Semua orang pasti pernah dikecewakan, baik itu dalam urusan percintaan ataupun lainnya. Saat hal tersebut terjadi kepada kita, tentunya begitu dalam rasa sakit yang kita rasakan bukan? Lalu apa yang harus kita lakukan? Haruskah kita terus menerus larut dalam kesedihan?
Kita boleh menangis, tak ada yang melarangnya dan tak ada hukum undang-undangnya. Menangis itu tidak salah jika hanya ingin membuat hati sedikit damai dengan mengeluarkan air mata kecewa tersebut. Bukan karena kita lemah, tapi karena kita ingin membuang air mata yang tidak seharusnya kita pelihara tersebut.
Seseorang telah menyakiti kita, itulah sebabnya kita bisa menangis, dikecewakan begitu berat, dikhianati, ditinggalkan, dll. Itu hal yang tidak bisa lepas dari ingatan kita, dan membutuhkan waktu yang cukup untuk bisa melupakannya.
Tapi cobalah ingat satu hal, kamu pun butuh kebahagiaanmu sendiri. Kamu tidak harus selalu berlarut-larut dalam kesedihan yang selalu kamu pikirkan. Kamu harus tegar, kamu harus kuat dan selalu semangat. Seseorang yang sudah membuat kita kecewa berarti dia bukanlah orang yang memberikan kita kebahagiaan sepenuhnya, bukan? Lalu, bagaimana kita bisa menemukan kebahagiaan yang sebenarnya kalau terus menerus mengingat hal itu?
Setelah kamu menangis tadi, coba ambil beberapa lapisan tisu dan balut perlahan pada bagian mata dan pipimu yang terbanjiri air mata tadi. Lalu, kamu tatap cermin dan lihatlah wajah kamu yang begitu manisnya saat kamu tersenyum. Mirip sekali dengan bulan sabit yang menerangi pekatnya malam. Begitu indah dan sangat bersinar. Coba bayangkan, beberapa kali pun kamu boleh mengulangnya. Sampai kamu benar-benar sadar kalau kamu itu tidak pantas menangisi orang yang sudah membuatmu kecewa. Kamu itu pantas tersenyum untuk mengembalikan bahagiamu sayang.
Dan untuk orang yang telah mematahkan hatimu menjadi butiran-butiran debu, meremuk redamkan jiwamu yang semula dia buatkan kamu bahagia lalu akhirnya dipecahkan juga. Keterlaluan itu, sungguh kamu bukan orang yang tepat untuk aku percayai lagi. Apa yang kamu berikan kepadaku hari ini, mungkin masih aku terima meskipun dengan rintik tangis tak berdaya.
Tapi nanti, kamu akan merasakan bagaimana saat dikhianati, bagaimana saat kamu tak dihargai, terlebih kamu ingkar setelah janji yang dulu sempat melingkar. Kalau kamu tidak bisa mempertahankan janjimu, untuk apa aku mempertahankan ingkarmu? Sia-sia, jelas sia-sia.
Mulai sekarang, aku akan bangkit dari diriku yang sempat runtuh karena ulahmu. Aku tidak akan melupakanmu, sebab semakin aku berusaha melupakanmu, semakin terus kuingat semuanya tentangmu dan semua pengkhianatanmu. Tapi aku akan meyibukkan diri dengan kegiatan positif, aku akan selalu tersenyum dengan kebahagiaanku sendiri, aku masih punya keluarga, teman, sahabat dan siapapun yang selalu memberi dukungan kepadaku. Sampai akhirnya, dengan sendirinya pun aku bisa lupa tanpa harus melupakan.
Jangan khawatir, aku akan menjadi tegar dengan semua ini. Terima kasih pernah membuatku bahagia walau tidak seutuhnya, terima kasih telah mengenalkanku seperti apa kecewa itu, dan terima kasih telah membuatku menjadi tahu bahwa kamu bukanlah yang terbaik untukku.
Selamat menjalankan hari-harimu tanpaku, pesanku sederhana, semoga kamu tidak pernah lagi mengulangi pengkhianatan ini kepada orang lain. Cukup aku yang merasakannya, meskipun begitu sakit, tapi akan lebih sakit lagi bagi mereka yang belum tentu setegar aku. Selamat tinggal.
~Embun Romansa
KAMU SEDANG MEMBACA
BENTURAN RASA
PoetryKita seringkali menjatuhkan perasaan dengan dimensi yang salah, bahkan keliru dalam mengatur sebuah rasa yang seperti benar padahal itu jelas salah. Hingga akhirnya, perasaan kita terbentur begitu keras. Suatu hari nanti, masalah datang tanpa mengen...