Neira menampar pipi Luna, sungguh ia sudah sangat muak melihat wajah lugu yang selalu menipu semua orang itu.Luna yang mendapat serangan tiba-tiba jelas terkejut, namun ia tak bisa melakukan apapun selain meringis.
"Sebenarnya ada apa? apa yang salah sama Luna? kita bahkan belum pernah ketemu sebelumnya. Tapi kenapa Kak Neira begitu benci Luna?" tanya Luna pada akhirnya.
Neira tertwa kencang, saat mendengar penuturan Luna. Sembari menggeleng-gelengkan kepalanya ia kembali bersuara. "Bisa-bisanya lo lupa, sementara gue? gue bahkan hampir gila karena kejadian waktu itu!"
Luna hanya diam, menantikan penjelasan Neira. Rasa penasaran lebih besar, sampai-sampai rasa panas bekas tamparan Neira tak di hiraukan oleh Luna.
"Aiden Alvera, lo pasti kenalkan sama Kak Aiden?"
Luna dtak berkutik, benaknya mulai di gelitik bermacam tanda tanya. Bertanya-tanya siapa sosok Neira sebenarnya, sampai-sampai ia mengetahui soal peristiwa yang pernah Luna alami di masa lalu.
Neira yang sebelumnya tampak begitu emosi perlahan melunak saat ia menyebutkan nama seseorang yang Luna rasa memiliki sebuah hubungan penting dengan Neira.
Dengan pandangan kosong, Neira kembali melanjutkan. "Waktu gue umur 11 tahun, kedua orang tua gue ngalamin kecelakaan maut. Kejadian yang mau ngak mau buat gue tumbuh dan berkembang tanpa orang tua, peristiwa kelam yang buat gue ngak punya semangat hidup untuk ngelakuin apapun untuk kedepannya."
"Tapi di saat-saat sulit itu ngak bertahan lama karena Abang gue. Dia berhasil buat gue keluar dari masa-masa sulit, dia juga berusaha jadi orang tua yang baik buat gue sampai-sampai gue lupa kalau gue pernah putus asa di masa lalu."
Neira memberi jeda, menahan dirinya sendiri agar tidak tampak menyedihkan di mata orang yang amat sangat ia benci.
"Semuanya berjalan baik sampai suatu hari gue dapat kabar kalau Abang gue bunuh diri,"
"Gue jelas syok berat mendapat kabar itu, satu-satunya orang yang gue punya di dunia, dikabarkan meninggal dunia. Lagi-lagi gue kehilangan semangat untuk terus hidup, bahkan gue sempat berpikiran untuk ikut pergi ke tempat Abang orang tua gue. Tapi, mana mungkin bisa gue ikut pergi kalau tugas gue di bumi belum selesai."
"Gue ngerasa ada yang jangal dengan kematian Abang, gue coba cari tahu kesana kemari tapi hasilnya nihil. Semua orang yang gue temuin malah buat kewarasan gue hilang, pertanyaan-pertanyaan yang gue lempar malah di jawab dengan ngak berperikemanusiaan. Orang-orang itu bilang memang pantas Abang gue mati, karna dia jahat."
Neira tertawa miris, ia benar-benar tak bisa menahan air matanya yang sudah meluncurkan tanpa izin.
"Abang gue orang yang baik, sangat-sangat baik. Tapi kenapa orang-orang begitu benci dia? saat mereka tau kalau Abang udah ngak ada, perasaan benci itu masih tetap setia di hati orang-orang yang pernah gue temui."
"Sampai suatu hari, gue ketemu manusia yang mau menceritakan kronologi yang terjadi waktu itu. Dia menjelaskan semuanya secara rinci, dan yang gue ingat sampai sekarang. Orang itu bilang kalau waktu itu sebelum Abang gue memutuskan untuk loncat dari rooftop sekolah, dia bilang kalau Abang gue ngak sendirian. Melainkan ada lo di sana."
"Dan beberapa isu yang gue dengar-dengar sebelum Abang gue ngelakuin hal yang buat nyawanya melayang, dia sempat bicara sama lo. Ngak ada yang tau pasti apa yang kalian bicarain waktu itu, tapi pasti apa yang udah lo ucapkan waktu itu menyimpan makna mendalam sampai akhirnya Abang gue ngelakuin hal yang ngak seharusnya dia lakuin!!" pekik Neira dengan emosi yang membara.
![](https://img.wattpad.com/cover/193328652-288-k237524.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Lara Luna || END
किशोर उपन्यासSemuanya terjadi begitu saja. Entah apa yang terjadi sebelumnya, hingga kini aku berakhir seperti ini. Tatapan yang ia lemparkan, perilaku yang ia tunjukkan, dan kata-kata yang ia lontarkan semuanya terjadi atas dasar kebencian terhadapku. Segala ca...