I

17.6K 3.9K 638
                                    

Postingan kemarin saya hapus ya, karena sudah mendapat pencerahan dari grup penerbit. Kita anggap aja case closed. Terima kasih atas atensi kalian. Saya merasa sangat disayang....

***

Sadhana

Aya membuka pintu mobil dengan senyum lebar.

"Diterima, Dek?" tanyaku.

"Iya, bang. Terima kasih banyak." Jawabnya sambil tersenyum lebar. Membuatnya semakin cantik.

"Ketemu Raka langsung?" tanyaku setelah ia masuk.

"Iya, Abang juga kenal?"

"Ya, kalau ada acara keluarga di rumah kak Uli. Raka itu adik suaminya."

"Pantes.." Jawab Aya.

"Kapan mulai kerja?"

"Tanggal satu bang, Lusa."

"Masih bisa traktir abang dong."

"Ih amit-amit, masak pelaut minta traktir pengangguran."

"Kalau abang nunggu kamu gajian, keburu naik ke kapal."

"Ya udah, abang mau ditraktir apa?"

Aku melirik wajah polosnya, kalau tidak ingat keadaan sudah kucium.

"Gimana kalau nasi goreng aja. Ada warung pinggir jalan favorit abang."

"Abang lucu, doyannya kok makanan pinggir jalan."

"Bosan makan di resto yang nggak sesuai lidah. Perut abang Indonesia banget. kadang harus dipaksa supaya kenyang."

"Meskipun itu masakan Chef Raka?"

"Jujur aku kurang suka masakan dia, terlalu western untuk lidahku yang benar-benar Indonesia."

Aya hanya tertawa, segera kuarahkan mobil ke arah Warung Bu Marno. Warung kecil yang menjadi langgananku. Sambil makan kami masih terus bercerita.

"Aku kadang bingung dengan selera abang,"

"Nggak usah kamu, seluruh keluarga juga bingung. Aku paling suka kulineran di gang-gang sempit setiap kota besar. Karena bisa merasakan surga makanan."

"Aya jarang makan di luar bang, dan nggak suka coba makanan baru."

Aku tertawa, tipenya memang seperti itu.

"Raka bilang apa aja tadi?"

"Nggak apa-apa, kami hanya ngompng sebatas kerjaan."

"Yah, dia sebenarnya lebih fokus dengan resto di Bali. Karena namanya terkenal sampai ke manca Negara. Tapi yang di Jakarta lebih ke menjaga eksistensi aja sih. Beberapa kali malah dia harus buka tutup karena nggak punya orang yang bisa dipercaya."

"Abang kapan pulang?" tanya Aya tiba-tiba.

"Tiga hari lagi, kenapa?"

"Aku akan kehilangan teman ngobrol."

Kutatap wajahnya sambil tersenyum. Tak bisa menahan tangan, kuacak rambutnya. Wajahnya segera cemberut menahan kesal. Terlihat sangat lucu dan kekanakan.

"Abang akan sering telepon kamu, kalau ada signal."

"Kalau di tengah lautan memang sama sekali nggak ada ya bang?"

"Telepon kapal sih ada, tapi nggak enak dipakai kalau nggak penting sekali. Internet juga ada, untuk laporan harian, tapi dikunci sama kantor. Hanya bisa email antara kapal dan kantor saja."

USIA 34 /OPEN PO/Versi EBOOK tersedia Di IBUK.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang