Dan Terjadi Lagi

14 5 0
                                    

🐣"Mungkin kamu tak akan pernah tahu,  bagaimana rasanya tak pernah dihargai. Cobalah bertukar posisi, biarkan ku ajarkan bagaimana bertahan dalam keterpurukan."🐣

Hany baru saja sampai di rumahnya, ia melepaskan sepatu dan membuka pintu. Di ruang tengah, ia disambut oleh eyangnya.
Hany duduk di samping Eyang dan langsung memeluk eyangnya, eyangnya pun menyambut pelukan Hany dengan mengelus pelan rambut cucunya itu.

"Bagaimana harimu? " tanya Eyang.

Hany menatap kedua manik wanita tua itu, mata yang terpancar ketulusan seorang wanita.

"Ya seperti biasa Eyang, Hany  bisa nerima pelajaran dengan baik, " ucap Hany dengan senyuman manisnya.

Eyangnya mencium pipi sang cucu, dia sangat menyayangi Hany, cuman Hany yang ia punya, dan ia tak akan membiarkan gadis kecilnya itu terluka atau sedih.

"Tadi Hany bertemu sama satu cowok, dia itu buta, tapi dia kayak mau bunuh diri gitu, " cerita Hany.

Eyangnya menatap kedua manik milik Hany, ia pun ingin mendengar cerita dari cucunya itu.

"Lalu, Apa dia baik-baik saja ? " tanya eyangnya

"Tadi itu dia hampir ketabrak Eyang, untung saja Hany tolongin, kalau enggak, Hany nggak tahu dah. "

"Bagus kalau kamu nolongin, mungkin dia saat itu down karena kondisinya, apalagi anak muda jaman sekarang itu, kebanyakan gengsi, " Jelas Eyang.

"Tapi, kenapa coba harus bunuh diri? Kan dia bisa nerima dirinya apa adanya, " tanya Hany yang kini melepaskan pelukannya dari sang Eyang.

"Kadang, seseorang tak pernah memperhatikan dirinya, padahal dia itu istimewa, mereka lebih memilih melihat potensi orang lain dari pada diri mereka sendiri dan akhirnya mereka merasa dirinya paling terpuruk, " Jelas Eyang.

Hany mengangguk mengerti akan ucapan eyangnya tadi. "Dan kata Eyang juga, kita harus bersyukur atas apa yang Tuhan berikan untuk kita, karena satu detik yang Tuhan berikaj untuk kita itu sangat berharga, " tambah Hany.

Eyangnya tersenyum kagum mendengar ucapan Hany, dia tak menyangka, Hany ingat akan ucapannya. Ia bersyukur mempunyai Hany yang sangat sayang padanya dan juga merupakan anak yang baik, tak sia-sia ia mendidik Hany sampai sekarang ini.

"Ya sudah, Ayok makan! nanti sakit perutmu itu, " ajak Eyang.

"Tapi Hany ganti baju dulu ya Eyang, " ucap Hany. Ia berdiri dan menuju ke kamarnya.

***

malam harinya, Hany  mengerjakan tugas sekolahnya, ia nampak serius dengan beberapa buku di hadapannya. Ia menyalin tugas itu dan beristirahat sebentar.

Ia nampak termenung, memikirkan nasibnya disekolah. Orang-orang yang membulynya tak henti-hentinya membuat ia sengsara.

Ia tak habis pikir, mengapa ada orang yang berusaha membuat ia menderita, padahal ia tak punya salah atau pun membuat mereka dalam masalah.

Hany menghembuskan napas berat dan kembali mengerjakan tugasnya. baru beberapa menit, sebuah notifikasi muncul di layar ponsel Hany, membuat Hany dengan cepat meraih ponselnya itu.

Hany membulatkan matanya saat mengetahui siapa yang mengirimkannya pesan tersebut.

****
Suasana di kelas itu tampak gaduh, sama seperti hari biasanya. Hany memasuki kelasnya itu dengan perasaan gusar, ia takut akan mendapat bullyan dari teman-temannya itu.

Benar saja. gadis itu baru saja ingin duduk di bangkunya tapi ada yang manarik bangku itu ke belakang dan Akhirnya Hany terjatuh ke lantai, ia meringis kesakitan.

Sama seperti biasa, ketika Hany dibully akan mereka tertawa. Elin yang baru saja datang pun langsung menuju ke meja mereka paling belakang dan membantu Hany berdiri.

"Apa-apaan ini? apa kalian ngak kasihan sama dia? " tanya Elin yang hampir saja mengeluarkan air matanya.

"Ups, sesama kaum membela kaumnya, " ucap seseorang gadis yang ternyata pelaku yang menarik  bangku Hany.

"Apa kalian merasa udah sempurna, iya? " ucap Elin dengan nada tingginya.

Semuanya terdiam, mereka tak berani menjawab. Kali ini Elin punya keberanian untuk berkata seperti itu, sejujurnya ia sudah muak dengan perlakuan mereka. Gadis itu juga pernah di posisinya Hany dan ia tahu bagaimana berada di posisi itu.
"Coba kalian yang ada di posisinya, mungkin kalian nggak akan sanggup, " ucap Elin kemudian menarik Hany keluar dari kelas.

Hany mengikuti Elin. Kini mereka berada di belakang taman. Elin menangis, serpihan kenangan buruk yang menimpanya setahun lalu membuat ia kembali mengeluarkan air matanya.

"Sudah Lin, kamu nggak harus sedih kayak gitu, aku juga baik-baik saja kok, " ucap Hany.

"Tapi mereka udah keterlaluan sama kamu Han, aku pun dulu digituin, aku tahu perasaan kamu saat ini, " ucap Elin sambil terisak.

Hany mengelus pundak sahabatnya itu, ia tak menyangka Elin akan seperti ini karenanya. Hany sadar, dia mempunyai sahabat yang tulus dan mau membantunya.

"Aku janji, nggak bakal nyari masalah sama mereka, " ucap Hany

Elin menatap Hany, sejujurnya ia kesal dengan ucapan Hany, tapi dia hanya mengangguk.

"Han, bukan kamu yang nyari masalah, tapi mereka yang buat kamu berada dalam masalah itu, " lanjutnya.

"Lin,  aku tahu, tapi nggak semua orang menyukai kita, mereka bakal nyari kesalahan kita. walau kesalahan sedikit pun untuk menjatuhkan kita, karena itu, kita harus kuat seperti batu, sekalipun hujan menghujani nya atau ombak memecahkannya, ia tetap berdiri kokoh, " jelas Hany.

Elin yang mendengar ucapan Hany pun tersenyum dan mengangguk. ia bangga mempunyai sahabat yang baik dan dewasa seperti Hany, walau banyak yang membuat Hany menderita tapi gadis itu mampu melewatinya.

"Ayok ke kelas! bentar lagi bel masuk," ajak Elin.

TBC

Haloo apa kabar readersku
Kali ini aku up lagi ya, jangan lupa vote dan comment ya
Makasih


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang