Komitmen Berujung Pengkhianatan

12 1 0
                                    

Apa arti sebuah komitmen bila akhirnya hanya mendatangkan pengkhianatan?
Begitulah yang dirasakan oleh Embun Romansa, gadis baik hati yang memiliki jiwa kesetiaan penuh dalam urusan cinta. Ia sangat mencintai dan menyayangi kekasihnya yaitu Senja Bagaskara atau yang sering Embun sebut Bagas. Mereka saling mencintai, begitupun Bagas yang selalu menyayangi Embun seperti dia menyayangi Ibunya sendiri.

Selain Bagas kekasihnya, Embun juga merasa sangat beruntung karena dia memiliki sahabat yang begitu baik padanya. Mentari adalah sahabat satu-satunya Embun yang selalu ada dalam suka dan duka Embun, bahkan setiap Embun sedang ada masalah dengan kekasihnya, hanya Mentari yang Embun percaya untuk dijadikan tempat curhatnya.

"Embuuuuun."

Suara seorang gadis berkulit putih itu terdengar keras ke telinga Embun saat sedang merapikan buku-bukunya di kelas menjelang pulang sekolah.

"Mentari, kenapa kamu lari-larian? Abis darimana sih ayo pulang."

"A..aa...aakuu." Ujar mentari dengan gugup dan napas terengah-engah.

"Kamu kenapa Tar?" Tanya Embun penasaran.

"Aku bingung harus ngejelasin dari mana dulu, aku takut kamu marah dan kecewa kalau aku jujur." Jelas Mentari

"Hah? Memangnya kenapa tar?" Tanya Embun sambil memegang tangan mentari dengan wajah yang terlihat begitu penasaran.

"Sebenarnya selama ini, Bagas deketin aku Mbun, dia sering chat aku dan selalu ngajak ketemuan diluar sepengetahuan kamu. Dia juga bilang kalau dia suka sama aku dan pengen aku jadi pacarnya." Ujar Mentari dengan wajah yang tidak tega.

"Aduh, kamu gak usah prank prank aku gitu deh Tar, ada-ada aja." Sambil tertawa Embun tidak sedikitpun percaya dengan perkataan sahabatnya sendiri.

"Ya ampun Mbun, jadi kamu gak percaya? Kamu harus percaya sama aku Mbun, aku bener-bener gak bohong sama kamu, aku gak mau kamu terus-terusan dibohongin sama Bagas. Tadi Bagas ngajak aku pulang bareng, tapi aku gak mau dan nyari alasan lain, makanya aku langsung lari-larian bilang ke kamu." Jelas Mentari.

"Apa?"

Embun seketika menjatuhkan air matanya mengenai buku-buku pelajarannya, dia tidak bisa berkata-kata lagi. Hatinya remuk redam, jiwanya hancur lebur. Kecewa, marah dan benci bercampur aduk saat itu juga.
Embun tidak menyangka bahwa kekasihnya yang dia percayai akan kesetiaannya, yang selama ini tulus mencintainya, bahkan selalu berjanji untuk tidak meninggalkan dirinya sampai kapanpun.

Namun apa yang terjadi sekarang, Bagas telah mengkhianati sebuah cinta yang sudah terjalin cukup lama. Jelas perasaan Embun kecewa, sangat kecewa. Embun terus menangis tersedu-sedu sepanjang jalan pulang, tanpa menengok ke belakang dimana Mentari terus mengejarnya dan teriak-teriak memanggil nama Embun.

"Mentari, tunggu dulu." Sahut Bagas dari belakang.

"Bagas, ngapain kamu di sini? Aku udah ngomong semuanya sama Embun tentang kelakuan kamu."

"Aku udah tahu pasti kamu bilang sama Embun, aku gak peduli. Sekarang Embun udah tahu kan? Pasti dia gak bakalan maafin aku. Tari, kamu mau kan jadi pacar aku? Hubungan aku sama Embun udah gak baik lagi sekarang." Rayu Bagas dengan wajah sangat berharap.

"Kamu jangan gila ya, harusnya sekarang kamu kejar Embun dan minta maaf sama dia. Sampai kapanpun, aku gak bakal nerima kamu. Embun itu sahabat aku, aku gak mungkin sejahat itu sama Embun dan lagian aku gak punya perasaan apapun sama kamu. Mulai sekarang, aku gak mau lagi ketemu sama kamu." Mentari kembali berlari mengejar Embun.

###

"Aku benar-benar nggak nyangka sama Bagas, kenapa dia melakukan ini sama Aku." Desah Embun sambil berbaring lesuh di kamarnya.

Tiba-tiba handphone Embun berbunyi dan telepon masuk dari Bagas.

....

"Hallo! kamu mau ngomong apa lagi? Aku udah tau semuanya dari Mentari, ternyata kamu bukan laki-laki setia seperti yang selama ini aku pikirin ya. Kamu itu sama aja kayak laki-laki lain yang banyak tingkahnya, kamu gak mikir Mentari itu sahabat aku sendiri. Aku bener-bener bodoh bisa percaya sama kamu dulu, mulai sekarang kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi dan jangan harap aku bisa maafin kamu". Sentak Embun dengan nada emosi.

....

"Embun, aku bener-bener minta maaf sama kamu, aku tahu aku salah udah nyia-nyiain wanita sebaik kamu Mbun. Aku emang bego, aku mau hubungan kita baik-baik lagi kayak dulu. Mentari juga udah nolak aku dan dia gak mau lagi ketemu sama aku Mbun. Tolong kasih aku kesempatan buat balik lagi sama kamu ya. Jawab Bagas.

.....

"Kamu pikir semudah itu aku bisa nerima kamu lagi? Setelah Mentari nolak kamu, bisa-bisanya kamu minta balik lagi.  Jangankan itu, buat maafin kamu aja aku belum tentu bisa. Kamu lupa, kalau dulu kita pernah komitmen buat terus sama-sama dan setia sampai nanti. Kamu juga udah janji gak akan ninggalin aku kan? Mana janji kamu, omongan kamu itu gak ada buktinya sama sekali. Komitmen cuma dibalas dengan sebuah pengkhianatan." Tegas Embun dengan sangat kesal.

Embun langsung memutuskan teleponnya dan mematikan handphonenya. Dia sangat kecewa terhadap Bagas dan tidak mau lagi berurusan dengannya.

Tok..tok..tok..
Suara ketukan pintu depan terlihat keras mengganggu telinga Embun, untungnya ada Ibu Sinta alias Ibunya Embun, wanita separuh baya itu akhirnya membukakan pintu depannya.

"lho, Mentari baru pulang sekolah langsung ke sini, nggak pulang dulu, Nak? Tanya Ibu Sinta.

"Hehe nggak Bu, Mentari mau ketemu sama Embun Bu."

"Hmm, kamu ini baru aja ketemu di sekolah udah kangen lagi. Embun ada di kamarnya tuh, kamu masuk aja gih". Balas Ibu Sinta sambil tersenyum karena tidak tahu permasalahan mereka berdua.

Krekkk.. Mentari membukakan pintu kamar Embun. Melihat sahabatnya yang terus menangis dengan masih memakai seragam putih abunya, Mentari tidak tega melihat Embun yang begitu terlihat sedih.

"Mbun, maafin aku ya." Dengan nada lemah lembut Mentari terus meminta maaf kepada Embun.

"Kamu gak salah Tar, makasih karena kamu udah jujur sama aku. Karena kamu, aku jadi tahu kelakuan Bagas selama ini sama aku. Aku cuma gak nyangka aja sama Bagas, tega-teganya dia mengkhianati aku apalagi sama sahabat sendiri, yaitu kamu." Jawab Embun sambil mengusap air matanya yang sedari tadi membanjiri kedua pipinya.

"Iya Mbun, aku juga gak ngerti kenapa Bagas bisa suka sama aku sahabat kamu sendiri, dan dia malah ngekhianatin kamu yang jelas-jelas wanita baik-baik. Aku yakin, pasti dia nyesel sekarang."

"Aku udah gak peduli lagi sekarang sama dia, aku udah memutuskan buat gak lagi komunikasi sama dia. Aku capek sekarang, aku gak mau lagi nerima cowok yang cuma menebar janji tapi akhirnya mengkhianati. Sekarang aku mau fokus membahagiakan diri aku sendiri." Ujar Embun yang tak lagi menangisi mantan kekasihnya itu.

Mentari hanya tersenyum mendengar jawaban Embun yang begitu tegar itu, mereka berdua akhirnya saling berpelukan.

SELESAI!!
Terima Kasih sudah membaca cerita singkat ini, jangan lupa vomment dan follownya ya. Dan setelah ini ada part motivation lho. Jangan lewatkan ya, banyak yang bisa kita ambil motivasinya. Yuk. Yuk. Yuk.

BENTURAN RASA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang