Saat pertama kali kutatap gedung yang menghalangi mentari pagi,
Tubuhku getar tak sanggup pergi.
Apa itu?
Tempat baru? Seragam baru? Teman baru?
Buatku asing tuk tinggal selamanya-
Juga, buatku rumit melupa kisah lama.Tempat ini terlalu egois, untuk tempat lama yang terlampau manis.
Tak ada kenyamanan, hanya persaingan.
Sesulit inikah menjadi diri sendiri. Di sini?
Diselimuti haus pertemanan palsu,
Terjerat ekspetasi masa,
Juga, ambisi maha benar?Tidak ada hati yang sesungguhnya dalam hal baru.
Hanya harap puas tuk tenang.
Hanya simpati dan kekuasaan.
Merasa kasihan serta merasa benci....
Saat semua mata terpejam,
Dengan hati tanpa kepalsuan,
Hanya dia yang berjalan ke arahku.
Menggenggam erat tanganku, lalu berkata "semua itu wajar."
Senyum yang telah memudar itu, masih menghangatkan.
Sebuah nama itu, sahabat pertama ku.Suasana baru pun beranjak pergi saat kamu menyapa ku.
Kamu, dia, dan mereka.
Perlahan memakai hati, menjadi diri sendiri.
Sikap egois nyatanya humoris dan manis.Sekarang,
Aku percaya.
Sesuatu itu layaknya siklus tak berujung.
Yang melahirkan egois lalu membesarkan manis dan meninggalkan tangis.Untukmu aku percaya.
.
.
.
Selamat malam..
Siapa yang rindu mereka? Sahabat/teman tentunya.
Author tbtb rindu mereka hahahaVote 🌟 comment 📢 share 🗣️
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJAK AWAL- Kumpulan [PUISI & PROSA]
PoesíaPuisi-puisi hangat. Yang akan menemani dingin mu setiap saat. Menulis memang bukan perkara mudah. Kondisi, lingkungan, emosi harus kita kuasai lebih dulu. Iya kan? Perlu tahu bahwa menulis bukanlah suatu keahlian pasti. Tapi, kebiasaan rutin.