Laki-laki Tua

73 39 10
                                    

18 tahun gue hidup nggak pernah gue terlalu fokus kayak gini. Ngerjain sesuatu sampe terniat bahkan rasa lelah nggak gue rasain sama sekali.

Padahal sepulang sekolah gue langsung ngerjain tanpa pulang dulu ke rumah. Cacing perut gue yang demo minta jatah di saat jam-jam pulang sekolah, hanya bisa gue kasih sepotong roti gue beli di warung terdekat.

"Udah jam lima lewat bentar lagi selesai." Suara bahagia Razil buat gue ketawa.

Iya jadi ceritanya gue kerjain sesuatu nggak sendiri ada dua ayam gue, yang setia mau bantu walau tetap nanti bakal dapat upah.

"Janji ya, bro! Lo mau kasih nomor baru Mona ke gue? Jangan ingkar awas lo?!"

"Iya gue kasih. Ngapain juga gue save tuh nomor buat diri sendiri nggak penting. Lagian ya lo kok bisa naksir sama Mbak kunti? Aneh lo! Napa gue bilang aneh? Nggak ada gue minta dia main sambar ponsel gue dan save nomornya sendiri di sana, idih!"

"Mona tuh kayak bidadari, yang turun dari kayangan." Razil berputar-putar riang.

"Oh, yang turun dari jamban?" Omongan gue buat Razil tersandung kakinya sendiri dan jatuh.

Gue dan Dito sontak ketawa lepas.

"Jahat lo! Masa samain Mona dengan jamban!"

💜💜💜

Siapa yang berdiri di depan cermin ini? Gantengnya! Eh, baru sadar kalo orang itu adalah gue sendiri.

HAHA!!!!

Abis semprotin parfum biar fresh, keren dan tambah ganteng gue keluar kamar.

"Ciee, yang mau kencan manis sama Kak Abel." 

Gue julurkan lidah ke Shinta. Gue mau buat dia iri karna belum cukup umur buat kayak gue, haha!!!!

"Semoga Kak Abel segera diberikan hidayah. Kasian kalau punya pacar model narsis tingkat tinggi kayak gini."

Kurang ajar!

Gue pukul Shinta gunain bantal sofa. Bukannya takut dia ketawa kencang dan lari pergi tinggalin gue sendiri.

Akhirnya gue putuskan abaikan Adik tercinta gue, kalo gue balas jailkan dia yang ada gue telat pergi.

Makan waktu beberapa menit aja buat gue sampe di depan rumah Abel. 

Eitsss! Kali ini gue pake Ben. Sih Ojol gue tidurin dulu oh iya, Ojol nama motor gue kepanjangannya adalah,

Brojol.

Abis letakin sih Ben gue jalan nuju pintu rumah.

PRANG! 

Bunyi pecahan kaca buat kinerja jantung gue beradu cepat. Panik datang gue mau raih ganggang pintu tapi nih pintu dibuka dari dalam.

"Abel apa yang ter —" Gue berhenti ngomong.

"Siapa kamu?" Tanya seorang pria paruh baya kini berdiri di depan gue.

"Maaf, sepertinya saya yang harus bertanya Anda siapa? Kenapa bisa berada di rumah Abel?"

"Oh, kamu temannya? Sejak kapan anak itu punya teman? Tidak ada mau berteman sama anak yang aneh seperti dia."

"Anda siapa?! Berani menghina Abel seperti ini?!"

Gue emosi! Kalo nggak ingat nih orang tua udah berumur gue pukul sekarang.

Dasar Gila!

"Saya Ayahnya."

Oh ...

Jadi? Sosok Pak tua yang berdiri di hadapan gue nih Ayahnya?

Gue mau ketawa aja!

"Setelah apa yang Anda perbuat selama ini, Anda masih bisa menyebut bahwa Anda adalah Ayahnya? Maaf jika saya lancang, tapi saya mewakili suara hati Abel."

"Apa-apaan kamu?! Saya Ayahnya karena setiap bulan selalu transfer uang ke dia! Untuk kehidupan dia dan Ibunya!"

"Satu fakta belum Anda ketahui, bahwa Abel tidak pernah menggunakan uang Anda bahkan sepeser pun! Untuk mencukupi hidupnya dan Ibunya dia kerja setiap hari walau gajinya sangat kecil. Apa Anda tidak mengecek uang yang Anda kirimkan?"

Gue emosi gila!

"Atau fakta lainnya bahwa uang itu sebenarnya tidak pernah ada sama sekali? Karena istri tersayang Anda hanya bersandiwara seakan uang-uang yang Anda berikan, sudah di transfer sesuai apa Anda inginkan?"

Nih laki-laki tua natap gue kaget. Gue puas karna udah keluarin semua perwakilan amarah Abel.

Gue melangkah masuk tinggalin dia sendiri dengan tampang muka kayak orang nggak punya tujuan arah. Saat gue masuk ke dalam hal pertama gue liat Abel lagi bersihin pecahan kaca gue tebak gelas.

"Biar aku aja."

"Aku nggak mau repotin kamu ..."

"Sama sekali nggak." Gue raih sapu dan natap dia, "Kamu udah lihat kondisi Ibumu?"

Abel menggeleng di tengah upaya dirinya menghapus air mata.

Gue sakit liat dia nangis.

"Lihat Ibumu dan biarin aku bersihkan ini."

"Terima kasih,"

~♥~

PURPLE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang