Manisan

73 41 10
                                    

"Javas kamu ngapain nungging di sana?"

BRAK!

"Aw!" Gue meringis kesakitan gila! Nih kepala gue kebentur bawah meja!

Sedangkan Razil dan Dito bukannya bantuin malah ketawa lepas.

Itu suara Pak Zidan kepala sekolah gue, yang nggak ada angin nggak ada hantu justru nongol di ruang Bimbingan Konseling.

Abis redain sakit gue bangun sambil memeluk buku tahunan.

"Hai Pak selamat siang! Hari yang cerah ya?" Ucap gue sambil nyengir.

"Kalian kenapa bisa masuk ke sini? Bukannya istirahat, itu di tangan kamu lagi pegang buku apa?"

Gue nyengir semakin lebar.

"Kalian berdua bisa jelaskan kenapa mudah masuk ke sini? Bukannya ruangan BK dikunci ya?"

Sih Bapak pake tanya segala ya bisalah, gue 'kan ceritanya manfaatin wajah ganteng gue buat rayu Bu Naura.

Dan bisa ditebak? Itu guru langsung luluh saat liat senyum gue.

"Ta, tadi kami udah izin Pak sama Bu Naura." Dito jawab dengan takut.

"Iya Pak kami berdua nggak macam-macam kok, hanya temani Javas."

"Itu di tangan kamu pegang buku apa Javas?"

"Buku tahunan Pak."

"Ya udah jangan lama-lama nanti setelah dilihat, dikembalikan yang benar Bapak mau istirahat dulu."

Gue mengangguk lalu duduk di kursi diikuti kedua ayam gue.

"Lagian lo napa nggak coba tanya langsung biodata Abel? Kalo kayak gini 'kan lo juga yang repot."

Omongan Razil buat gue jitak keras kepalanya sampe dia ngaduh kesakitan.

"Elo bego atau apa? Kalo gue tanya langsung ya ketauan! Gue tuh nggak mau terlalu keliatan mau tau kali tentang dia."

Dito dan Razil masang raut muka mau muntah.

Kurang ajar!

💜💜💜

"Sayang! Kamu kok cuekin Mona terus sih dari tadi?! Kamu lihat apa coba?"

Nih cewek berisik kali! Masa nggak ngerti bahasa tubuh gue yang nggak mau diganggu sama dia?!

Apa perlu gue siapin garam buat ngusir dia pergi?

"Jangan bilang kamu bela-belain istirahat kedua ke perpus, hanya untuk perhatikan cewek jelek itu?!"

Gue lepas kasar tangan Mona sejak tadi meluk lengan kiri gue.

"Gue nggak ada suruh lo ikut gue ke sini, itu kemauan lo." 

"Loh, Sayang mau ke mana?! Udah bagus kita duduk di kursi kok pergi?!"

Cewek itu emang dasar gila! Nggak sadar tempat teriak-teriak kayak gitu. Udah banyak dipelototin murid lain bukannya cepat sadar.

Tujuan utama gue sih Abel. Makanya gue bela-belain ke perpus dibanding nongkrong ditepi lapangan basket sama yang lain. 

Abel gemasin! Saking gemasnya gue mau cium pipinya,

Eh?

"Ehem!"

Gue ceritanya lagi kasih kode biar Abel sadar, keberadaan cowok terlalu ganteng di dekat dia.

"Kamu kok di sini?"

"Kenapa? Emangnya ada peraturan yang mengatakan, kalau seorang Javas Mahendra, nggak boleh ke sini?"

"Bukan gitu,"

Gue senyum lalu dekatin dia tapi dasar Abel yang gemas, jalan mundur sampe dia bersandar di antara rak buku.

Terbesit ide jail gue buat ngurung dia. Dan benar aja matanya melotot lucu dengan kedua tangan berusaha nurunin tangan gue.

"Diam atau aku cium kamu?" Bisik gue buat Abel nutup setengah wajah gunakan buku.

Abel napa gemasin! Saking manisnya sampe kalah itu manisan-manisan yang dijual di kantin sekolah gue!

Berusaha nahan tawa gue nurunin buku nutupin muka cantiknya.

"Aku hanya mau bilang, kalau nanti malam akan main ke rumah kamu."

"Nggak bisa aku kerja,"

"Aku udah izinin kamu dan kebetulan, bos kamu itu temannya Mama jadi aku punya nomor ponselnya."

"Kok bisa?"

"Ya bisa, jadi nggak ada alasan kamu nggak siap-siap malam ini."

Abel natap gue bingung, "Mau ke rumah kok, aku disuruh siap-siap?"

"Aku ke rumah kamu seperti biasa minta izin sama Ibu kamu, untuk culik anak gadisnya sebentar."

"Kita mau ke mana?"

Gue cubit gemas hidungnya, "Kalau aku kasih tau sekarang, nanti nggak jadi kejutan lagi."

~♥~

PURPLE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang