"Elo mau ke mana?!"
Gue yang udah pake tas noleh bentar ke Razil.
"Toilet." Jawab gue keluar duluan setelah guru mata pelajaran fisika kami keluar kelas.
"Elo nggak coba-coba kabur, kan? Gue mesti salin tugas lo buat besok pagi!"
"Nggak!"
Bel pulang sekolah udah bunyi tapi gue mesti pulang dikit telat, karna sih Razil yang mau salin tugas gue.
Selesai dari toilet gue balik ke kelas lagi. Tadinya gue pikir kelas udah sepi tapi apa yang gue liat buat gue dikit bingung sekarang. Murid-murid kelas belum pada pulang dan sekarang, kelas lebih heboh dari sebelum gue pergi ke toilet beberapa menit lalu.
Apa yang terjadi?
"Jav! Lo harus liat nih!" Teriak salah satu teman kelas gue dengan penuh tawa.
"Apaan?"
"Kembalikan bukunya ..."
"Iya nanti ya? Abis Javas liat isinya!"
Kelas jadi riuh gue mendekat raih cepat buku warna ungu kepunyaan Abel.
"Elo dengar nggak? Dia bilang apa barusan? Dia minta bukunya dibalikin lo tuli?"
"Tapi lo harus liat dulu, bro! Apa isinya buat kita ketawa lepas gini!"
Buku Abel dirampas cepat dari tangan gue, saat gue mau raihnya balik, mereka buka halaman yang sukses buat gue diam. Di tengah halaman buku itu wajah gue terlukis.
"Konyol! Cupu kali nih cewek! Dia bilang dia suka lo, bro! Dia bilang dia jatuh cinta buat pertama kalinya sama lo! Gila nggak?! Percaya diri kali dasar aneh!"
"Eh! Cewek aneh! Lo nggak berhak suka sama Javas! Karna dia hanya milik Mona!"
"Norak banget sih?! Buat malu aja! Sekali aneh tetap aneh!"
Gue sadar dari rasa kaget lalu liat Abel. Sebelum gue mulai omongan Abel udah pergi dengan buku itu berhasil diambilnya.
Pecahnya suara tawa di kelas ini buat kepala gue tiba-tiba sakit.
"Dasar aneh! Dia pikir dia siapa bisa berani jatuh cinta sama Javas?! Dia harusnya sadar diri! Javas punya fans cantik-cantik termasuk gue sementara dia?! Hanya cewek aneh, cupu, jelek, idup lagi!"
"Bisa diam nggak?!"
Teriakan gue buat mereka diam. Kelas jadi hening dan gue keluar cepat dari kelas. Gue butuh rasa tenang serta mikir serius hadapin nih masalah baru.
💜💜💜
"Elo jahat, bro. Parah tadi." Razil ngomong tanpa mau gue balas. Gue berusaha sibuk main game di ponsel.
Saat ini gue di rumah dengan Razil dan Dito tiba-tiba datang.
"Elo nggak berusaha kejar Abel, lo justru pergi dan buat dia dipermaluin depan mereka."
"Itu resiko dia."
Omongan yang keluar spontan dari mulut gue justru buat diri gue sendiri kaget.
"Kita berdua mikir lo suka sama Abel, tapi abis tau lo hanya permainkan dia lo —"
"Gue nggak permainkan dia gue hanya care! Nggak seharusnya dia punya perasaan lebih ke gue! Itu buat dia bisa sakit dan jadi bahan bully. Gue butuh tidur kalian bisa pulang sekarang, please?"
Dito yang sejak tadi diam kini natap gue buat gue benci sama itu tatapan.
"Hanya karna lo tau perasaannya, lo justru sikap kayak gini? Lalu apa bedanya lo sama yang lain? Lo sama aja kayak mereka, jadi pelaku utama buat nyiksa Abel secara perlahan."
Omongan Dito buat kepala gue makin pusing. Sekarang gue sangat benci ada di situasi kayak gini.
~♥~
KAMU SEDANG MEMBACA
PURPLE [END]
HumorThis work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( Undang - undang Hak Cipta Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014 ) =================================== Gue nggak pernah kayak gini mikirin seseorang sampe segitunya. Kata g...