02

1 0 0
                                    

6 tahun  kemudian

"iya bu,  saya berencana mau ke Jakarta sama adik saya"
"kamu yakin? " tanya bu Dian
"saya udah bisa jagain Dean kok,  saya juga udah dapat rumah kontrak dan kerjaan disana,  jadi saya bisa sekolah juga,  soalnya saya dapat beasiswa dari sekolah dekat sana"

"dapat uang dimana kontrak rumah?"
"saya jual rumah saya bu"
"Hmm..yaudah kalau itu keputusan kamu, tapi ingat yah,  sesulit apapun hidup kamu,  kamu gak boleh nyerah, kamu juga harus tetap sekolah yah! "

"iya bu!makasih untuk selama ini"

     Saat Tsania dan Bu Dian bercerita, Pak Randy suami bu Dian datang,  dia sama baiknya dengan Bu Dian, sangat menyayangi  Tsania dan Dean.

"Om Randy? "
"eh Tsania baru datang? "
"udah lama Om"
"oh....lagi ngobrolin apanih" tanya pak Randy sambil menurunkan Dila anak Bu dian dan Om Randy dari gendongannya.

"gini mas,  Tsania mau ke Jakarta"
"terus?  Mau nitip Dean?  Gapapa sih saya malah suka ada yang temenin Dila"
"gak mas,  Dia kesana mau kerja sama sekolah, dia udah dapat rumah kontrakan "
"lah... Kamu yakin? "tanya Om randy
"iya Om,  saya pikir udah saatnya buat saya kerja dan berpenghasilan sendiri,  lagi pula Dean udah SD jadi selama saya di sekolah saya udah gak khawatir lagi. "

"Kalau kamu pikir itu yang terbaik,  yasudah terserah kamu,  om Dukung kamu,  Om yakin kamu bisa, kamukan anak pinter" jawab Om Randy sambil tersenyum mengelus rambut panjang Tsania.
"makasih Om"

"kapan berangkatnya? "tanya Bu Dian
"besok Sore" jawab Tsania.
"eh mas Bukannya besok kita mau ke Rumah ibu?  Gimana sambil antar Tsania aja? "
"oh iya,  gimana Tsa?  Mau? "
"beneran?  Makasih om, Bu" jawab Tsania dengan bahagia..

     Tsania pun kembali ke rumahnya,  dan mengemasi barang barang yang mungkin harus  dibawanya besok.

"Dean!  Udah sikat gigi? "
"udah kak" jawab Dean dengan Sigap.
"bagus!pinter adek Kakak! " jawab Tsania sambil mencubit pipi Adik nya itu.

     Mereka pun tidur berdua,  malam ini malam terakhirnya berada di Rumah yang sudah ditempatinya selama 16 tahun itu.  Semenjak hari itu,  Semenjak ibu nya pergi,  ia harus merawat adik nya sendirian.

    Hidup yang lika liku penuh dengan kepedihan selalu akan membuat kita kuat.  Tidak peduli apapun itu dan bagaimanapun sulitnya. Kau hanya punya satu jalan yaitu terus. menjalaninya.

   Keesokan harinya...

"makasih yah bu!"
"iy,  sama sama,  maaf yah ibu gak bisa bantu angkat barang ke dalam! " seru Bu dian.
"gapapa bu,  ini sudah lebih dari cukup"
"kalau gitu Ibu sama Om pamit yah,  kamu baik haik" seru bu Dian
"iya bu"

   Dan mereka berduapun masuk ke rumah kontrakan itu,  yah tidak seluas dan sebagus dari rumah yang dulu,  tapi itu sudah lebih dari cukup.

"kak jadi kapan aku masuk sekolah? "
"masih ada uang buat beli perlengkalan sekolah" batin Tsania
"sekarang kita beres beres dulu,  terus besok cari perlengkapan sekolah" seru Tsania dan dijawab dengan anggukan oleh Dean.

       Keesokan harinya,  Tsania ke Pasar untuk membeli perlengkapan sekolahnya dengan Dean.
"Dean? Baju tas alat tulis udah?tinggal buku kan? "
"iya kak "
"yaudah kita beli buku dulu! L

     Mereka pun menuju toko buku.

"dean 2 pack terus aku 4 pack"
"pak berapa semuanya? " tanya Tsania kepada penjual buku tulis tersebut.
"tunggu yah mbak,  saya cari kalkulator"

"emang 1 pak ini berapaan? "
"30k untuk yang dua ini,  terus 35k untuk 4 pack ini"
"semuanya 200k pak"
"eh yang bener?  " tanya bapak itu tidak percaya.
"iya pak,  kan ini 30 x 2 =60 ditambh yang ini 35 x 4 = 140 , jadi 140+60=200" seru Tsania yang begitu santai menghitung,  yah dia terbilang cukup pintar.
"pintah yah kamu nak"
"biasa mah ini kalau Anak sekolahan "

      Setelah itu,  Tsania dan Dean pun pulang. Mereka berdua nampak lelah,  hari pertama di Jakarta sangat lah melelahkan, harus panas panas-an
,namun itu tidak mengurangi kebahagiaan mereka berdua,  dan malam pun tiba,  hingga saat itu ada paket yang datang.

" kak AdA paket dari ibunya Dila"
"dari ibu dian?  Paket apa tuh? " tanya Tsania.

    Tsania pun membuka paket tersebut yang ternyata berisi Android versi terbaru, Tsania sangat berterimah kasih kepada Bu Dian karena begitu memeprhatikannya. Dia benar benar tahu apa yang dibutuhkan Tsania.

"Keesokan harinya"

     "jadi kamu yang dapat beasiswa? " tanya guru tersebut.
" ah iya bu!"
"yaudah ikut saya ke kelas"

     Tsanua pun mengikuti guru tersebut,  dan ternyata ia berada di kelas 11 IPA 1.  Karena Tsania sewaktu kelas 10 peringkat 1 ia jadi bisa dengan mudah masuk  di kelas unggulan.

"anak anak,  ini Tsania Amalia,  siswa yang dapat beasiswa.silahkan!" seru Ibu wali kelas tersebut sambil memberikan Tsania waktu untuk memperkanlkan diri.
"Perkenalkan,  nama saya Tsania dari Bandung, mohon bantuannya"

setelah ucapan Tsania tersebut, tiba tiba seorang murid bertanya kepada Tsania.
"Tsa,  Lu katanya anak haram yah? Nyokap lu pelacur? " tanya siswa itu.

   seketika semua kaget dan menatap Tsania dengan tatapan yang selalu ia dapatkan ketika di tampatnya dulu.

"Roger,  mulut kamu itu di jaga! " tegur wali kelas.
"tsania kamu duduk saja yah"

     Tsanua akhirnya duduk, ia merasakan perasaan menyesal datang ke Jakarta,  dia mengira hidupnya bisa lebih baik lagi jika ia berada disini. Namun tidak diduga.

"Tsa? " panggil Seseorang di belakang tempat duduk Tsania. Tsania pun berbalik.
"ke kantin bareng yuk sebentar" seru gadis dengan senyum manis di bibirnya itu,  Tsania tidak menyangka akan ada yang memanggilnya.

      Istirahat tiba...

"Tsania,  Ke kantin yuk"
"ah iya" jawab Tsania dengan lembut.

"oh iya,  kenalin,  nama gue Vanessa,  ini Maya,  sama Luna" seru Vanessa sambil memperkenalkan teman temannya.

     Saat berada di koridor,  entah kenapa semua pandangan menuju Tsania, Nampaknya semua orang tahu tentang Tsania.

       Namun tanpa sadar,  Tsania telah di bawah Ke belakang perpustakaan

"Tsania sini deh!" panggil Vanessa,
"iya. Van,  kenapa disini yah?  Ini kayaknya bukan kantin deh"tanya  Tsania dengan wajah pucat.
"lu bercanda?  Apa lu pernah liat kantin kek gini,  cuman ada pohon ama rumput,  lu kira kita makan rumput? " seru Vanessa dengan sinis,  beda sekali dengan wajah yang tadi,yang manis dan baik itu.

"lu tau gak?  Gara gara lu,  Angel harus malu karena kalah dapat beasiswa dari siswa culun kek lu! Berani beraninya lu daftar beasiswa disini! "seru Vanessa mendorong kepala Tsania dengan telunjuk nya.
"yah, gue gak tau, Angel itu siapa? "

     Ternyata Tsania ditipu oleh Vanessa,  Tsania merasa sangat takut ia tak tahu harus berbuat apa.
"pukul! " perintah Vanessa.

     Tsania akhirnya dipukuli di wajah, ditampar berkali kali dan di tendang.
"Kumohon hentikan!  Ah.... Ku.. Mohon! "  seru Tsania dengan lantang.

"kenapa?  Kenapa aku?  Salahku apasih?  " batin Tsania.

   Ia hanya menangis di aniaya.

"pilihanku ke Jakarta memang salah,seharusnya dari awal aku tak usah kesini"

.

   

    

TreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang