"Sudah mendingan?"
Cla mengangguk senyum.
"Aku nggak habis pikir ada ya? Orang tua tapi bersikap childish? Bisa-bisanya dia nampar kamu di saat kamu! Nggak dikasih kesempatan jelaskan semua?!"
"Aku juga salah Ris, karena aku Oliv sampai masuk rumah sakit."
"No! Itu bukan kesalahan kamu. Itu murni rasa kemanusiaan mendorong seseorang menolong bahkan sekalipun, orang tersebut nggak kita kenal."
"Walau bagaimanapun aku berhutang budi sama Oliv. Aku nggak benci atas apa yang aku dapat dari orang tuanya. Sekarang aku ngerti kenapa dia nggak betah di rumah dan milih kabur."
"Aku sayang kamu Cla. Lihat kondisi kamu tadi aku rasanya hampir pingsan aku harap, kamu nggak berhubungan lagi sama gadis bernama Oliv itu bahaya Cla, kamu buat aku khawatir dan hanya aku yang tahu masalah ini selain sahabat-sahabat kita."
"Aku janji nggak akan buat kamu khawatir lagi ini yang terakhir."
"Apanya yang terakhir? Kamu masih mau dekat-dekat dengan gadis namanya Olivia itu."
"Haris, aku nggak mungkin menjauh dari dia karena Oliv penyelamat hidup aku. Kalau nggak ada dia waktu itu aku nggak dapat bayangkan gimana sakitnya pisau nusuk perutku. Gimana sulitnya tidur dan makan karena nahan perih berhari-hari, berbulan-bulan, atau butuh bertahun-tahun untuk hilangin rasa sakitnya."
Haris mengusap sayang pipi Cla, "Karena aku sangat khawatir hingga nggak bisa lagi ngatakan hal lain selain, membuatmu berpikir untuk menjauhkan kamu darinya."
"Aku punya kamu, Karla, Disty, Tomy, Galang dan Mila. Aku nggak akan takut untuk hal apa pun lagi jika itu yang kamu khawatirkan."
"Tapi —"
"Ris, please ...? Untuk kali ini aku nggak bisa turuti apa mau kamu aku janji, hal tadi yang kamu lihat saat aku nangis adalah hal terakhir. Aku janji nggak akan buat kamu khawatir lagi."
Gemas melihat sikap Cla Haris mengacak pelan kepala sahabatnya, sebelum membawa tubuh itu ke dalam pelukan hangat seorang sahabat.
"Aku sayang kamu."
Cla tertawa pelan, "Aku juga sayang kamu banget, banget, banget!"
Haris tertawa dengan gemas dia mencium puncak kepala Cla sebelum berbisik, "Butuh hiburan?"
Cla mengangguk cepat.
"Ayo kita main."
♡ ♡ ♡ ♡
Lemparan bola voli melaju cepat membuat seorang Haris, bukannya menangkap tapi menghindar dan berteriak heboh.
Dirinya payah dalam memainkan permainan ini. Dia lebih menyukai basket, bola dan karate.
Saat ini dia membawa Cla menuju lapangan berada tidak jauh dari rumahnya. Tentu dengan bola voli miliknya kenapa dia bisa punya bola itu? Karena Cla yang meminta jika sewaktu-waktu ingin latihan di sini.
"Tangkap dong Ris! Masa menghindar?"
"Kamu semangat benar lemparnya! Aku jadi ngeri!"
Cla tertawa, "Kalau ada Tomy di sini, bisa bayangin gimana dia tertawa melihat kelakuan kamu!"
Haris yang gemas akan tawa Cla berjalan mendekat dan mencubit hidung itu gemas.
"Aku senang bisa buat kamu tertawa dan nggak nangis seperti tadi. Kamu jarang nangis Cla aku harap tadi yang terakhir."
Cla terlihat menggoda Haris dengan menggelitik perut cowok itu hingga terjadi aksi kejar-kejaran.
"Cla! Udah!"
"Nggak mau! Aku suka gelitik kamu, Tomy dan Galang! Aku juga suka toel-toel pipi Mila, Karla dan Disty karena mereka pasti kegelian!"
"Kita lari-larian seperti ini buat aku haus! Cla tanggung jawab!"
"Nggak mau! Biarin kamu haus sendiri!"
"Jahatnya!"
"Biarin!"
Aksi kejar-kejaran mereka lakukan menarik perhatian para anak kecil yang ikut bermain di lapangan.
Hingga suasana menjadi semakin ramai saat Haris terjatuh, masuk dalam kolam lumpur letaknya berada ditepi lapangan. Baik Cla dan mereka menyaksikan serentak tertawa dan Haris kembali mengejar semuanya. Tidak hanya Cla tetapi para anak kecil juga menikmati aksi yang dia lakukan.
- Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With You [END]
Teen FictionThis work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( Undang - undang Hak Cipta Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014 ) =================================== Di dunia ini tidak ada sesuatu yang berjalan lurus tanpa melalui sebu...