TEMAN DARI KECIL
Tepat nya kapan, aku juga tidak tahu kapan kami berdua pertama kali bertemu, yang aku tahu begitu aku berumur 7 tahun, aku mempunyai teman main, namanya Benua, dia seorang laki-laki, kulitnya putih, dan pendiam? tidak juga sih, tapi dia juga tidak cerewet, entahlah.
beranjak dewasa, kami berdua masih selalu bersama, papaku dan papanya sahabat baik, jadi aku dan Benua sangat akrab, dan ada beberapa sahabat kecil ku yang lain, tapi nanti saja perkenalannya dengan mereka.
seiring waktu berjalan, aku dan Benua terlalu sering bersama, hingga...
"Dera, gue suka sama lo " kata Benua.
aku heran sih awalnya tapi akhirnya aku bisa menjawab "gue juga"
"serius?" tanya nya "sejak kapan?"
"lah? sejak kita kecil" jawabku polos, wajahnya berubah sedih.
"bukan suka itu!! maksudnya gue suka elo se-"
"ssst, Benu, gue tau apa yang bakal lo bilang, tapi gue nggak mau dengar" sebenarnya aku takut dengan ap lanjutan ucapan Benua, aku bukan orang bodoh juga sih, aku udah lama tahu kalau Benua suka sama aku bukan sebagai teman lagi, itu pun aku juga tahu dari sahabat aku, katanya Benua sering cerita kalau dia suka sama aku.
dan yang aku nggak mau dengar, yah pengakuan Benua, aku nggak mau Benua suka sama aku! titik.
"ngapain lo berdua?" tiba-tiba suara muncul dan oh! terima kasih Tuhan, penyelamat ku datang, namanya Laut, teman aku dari kecil juga, dia beda 2 tahun lebih tua dari aku dan Benua, dia ganteng, pintar, tapi ketus, dingin tak berperasaan! tapi aku suka.
"hey.." sapaku ke Laut "lo sama siapa ke sini?"
"sendiri," jawabnya, wajahku memerah malu, Laut sendirian datang kerumah aku, pasti mau ketemu sama a- "Bokap lo ada?"
"ha?"
"bokap lo ada? gue mau antar ini," tunjuknya membawa kotak makan "katanya Mama lo sakit yah? jadi Mama gue buatin ini buat bokap lo sama lo,"
hmmmm, aku mengangguk, "sini, biar gue aja yang kasih Papa"
Laut memberikanku kotak makanan itu, lalu duduk di samping Benua, aku bisa mendengar mereka sudah saling sapa, kadang aku iri sama Benua, enak banget bisa bicara asik banget sama Laut, kebayang deh dengar suaranya bicara panjang lebar tentang kesehariannya, dan... aww jadi malu.
setelah itu, aku kembali bergabung dengan Laut dan Benua.
"Ra, gue udah mau pamit nih, bilang yah ama Bokap lo" ujar Laut, berdiri dari tempatnya, aku menatap Laut sedikit kecewa.
"gak mau tinggal aja dulu? diluar hujan deras" ujar ku menunjuk keluar jendela yang sedang hujan deras.
"mama sendirian, papa lagi keluar" ujar Laut "apalagi hujan deras"
"gue ikut sama lo deh, kayaknya hujannya awet" timpal Benua, aku belum berani sih tatap Benua sehabis pengakuannya yang tadi.
"yaudah, motor lo gimana?"
"gampang, besok gue ambil lagi disini" ujar Benua, "Ra, nitip motor gue yah"
aku hanya mengangguk "yakali gue jual"
"hehe, lucu" ujar Benua sarkas, aku memutar bola mataku.
"gue pulang yah" ujar Benua, sambil mengacak rambutku, kebiasannya dan seperti biasa pelototan mata adalah hadiah yah Benua pantas dapatkan dariku.
"bye Ra" ujar Laut.
"byeee"
itu adalah saat terakhir aku melihat Benua dan Laut keluar dari rumahku semenjak telepon mendadak yang membangunkan ku dari tidur, telepon dari Mamanya Benua, katanya Benua dan Laut sedang di rumah sakit, baru-baru kecelakaan sehabis pulang dari rumahku, jantungku seperti ingin berhenti, tangisan dan rasa cemas menyelimuti ku di malam itu, secepatnya menuju rumah sakit tempat mereka dibawa.
syukurnya, Tuhan masih sayang dengan mereka, tidak henti-hentinya aku berdoa sepanjang jalanan semoga mereka baik-baik saja.
mereka berdua sempat kritis, bahkan aku melihat mobil Laut yang penampakannya sudah sangat hancur, tangisku makin menjadi saat itu, tapi melihat wajah Mama Laut, dan Benua, aku langsung agak tenang ketika mereka bilang Laut dan Benua sudah melewati masa kritis nya . syukurlahhhhh.
"Ra, siniii" ujar Awan, lelaki tinggi, putih dan berkacamata, memanggilku.
"kenapa?" ujarku sedikit cemas, melihat Awan yang baru keluar dari ruangan Laut dan Benua.
"mereka nggak apa-apa kan?" tanyaku cemas."nggak apa-apa sih, cuman kayaknya mereka lupa ingatan dehhhh" ujar Awan sambil berbisik.
aku langsung melotot menatap Awan, baru-baru saja Mama Benua menjelaskan ucapan dokter dan aku tidak mendengar kalau mereka hilang ingatan atau semacamnya.
"sini dehh" lalu Awan menarikku masuk menemui mereka, ketika aku masuk, Benua dan Laut serentak memandangiku, dan bisa kudengar suara Laut memanngil namaku "samudera!!!" dengan nada sedikit antusias?
####
hai gais, semoga kalian bisa suka dengan prolog aku dicerita ini, setelah lama nggak muncul, aku jadi pengen nulis cerita yang agak baru, makanya aku sengaja bkin cerita fiksi gitu, dan soal nama, aku lagi suka dengan nama-nama yang ada di alam ini, jadinya mama karakternya aku namain semua nama-nama yang identik dengan alam :)
so vote and comment for the next chapter! 🧡

KAMU SEDANG MEMBACA
sw!tch
FantasíaBenua tidak pernah menyangka saat bangung dari kecelakaan itu dia terjebak di tubuh sahabatnya, Laut. Laut bahkan tidak pernah menginginkan menjadi Benua, berada di tubuh Benua membuat lelah untuk berinteraksi dengan orang-orang lain. sedangkan Sa...