Sekolah Baru

31 9 2
                                    

🐣 kecantikan itu bukan dari penampilan, tetapi dari hati. Hanya saja ia tersembunyi dan semuanya tertuju pada penampilan. 🐣

Seorang gadis menatap pada gedung di depannya. Bagunan besar yang di depannya  bertuliskan "SMA Pelita Jaya"
Gadis itu memasuki gerbang dan memberikan senyuman pada satpam yang bertugas pagi ini.

Langkah kaki itu terus menyusuri setiap koridor sekolah, mencari dimana ruang Guru berada, sesekali matanya menatap ke segala arah tapi nihil.

"Cari apa nak? " tanya seseorang dari arah belakang.

"Oh maaf Pak, saya mau cari ruangan guru. Apa bapak tahu dimana ruangan itu? " tanya Hany.

"Mari saya antarkan, " ucap bapak tua itu.

Hany diantarkan Pak Suryo,  cleaning service di sekolah itu. Beliau melihat Hany kebingungan saat mencari Ruangan Guru, kebetulan ia sedang mengepel di Koridor lantai satu.

"Ini nak, bapak kembali bekerja dulu," ucap Pak Suryo lalu kembali ke aktifitasnya.

Hany mengetuk pintu, kemudian membukakan nya sedikit. Di dalam sana, terdapat seorang wanita bertubuh gemuk sedang memeriksa sesuatu. Hany kemudian mengucapkan salam dan masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Selamat pagi bu, maaf menganggu, "

"Selamat pagi, apa kamu murid baru?" tanya guru itu sambil memperhatikan penampilan Hany.
Bayangkan saja, rambut Hany di kuncir menjadi dua, belum lagi kacamata dan rok yang agak kebesaran membuat guru itu memperhatikannya intens.

Hany yang di tatap seperti itu, kini menjadi gugup, tapi ia mencoba tersenyum dan menjawab pertanyaan guru itu.
"Iya bu, Saya Hany Anjelli Permata, " ucap Hany memperkenalkan diri.

"Apa kamu murid beasiswa? Kalau iya, berarti kamu masuk ke kelas IPA. Ayok ikut dengan saya! " titah Bu Sri.

"Baik bu,"

Dalam perjalanan menuju ke kelas. Banyak pasang mata yang menatap Hany. bukan mereka terpesona tapi merasa jijik dengan penampilan Hany.  Sekolah ini termasuk Sekola Elite jadi wajar jika para muridnya rata-rata dari kalangan atas. Ada juga murid dari kalangan bawah tapi  kebanyakan dari mereka mendapatkan beasiswa dan bisa bersekolah di sekolah ini.

Seperti Hany saat ini, dia bahkan sangat bersyukur bisa mendapatkan Baesiswa di sekolah  Pelita Jaya.

"Murid baru? kok penampilannya aneh begitu, "

"wajahnya itu loh, ngak ada cantik-cantik nya, "

"Adu kacamatanya kok lucu bangat si,"

"Si mbak dari planet mana? kok baju sama roknya kebesaran si, "

begitulah perkataan murid-murid di sekolah itu. Hany hanya menunduk tanpa memperdulikan perkataan mereka.

"Baik ini kelas kamu,"

Ibu Sri masuk ke kelas itu, di dalam sana semuanya hening. Bukan ibu Sri hantu tapi karena guru yang mengajar di kelas itu termasuk guru terkiler.

"Permisi Pak Yud. Ada anak baru yang  mau masuk kelas ini. " ucap Bu Sri sesekali memainkan matanya.

Pak Yuda menghembuskan napasnya kasar. Guru tampan itu di goda oleh Bu Sri yang notabennya sudah bersuami.

"Maaf Bu, matanya jangan di gituin.
Panggil saja anak itu kemari. "

Bu Sri tersenyum lalu menyuruh Hany masuk dan ia pun pamit kembali ke ruang guru.

"Ayok Hany ke sini, "

saat Hany masuk, semuanya menatap Hany. Hening dan tak bersuara namun beberapa menit kemudian murid di kelas itu tertawa terbahak-bahak.

"Ahahah, kok penampilannya gitu si, "

"Kampungan bangat si dia, "

"Awh! mataku sakit, "

"Diam! "

sebuah suara melegar di ruangan tersebut. Murid di kelas itu terdiam dan langsung menunduk.

Sedangkan Hany, ia tak bisa membendung air matanya. Ia mencoba memperbaiki kacamata dan menghapus sesuatu dari matanya itu.

"Apa kalian tidak pernah diajarkan untuk menghargai orang lain! Ha! "

Semuanya terdiam dan tak bisa menjawab pertanyaan dari Pak Yuda.
Hany masih menunduk, ia tak berani menatap mereka satu persatu.

"Tolong bapak minta sama kalian, dia juga teman kalian, " ucap Pak Yuda.

"dia bukan teman kami pak, lihat aja penampilannya gitu, " ucap salah seorang siswa.

"Bagas! jaga omongan kamu itu! "

Bagas terdiam. Pak Yuda kemudian menyuruh Hany untuk memperkenalkan dirinya.

"Ayok nak, silakan perkenalkan dirimu, " suru Pak Yuda.

Hany menarik napasnya dalam-dalam. Jujur ia tak Terima di perlakukan seperti itu.

"Perkenalkan nama saya, Hany Anjeli Permata, salam kenal semuanya. "

Seluruh murid pun menjawab dan Hany di persilakan duduk di bangku yang kosong.
Bangku yang masih kosong tersisah dua. Yang satunya di pojok depan dan satunya di pojok paling belakang.

Saat Hany ingin ke pojok depan, seorang  siswi langsung menaruh tasnya. Hany paham dengan reaksi siswi tersebut. Akhirnya ia pun menuju kursi bagian belakang, di sana terdapat seorang gadis bertubuh gemuk. Dia tersenyum ke arah Hany lalu mempersilakan Hany untuk duduk.

Sekarang Hany paham. Mengapa Siswi itu duduk sendirian dan paling belakang.
Ternyata beginilah jadi murid yang didiskriminasikan.

"Hallo, aku Elin," ucap Elin sambil menyodorkan tangannya.

"Hallo, Hany. "

Setelah membalas ukuran tangan Elin. Hany membuka bukunya dan mereka melanjutkan pelajaran tersebut.

TBC

#Epiphany part berikutnya dinantikan nya

Salam  dari Author manis.

EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang