PARA LELAKI TAMPAN

5 0 0
                                    

BAGASKARA ERCHIKO, berperawakan lumayan tinggi dengan alis tebal dan juga lesung pipi kecil di bawah bibirnya. Lelaki itu adalah salah satu sahabat karib Rangga yang juga menjabat sebagai dosen. Rata rata sahabat Rangga semuanya adalah dosen, tidak menarik? tapi keseruannya boleh di pertunjukkan.

Lagi MUHAMAD ZARKY, lelaki dengan postur tubuh ideal dan banyak yang naksir, salah satunya perempuan yang sekarang dekat dengan Rangga yaitu Ara. Sudah biasa jika doi temannya menyukai temannya juga jadi jika itu terjadi dalam persahabat mereka, mereka semua hanya bisa berserah diri kepada yang di atas. Siapa yang cocok dan jodoh mereka ikhlas.

Zarky juga tipe laki laki yang irit bicara jika menyangkut mengajar, apa lagi menyangkut Ara tadi, ia selalu merasa tidak nyaman kepada Rangga jikalau Ara sudah bermanja padanya didepan lelaki itu.

HARISTTO FADLAN MUNGGARA, jujur sejujur jujurnya lelaki yang bernama Fadlan juga pernah menyukai perempuan yang sama, yaitu Ara lagi. Tapi dengan kesungguhan hati dan keikhlasan yang begitu dalam ia mundur ketika kedua temannya sedang dekat dengan perempuan itu. Fadlan adalah tipe lelaki yang jago sekali membuat perempuan klepek klepek, jika bisa ia urutkan siapa saja rentetan para dosen perempuan sudah baper padanya dan lebih bar bar lagi mahasiswinya juga sebagian sudah pada bawa perasaan.

Cukupp--

Sekarang giliran Rangga.

RANGGA DESVARO GELANO, lelaki yang sudah menempat di hati hanum sejak awal menjadi maba. Perawakan Rangga sangat berbeda dari ketiga teman teman nya, eh tidak-- hampir sama dengan Zarky hanya bedanya Zarky dingin ketika mengajar tapi kalau Rangga dingin di semua suasana.

Walaupun menjabat sebagai dosen rambut Rangga yang seperti anak jaman now, Hanum suka sekali model rambut laki laki itu, faktor yang membuat Hanum klepek klepek adalah rambut yang merupakan tipe idaman perempuan itu.

Alis tebal rahang mulus dan proporsional mampu membuat hati Hanum berdetak tidak karuan bahkan jika boleh dan di izinkan ia mau menempelkan poster wajah dosennya itu didalam kamar tapi seorang ibulah yang menjadi halangan ia berbuat itu. Ibunya akan marah jika tau Hanum memajang foto laki laki apalagi dosennya sendiri.

Masih muda bukan? Tahun ini pak Rangga menempuh umur sekitaran 23 dan bulan Agustus tanggal lima belas beliau akan bertambah umur menjadi 24, Hanum ingin memberikan surprise, sesuatu yang luar biasa dan bermakna untuk dosennya itu.

Sesuatu yang membuat semua orang akan menatapnya tidak percaya.

Sesuatu yang membuat semua orang tidak habis pikir.

Melamar pak rangga--
--sesuatu yang tidak mungkin terjadi.

Ya memang mana mungkin Hanum melamar bapak itu? Perempuan macam apa dirinya? Cih, dia juga masih punya harga diri memohon mohon hal sepele semacam itu.

"Kira kira kalo saya nembak bapak lagi, bapak terima ga?"

Lelaki di ujung yang tengah mengambil secangkir kopi panas seketika ingin meledak ledak, ia memutar bola matanya menatap Hanum yang terus saja memaksa dirinya selalu atas perasaan yang sama sekali tidak ia rasakan.

Bagaimana jika Rangga berbicara dengan intonasi layaknya orang biasa bukan seorang dosen? Pastinya Hanum akan merasa sakit hati, tapi jika ia terus kan seperti ini maka dirinya lah yang akan sakit jiwa dan mental, sepertinya Hanum memang butuh kepastian, kepastian bahwa Rangga tidak akan pernah menyukai mahasiswi nya-- selamanya.

Rangga meletakkan secangkir kopi panas di meja kantornya. Pandangannya terarah pada tangan gadis itu yang terus terusan mengetuk meja seperti menunggu jawaban.

"Saya perjelas untuk terakhir kalinya, saya tidak menyukai mahasiswi, Hanum."

Gadis itu masih diam.

"SAYA TEKANKAN SEKALI LAGI, BAHWA SAYA SANGAT TIDAK SUKA PRILAKU ANDA MENGGANGU DENGAN TERUS TERUSAN MENANYAKAN HAL YANG TIDAK PENTING." tidak membentak tapi lebih kearah tegas, Rangga tidak mau mengambil resiko jika ia malah membentak mahasiswi yang notabennya adalah seorang perempuan. Ini juga masalahnya bukan soal matkul melainkan perasaan masing masing dari perorangan.

Perasaan yang di paksakan tidak akan berjalan dengan sempurna dan indah, sama seperti Hanum yang memaksa kan dirinya yang jelas jelas tidak memiliki perasaan yang sama.

Rangga jahat?

Maaf, tapi hatinya berkata seperti itu.

"seandainya Kalo saya bukan mahasiswi bapak, apakah bapak akan menerima cinta saya?" Entah mengapa suara Hanum terdengar bergetar, nafasnya juga tidak terlalu panjang seperti biasanya. Wajahnya sedikit memerah dan bibirnya yang terus terusan gadis itu gigit menandakan bahwa Hanum akan segera menangis.

"Tidak ada seandainya Hanum, semuanya sudah terjadi secara murni." Tatapan pak Rangga seolah olah mengusir Hanum dari hadapan nya. Nada suaranya juga masih terdengar tegas dan sedikit membentak, tatapan yang setiap saat dingin padanya kembali muncul.

"Apa saya perlu keluar dari universitas ini untuk pak Rangga?"

Wajah pak Rangga berubah seratus persen khawatir, lelaki itu menggeleng sembari mengerutkan dahinya terus terusan menatap Hanum tanpa henti." Kamu gila Hanum?"

Seketika Hanum tertawa," saya gak bakal ngelakuin hal bodoh itu untuk hal yang tidak penting."

Jleb

Rangga menganguk setuju akan ucapan mahasiswi nya.

"Baiklah kalau begitu, berhenti mengejar ngejar saja Hanum. Saya risih."

Hanum menganguk mengiyakan, ia ingin segera pergi dari hadapan dosen laknat ini. Niatnya ingin menarik cas bunga lalu melemparnya tepat di wajah lelaki itu sirna ketika mengingat sila kedua Pancasila, ia harus bersikap kemanusiaan karena mereka sama sama manusia yang harus saling menyayangi.

"Baik pak, terima kasih akan waktunya."

"Iya."

Setelah itu Hanum keluar dari kantor dosen itu dan berhenti di balik pintu. Hanum menyandar sebentar sebelum benar benar mengeluarkan setetes ingus kental dari lubang hidungnya.

Gadis itu menyisiskannya lalu mengelap wajahnya pelan, kenapa hatinya begitu retak? Bahkan lebih retak ketika dirinya di selingkuhi oleh mantan kekasihnya dulu.

Apakah dirinya harus benar benar melupakan pak Rangga? Membuang jauh jauh perasaan yang sudah begitu dalam menyusup? Apakah bisa? Apakah dirinya mau melakukan itu?

Sudahlah, Hanum akan memikirkannya nanti dan sekarang ia harus membuang semua kenangan pahit dua puluh menit yang lalu di dalam kantor dosennya itu.





KUTUB SELATAN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang