NEKAT

9 0 0
                                    

"saya mau kamu segera keluar dari kantor saya."

Glek

"Tapi kan bapak belum jawab."Hanum berusaha menenangkan hati, jantungnya berdetak tak karuan, antara ingin menangis dan marah bercampur kesal. Kenapa harus dirinya yang menembak?

"Saya tidak bisa menerima, saya hanya mau kamu menjadi mahasiswi saya." Pak Rangga memegang bahu Hanum pelan, mengusapnya dengan sangat lembut dan berlalu pergi.

"Jangan lupa tutup pintu setelah kamu keluar, saya ada urusan sebentar."

Bayangkan bagaimana rupa Hanum setelah kepergian pak Rangga, hancur, kesal, marah, sebal, muak, dan sangat sangat malu!

Matanya sudah berair ingin menangis, cintanya ditolak dengan kasar dan tegas tapi masih ada unsur lembut tak membuat Hanum berhenti menangis. Buliran itu kini menetes tapi dengan cepat Hanum menyekanya.

"Cuma beda delapan tahun, masih bisa di perjuangin."

"Jangan lupa kunci pintu!." Teriakan itu terdengar dari arah luar, Hanum paham suara itu dan lagi lagi membuat wajahnya memerah karena kesal.

"Sudah nolak nyuruh nyuruh lagi!!" Teriak Hanum membalas, ia tengah fokus pada kunci yang dikatakan pak Rangga. Dimana kunci itu? Tapi belum sampai dua puluh detik Hanum telah menemukannya dan beracang ancang berjalan kearah pintu

"Apakah kalimat itu cukup sopan kamu katakan kepada saya Hanum?" Kepala pak Rangga menyembul dari balik pintu sontak membuat Hanum menjerit pelan, gadis itu mengusap dadanya karena kaget lalu kembali kewajah awal.

"Maaf, kenapa bapak masih disitu?" Tanya Hanum mengalihkan.

Pak Rangga memasukkan ponselnya kedalam saku celananya lalu menatap Hanum yang juga tengah menatapnya bertanya tanya dengan mata sedikit merah.

"Saya hanya menunggu kamu."

"K-kenapa menunggu saya? Bukannya mahasiswi tidak pantas di tunggu pak."

Pak Rangga memutar bola matanya bukan karena jengah tapi memang karena posisi wajahnya jauh dari wajah Hanum." Saya menunggu kamu karena menginginkan kunci kantor, takut nantinya kamu mencari saya ingin mengembalikan tapi saya sudah pergi jadi saya tunggu saja."

"Oh." Jawab Hanum singkat.

Tangannya melayang ingin memberikan kunci lalu di tangkap oleh pak Rangga sempurna.

"Kurang kurangin begadang Hanum, matamu memerah karena hal itu." Setelah mengatakan itu pak Rangga berlalu meninggalakn Hanum yang ternganga

Begadang palakau botak!

Apa yang harus ia lakukan selanjutnya? Meminta nomor handphone sudah tapi di tolak meminta pembalasan cinta juga sama ditolak. Kenapa semua DITOLAK?! Apa ia harus belajar menembak dengan sangat baik agar diterima? Jawabannya hanya satu, ia harus berubah.

...

"Ditolak."

Rasya menutup mulutnya menahan tawa, perutnya sampai sakit mendengar penjelasan Hanum soal tadi siang dikantor pak Rangga.

"Terus gimana?"

Hanum mengerucutkan bibirnya sebal." Terus apaan? Batu banget tuh dosen."

"Batu batu tapi lo demen."

"Kalo enggak mah ogah gue nembak sampe nahan malu gitu."

"Kalo ada dia disini udah gue caci maki karena nolak cewek cakep kaya gue." Hanum menutup matanya karena kesal lalu memainkan pulpen yang ada diatas meja.

KUTUB SELATAN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang