N

17.1K 3.6K 977
                                    

Wynna menggendong Amel yang sudah terlelap setelah dibawa Sadhana seharian. Perempuan itu segera merebahkan putrinya dikasur. Sementara ibunya mengikuti dari belakang. Perempuan itu tahu maksud ibunya mengikuti dari belakang.

"Apa kata Dhana, Wynn?"

"Belum sempat bicara, Mih."

"Apa dia akan segera menikah?"

"Belum tahu juga."

"Pastikan kalau nanti dia menikah kamu tetap dibiayai. Kan sudah kesepakatan kalian, kamu nggak kerja karena harus urus anak-anak. Sudah berumur begini mau cari kerja kemana?"

"Iya, Mih" jawabnya singkat.

Wynna segera berbaring disamping putri bungsunya setelah ibunya keluar kamar. Teringat tadi mantan suaminya malah menghindar dari percakapan mereka tentang kekasihnya.

Dulu hubungan mereka sangat harmonis. Pacaran sejak SMU sampai kemudian menikah. Sedari awal memang orangtuanya kurang suka pada Sadhana, karena pria itu berdarah Batak. Namun ia tetap keukeuh mempertahankan. Sampai kemudian mereka menikah.

Awalnya semua baik-baik saja, terutama semenjak kelahiran Ibas. Mertuanya yang tak setuju sangat senang karena memperoleh cucu laki-laki sebagai penerus marga. Ia juga semakin disayang.

Sampai pada suatu hari orangtuanya sedang kesusahan. Rumah yang digadaikan ke Bank untuk modal usaha harus dilelang karena tidak sanggup membayar cicilan. Sehingga orangtuanya harus pindah.

Saat orangtuanya meminta bantuan dibelikan rumah, Dhana menyanggupi. Kemudian membeli di daerah pinggiran. Sebagai anak Wynna memahami bagaimana jauhnya tempat itu. Hingga akhirnya meminta agar orangtuanya dibelikan rumah yang agak ke kota.

Menurutnya mereka sanggup untuk membelikan, namun Dhana tidak bersedia. Meski pada akhirnya orangtuanya pindah, namun masalah lain muncul satu persatu.

Terutama dari Mamih, yang menganggap menantunya pelit. Tak lama setelah itu Dhana mengganti mobil mereka dengan mobil lebih bagus. Hampir seluruh keluarga Wynna kesal. Karena merasa suaminya lebih mementingkan mobil daripada rumah orangtua mereka.

Lambat laun keluarganya mulai menghasut, dengan mengatakan kalau suaminya adalah pria yang pelit terhadap mertua. Wynna menyesal telah terpancing saat itu. Karena beberapa kali ia meminta uang tambahan untuk membantu keluarganya, Sadhana tidak memberikan.

Pernah sekali, salah seorang kakaknya meminta bantuan membayar listrik. Suaminya saat itu malah mengatakan,

[Kalau sudah tahu banyak kebutuhan harus bekerja.]

Semua orang juga tahu kalimat itu, tapi kan tidak semua orang bisa seberuntung dia? Meski akhirnya membayarkan ia terlanjur sakit hati.

Wynna mengakui, bahwa keluarganya seolah bergantung pada keuangan mereka. tapi itu wajar kan? Karena memang mereka paling berada. Lagian yang diminta itu tidaklah banyak, dan mereka masih sanggup memberi tanpa kekurangan.

Meski sebenarnya saat itu Wynna bisa bekerja, namun Sadhana tidak mengijinkan. Dengan alasan lebih baik mengurus anak-anak. Padahal ketika itu banyak yang menawarinya. Selain karena ia cantik, juga sarjana meski hanya lulusan D3.

Sayang mantan suaminya berpendapat bahwa keluarganya adalah orang malas. Jelas ia sakit hati. Atas hasil rembukan keluarga, Wynna disarankan untuk minta cerai. Karena berkali-kali Sadhana menyinggung harga diri mereka.

Akhirnya, ia mengambil keputusan itu. Apalagi saat mantan suaminya juga mengurangi jatah belanja, ketahuan ia menggunakan sebagian uang tabungan darurat untuk membantu keluarganya. Banyak pengeluaran akhirnya langsung diurus oleh Dhana.

USIA 34 /OPEN PO/Versi EBOOK tersedia Di IBUK.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang