1.
Teruntuk kamu. Kekasihku sayang, kekasihku yang manis.
Disore yang terlihat sedikit mendung ini, di luar Stasiun Kereta dalam Kota. Aku ingin berbincang sedikit lebih banyak denganmu.
Mungkin kamu bingung sedang apa aku disini, atau mau kemanaku langkahkan kaki pergi. Tenang, aku hanya melakukan perjalanan pulang sehabisku bekerja.Ay, dari luar Stasiun, aku melihat wajah-wajah murung yang tengah menunggu akan datangnya sebuah kereta. Wajah-wajah yang sangat letih yang cukup menggambarkan bahwa betapa beratnya hari yang baru saja mereka lewati.
Dan seketika, aku mengingatmu!
Mengingat di luar dunia percintaan, pasti ada dunia lain yang tengah kamu jalani. Ketika kamu membaca suratku ini, kamu sedang sibuk apa? Masih berada di bangku SMA? Tengah berjuang sulitnya mendapatkan gelar Sarjana? Atau mungkin kamu sudah terjun bebas menghadapi kerasnya dunia pekerjaan?
Jika saat ini kamu masih bergelut dengan bosannya dunia pendidikan yang rasanya tidak akan pernah habis oleh tugas yang selalu kamu dapatkan. Atau sulitnya mendapatkan waktu sang Dosen pembimbing untuk meminta tanda tangan agar persyaratan skripsi lekas terpenuhi. Yang sabar yah, aku juga melewati fase yang sama sepertimu. Sekali lagi. Mengeluh tidak papa, bahkan menangis jika perlu. Semua itu adalah salah satu sifat manusia. Dan aku akan tetap bangga memperkenalkanmu pada dunia.
Namun jika saat ini kamu tengah hidup dikerasnya dunia pekerjaan. Aku hanya bisa memintamu untuk tetap sabar. Aku mengerti apa yang kini tengah kamu rasakan. Aku tau rasanya ketika sebuah usaha maksimal yang kamu berikan, selalu berujung dengan penilaian yang menyakitkan. Ada juga rekan kerja yang selalu berprilaku baik dihadapanmu, namun selalu menjatuhkan ketika tengah berada dibelakang. Dan sebuah lingkungan pekerjaan yang secara tidak langsung melarangmu menjadi dirimu sendiri.
Apapun kesibukanmu. Aku tau, dan aku paham. Mungkin ada banyak cerita yang ingin kamu sampaikan. Ada banyak beban yang ingin kamu bagikan. Dan ada banyak pilihan yang memintamu untuk segera diputuskan. Aku akan selalu mendukungmu. Aku tidak akan melarangmu mengeluh, aku mengizinkanmu bersedih. Dan aku, juga tidak akan memaki ketika air matamu dengan derasnya tumpah dan tak tertahankan lagi. Dunia memang terasa seperti tidak adil. Tapi bagaimanapun juga, Sun Rise indah yang selalu kamu sukai, hadir dari sebuah kegelapan malam yang begitu pekat.
Sabar Ay, memang dunia ini terlalu jahat untuk di tempati perempuan baik sepertimu. Tunggu. Nanti setibanya kita bertemu. Aku akan membuat rumah kecil sederhana yang kuberi nama Planet Saturnus. di sana tidak ada larangan menangis. Di sana adalah planet paling demokrasi untuk perempuan yang selalu ingin menyampaikan pendapat sepertimu. Di sana kamu bebas menertawakan kemunafikan orang-orang yang selalu beranggapan bahwa kamu itu aneh. Di sana pula, di planet mungil yang berlangitkan foto-foto kita. Kamu bebas menjadi dirimu sendiri tanpa pernah merasa takut diasingkan.***
2.
Sebelum aku menyelesaikan surat untukmu, tiba-tiba ada seseorang yang sengaja menyolek pundakku. Dia adalah perempuan dengan sebatang rokok di bibirnya. Perempuan berambut sepundak dengan kemeja putih dan celana Jins lengkap juga sepatu Convers putih di kedua kakinya. Aku benar-benar menikmati berbicara denganmu. Sampai-sampai aku tidak tau sejak kapan perempuan ini berdiri di sebelahku.
"Mas, ada korek?" tanyanya.
"Oh, ia mba sebentar" aku mengambil sebuah korek gas berwarna biru dalam tasku. "Ini, mba"
Ia meraih, lalu membakar rokok miliknya. "Makasih mas"
Aku hanya tersenyum sembari mengambil korek yang ia kembalikan.
"LDR, mas?" katanya sembari melirik kertas yang tengah terpampang ditanganku.
Aku segera menutup surat yang sengaja kupersembahkan untukmu. kumasukan kedalam tas kanvas selempang yang kini tengah kubawa. "Ah, engga mba"
"Saya, duduk sini yah?" pintanya.
"Oh, silakan" aku sedikit bergeser, memberikan sedikit ruang untuknya.
"Kerja di daerah sini mas?"
Belum sempat aku menjawab, ia sudah lebih dulu menyodorkan tangannya kearahku. "Ga usah panggil mba, Namaku Alea. Kamu bisa panggil aku Al atau Lea"
Aku menyambut niat baiknya. ku jabat tangannya sembari memperkenalkan diri. Ini adalah kali pertama aku bertemu sekaligus mengenal sosok Alea. Dia adalah perempuan muda yang kini tengah menuntut ilmu disalah satu universitas di kota ini. Aku baru tau, ketika aku tengah membuat surat ini untukmu, usianya masih 20 Tahun.
Setelah sedikit berbincang, ternyata ia tinggal tidak begitu jauh dari kediamanku. Hanya beberapa gang yang memisahkan rumahku dan rumahnya.Hari itu aku dan Alea berbicara banyak hal. ia cukup terbuka perihal menyampaikan informasi, bahkan sekalipun yang bersifat pribadi.
"Nanti, aku bareng kamu yah?" tanyanya ditengah-tengah perbincangan.
"Kamu bawa motor kan? dari stasiun, aku males naik ojek online. Apa lagi transportasi angkutan umum. Yah?"
Aku sempat diam sekian detik. "Kamu, ga takut? kitakan baru kenal. Nanti kalo aku culik, lalu ku jual ginjalmu. Gimana?"
Ia malah tertawa. "Ga papa, asal bagi dua hasilnya dengan keluargaku"
Kini aku yang tertawa.
Akhirnya Setelah kereta membawa dan menurunkan kami di stasiun tujuan. Aku melanjutkan perjalanan bersama Alea. Perempuan yang saat itu baru kukenal. Sepanjang buku ini berlangsung. Mungkin kamu juga akan banyak mengenal sosok Alea yang akan ku ceritakan juga disini. Selain aku sering berjumpa dengannya, dia juga banyak membantu atas terselesaikannya buku ini. jadi, tahan dulu yah emosimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEUTAS SURAT DARI JODOHMU
RomanceTERUNTUK KAMU: YANG MUNGKIN JODOHKU DARI: AKU, YANG MENJADIKANMU TOKOH UTAMA DALAM SURAT INI Dengan surat ini, yang kutulis bersamaan dengan derunya hujan dan sedikit angin yang mencumbu wajahku. Surat yang tersusun tertumpuk, menjadi sebuah buku...