

ganti alur

hiatus

ganti alur lagi

dihapus lagii

ganti nama tokoh

wkwk mungkin ini yang terkahir yaaa guysss kebetulan aku kangen banget sama Azlan Zira huhuuu

walaupun alurnya gak kayak dulu tapi tokoh utamanya kembali di Azlan Zira yaaa

LOPE<3







DEAR GOD, I'M INTO HER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang