BAGIAN 8

272 15 0
                                    

Walau sadar kalau Ayu Purwani berkepandaian tinggi, mereka berempat terus menggempur dengan serangan-serangan dahsyat. Untuk sementara mereka masih dapat bertahan dari serangan Ayu Purwani.
"Ciaaat!"
"Aiiit!"
Dugkh! Trang!
Kembali beberapa bentrokan terjadi. Mereka sama-sama berlompatan mundur untuk mengatur serangan kembali.
"Nyawamu kini tak akan kulepaskan lagi, Perempuan Jahanam! Sebentar lagi kau akan menyusul kedua pembantumu itu ke neraka!" seru Nyai Utami dan Abogeni hampir bersamaan.
"Apa katamu...? Kalian telah membunuh mereka?! Sekarang, jangan harap kalian dapat hidup lebih lama lagi!" bentak Ayu Purwani sambil melancarkan serangan dahsyat dengan pedang dan tangan.
Wut! Wut! "Yeaaat!"
Dengan kecepatan sulit dilukiskan, pedang wanita kejam itu berkelebat mengancam leher dan kaki Jumanta. Tentu saja, dia tidak mau jadi korban begitu saja. Dengan tenaga penuh tangannya menghantam dada lawan. Tapi Ayu Purwani segera memiringkan tubuh. Maka serangan itu lewat beberapa jari saja dari dadanya.
"Haaat!"
Menggunakan kesempatan itu, pedang wanita itu berbalik dan menyerang ke arah Abogeni. Orang tua itu yang tidak menyangka akan jadi sasaran serangan jadi kelabakan.
"Paman, awaaaas!" teriak Ragorda, seraya berkelebat menghadang.
Plak! Bret!
"Aaargkh!"
Ketika berusaha melindungi pamannya, pinggang Ragorda terbabat pedang Ayu Purwani. Ketika serangan lain meluruk, dengan cepat Ragorda bersalto beberapa kali di udara menjauhi lawannya yang sudah mata gelap itu.
"Mampus kau, Jumanta!" seru Ayu Purwani mengalihkan serangan pada lawan yang sedikit lengah.
Nyai Utami yang melihat kawannya dalam bahaya, segera membantu. Langsung dilancarkannya serangan ke arah pusar wanita itu. Tetapi sambil memperdengarkan suara geraman Ayu Purwani berbalik. Segera tubuhnya berkelebat menyerang mereka berdua. Secepat itu pula, keduanya membuat pertahan diri dari serangan Ayu Purwani. Namun, terlambat. Karena...
Bret! Brebettt!
Dengan teriakan tertahan, keduanya melompat mundur. Dan bahkan perut Nyai Utami terbabat dua jengkal mengucurkan darah. Begitu pula Jumanta. Tangannya sebatas siku terbabat kutung. Sambil meringis menahan sakit tangan yang satu menotok agar tidak terlalu banyak mengeluarkan darah.
"Kini mampuslah kau, Jumanta!" teriak Ayu Purwani sambil melancarkan serangan.
"Aiiit!" Sambil bergulingan, Jumanta berhasil menghindari serangan. Tetapi serangan Ayu Purwani tidak berhenti sampai di situ saja.
Swit! Brettt! "Wuaeee!"
Kembali Jumanta berteriak keras, ketika pedang Ayu Purwani membabat tubuhnya dari atas sampai ke bawah. Namun ketika wanita kejam itu hendak menghabisinya, Abogeni berkelebat cepat menahan serangan yang mengandung tenaga dalam bagaikan api itu.
"Mau mampus saja, kenapa musti buru-buru!" Sambil berkata pedang Ayu Purwani bergerak aneh dan cepat luar biasa. Begitu cepatnya, sehingga Abogeni tak sempat mengelak lagi.
"Aaakh!" Dada tokoh tua itu kontan terbabat pedang. Darah pun mengucur dari lukanya. Sementara Jumanta yang masih terluka segera menerjang dari belakang ke arah pinggang.
Namun dengan gerakan tiba-tiba, Ayu Purwani berbalik. Pedangnya cepat dibabatkan ke arah pinggang. Sambil berteriak Jumanta loncat ke atas dengan mencengkeram ke arah batok kepala wanita itu dengan jurus 'Harimau Terbang'. Tapi tahu-tahu kaki Ayu Purwani menendang ke arah daerah terlarang di tubuh Jumanta. Jumanta cepat bergegas mengelak. Namun pedang lawan sempat menggores punggungnya.
Cras!
Bahkan sebelum dia bersiap kembali sebuah tendangan dahsyat telah menghantam dada. Tak dapat ditahan lagi, Pendekar Harimau Kumbang jatuh ke tanah langsung bergulingan menjauhi Ayu Purwani. Tetapi wanita itu terus memburunya. Sampai akhirnya, Jumanta tidak dapat bergerak lagi, karena tubuhnya tertahan pada sebuah batu besar. Sedangkan pedang Ayu Purwani terus memburu.
Jumanta sudah pasrah. Tidak ada jalan lagi untuk meloloskan diri dari serangan maut ini. Tapi pada saat yang gawat ini mendesir sebuah serangan gelap.
Wesss! Wettt!
Ayu Purwani cepat berbalik. Seketaka dia melakukan gerakan perlindungan yang rapat, sehingga tidak ada celahnya lagi.
Tas! Tasss!
Sepotong kayu sebesar paha kontan terbabat putus jadi beberapa bagian oleh babatan pedang Ayu Purwani. Menggunakan kesempatan itu, Jumanta bangkit berdiri. Langsung dilancarkannya tendangan ke arah punggung.
Bugkh!
Dan kali ini serangan laki-laki itu tepat mengenai pada sasaran. Ayu Purwani kontan jatuh mencium tanah. Dan dari mulutnya, tampak menetes darah kental. Tampaknya, dia pun mendapat luka yang cukup berat. Terbukti wajahnya tampak sedikit memucat.
"Tidak baik membunuh lawan yang sudah tidak berdaya..."
"Kau lagi? Agaknya kau ingin segera mampus Bocah, diberi surga malah milih neraka baiklah kalau begitu!" seru Ayu Purwani, ketika berbalik. Ternyata orang yang melempar kayu tadi adalah Pendekar Rajawali Sakti.
"Hidup ini hanya sekali. Untuk apa diisi dengan segala perbuatan kotor? Bikin malu saja!" ejek Rangga.
"Bagus! Terimalah kematianmu ini...!" Sambil mengerahkan sisa tenaganya Ayu Purwani menyerang pemuda itu. Gerakan ilmu pedangnya benar-benar luar biasa. Sehingga Rangga jadi benar-benar kerepotan menghindarinya.
"Heyaaat!"
Disertai teriakan menggeledek, gadis itu menyerang Pendekar Rajawali Sakti. Memang, keduanya merupakan tokoh yang sulit dicari tandingannya saat ini. Sehingga kini mereka hanya tampak bagaikan bayangan saja yang saling libat dan serang tidak henti-hentinya. Pada suatu kesempatan, Ayu Purwani melepaskan tendangan berputar ke arah kepala Rangga.
"Yeaaah!" Maka cepat bagai kilat, Rangga cepat merunduk. Tapi di luar dugaan pedang pendek Ayu Purwani berkelebat cepat. Kalaupun telah berusaha mengelak, tetap saja pundaknya termakan pedang.
Bret!
"Aaakh!"
Sambil berjumpalitan menjauhi lawan, Rangga mencabut pedang pusaka.
Cring!
Seketika seberkas cahaya kebiruan memancar dari pedang pusakanya. Sehingga suasana di sekitarnya jadi diterangi cahaya putih dan biru silih berganti. Sementara yang menyaksikan jadi terpesona melihat kehebatan kedua pedang itu. Ayu Purwani sendiri mau tidak mau harus mengakui kehebatan senjata Pedang Pusaka Pendekar Rajawali Sakti.
Dengan pedang di tangan, Rangga bagaikan Malaikat Pencabut Nyawa. Lalu sambil berteriak keras, tubuhnya melesat ke atas. Begitu menukik turun, segera dilancarkan jurus Sayap Rajawali Membelah Mega'. Serangan dahsyat ini bagaikan kilat menyambar dan sanggup merobek-robek apa saja yang menghalangi.
"Hiaaa...!" Trang! Tring!
Untuk menahan serangan Ayu Purwani terpaksa mengeluarkan seluruh kemampuannya. Begitu sepasang pedang pendeknya dikelebatkan maka beberapa bentrokan segera terjadi. Akibat bentrokan, tubuh Rangga kembali melayang ke udara. Ketika tubuhnya turun kembali langsung dikerahkannya jurus 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa'. Kedua kakinya bergerak cepat, mengancam kepala Ayu Purwani. Mau tidak mau Ayu Purwani harus menjatuhkan diri, segera bergulingan di tanah. Tapi....
Crasss! "Ukh...!"
Walaupun begitu, lengan gadis itu sempat tergores pedang di tangan Rangga yang bergerak cepat luar biasa.
"Bocah sialan! Terimalah ini!" seru gadis itu sambil melenting berdiri.
Tetapi sebelum gadis itu sempat berbuat sesuatu. Rangga cepat menghentakkan kedua tangannya, melepaskan 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' yang mengeluarkan sinar kemerahan. Begitu cepat sinar merah itu melesat, mengarah ke perut Ayu Purwani. Hingga...
Blazzz! "Aaa...!"
Bagaikan diseruduk kerbau liar, Ayu Purwani terlempar ke belakang sambil memuntahkan darah segar dari mulutnya begitu perutnya telak terhantam pukulan Rangga. Namun daya tahannya benar-benar luar biasa. Sambil menggigit bibirnya, gadis ini bangkit dari tanah. Rangga juga dibuat kagum. Bila orang lain, tentu sudah binasa dengan perut hancur terkena pukulan ampuhnya.
Dan kini kembali Rangga dikejutkan tindakan Ayu Purwani. Dengan giginya lidahnya sendiri digigit. Kemudian darahnya ditelan. Dan anehnya, gadis itu tampak segar kembali. Bahkan tenaganya kuat seperti sediakala.
Pendekar Rajawali Sakti memang pernah mendengar ada semacam ilmu sesat yang dapat memulihkan tenaga yang telah terkuras habis, setelah menggigit lidahnya sendiri. Tetapi bila terus menerus digunakan, dapat membahayakan dirinya sendiri. Apakah ilmu yang dilihatnya ini memang ilmu yang dimaksud? Padahal, konon kabarnya ilmu itu telah lenyap dari dunia persilatan!
"Bocah sombong! Kali ini tak ada lagi maaf bagimu! Berdoalah selagi masih ada kesempatan!" bentak Ayu Purwani dengan pandangan mata beringas.
"Hiyaaat!" Serangan Ayu Purwani kali ini mengandung kekuatan tenaga yang berlipat ganda. Jelas tenaga dalamnya telah pulih kembali. Dan itu berarti perkiraan Rangga tentang ilmu langka itu terbukti. Pukulan gadis itu bahkan mendatangkan angin yang keras, dan sanggup merobohkan apa saja yang menghalangi.
"Hiyaaa!" Kali ini Pendekar Rajawali Sakti tidak mau ayal-ayalan lagi. Langsung pedangnya dikelebatkan dalam penggunaan jurus 'Pedang Pemecah Sukma', disertai pengerahan tenaga dalam yang amat kuat untuk menahan sambaran pukulan gadis itu. Setiap sambaran pedangnya mengandung kekuatan yang sulit dijabarkan.
Sementara Ayu Purwani jadi kendor semangatnya. Padahal, barusan tenaganya telah pulih kembali. Seakan-akan jiwanya terpecah-pecah. Bahkan jurus-jurusnya jadi kacau balau. Dia kini tak tahu apa yang dilakukannya.
"Ikh...! Kenapa aku ini?!" maki Ayu Purwani dalam hati. Ayu Purwani semakin bingung saja. Kini keadaannya makin terdesak saja. Dia hanya mampu mengelak saja.
"Hiaaa...!" Pada suatu kesempatan, Rangga membentak nyaring. Dan itu membuat Ayu Purwani jadi terperangah. Dan seketika itu pula Rangga mengebutkan Pedang Pusaka Rajawali Sakti disertai tenaga dalam tinggi ke arah kepala.
Terpaksa Ayu Purwani menyilangkan sepasang pedang pendeknya di atas kepala. Dan....
Tras!
Sepasang pedang pendek milik Ayu Purwani kontan patah masing-masing jadi dua bagian.
"Heh?!" Ayu Purwani jadi kaget setengah mati. Namun belum lagi keterkejutannya hilang, pedang Pendekar Rajawali Sakti kembali berkelebat ke arah dada. Begitu cepat gerakan Rangga, sehingga gadis itu tak bisa menghindarinya Dan...
"Yeaaat!"
Srettt!
"Aaakh!"
Tak ampun lagi pedang pusaka Rangga merobek dada Ayu Purwani disertai jerit kesakitan. Darah segar kontan menyembur keluar dari dadanya yang membusung indah. Tubuhnya terhuyung-huyung, limbung hendak jatuh. Dan pada saat itulah Rangga bertindak cepat. Pedangnya langsung bergerak ke arah jatuhnya Ayu Purwani.
Shaaat! Blesss!
Pedang Pusaka Rajawali Sakti kontan amblas dari perut menembus punggung. Tepat ketika Ayu Purwani jatuh, tubuhnya berkelojotan sesaat. Tak lama, Ayu Purwani menghembuskan napasnya yang terakhir. Tapi keanehan terjadi. Mendadak saja, tubuh Ayu Purwani mengeluarkan asap tipis. Lalu perlahan-lahan terjadi perubahan pada seluruh kulit dan wajahnya. Begitu asap itu berhenti mengepul dan terbawa angin semakin jelas perubahannya. Ternyata, Ayu Purwani adalah seorang nenek yang berwajah mengerikan.
"Murniasih...!" sentak Abogeni.
"Dewi Maut...!" timpal Pendekar Harimau Kumbang.
Memang, Dewi Maut sebenarnya bernama asli Murniasih. Perempuan tua itu memang seorang tokoh hitam yang juga gemar menuntut ilmu hitam. Berkat ketekunannya, dia berhasil menemukan ilmu hitam yang bernama ilmu 'Sekar Temanten'. Dengan ilmu itu, dia berhasil merubah wajah dan bentuk tubuhnya menjadi seorang gadis cantik menggiurkan. Hanya saja, dia harus mencari tumbal berupa laki-laki perkasa untuk diserap sari-sari kejantanannya.
Tapi dalam hal ilmu olah kanuragan, Dewi Maut memang kalah jauh dibanding tokoh-tokoh lain pada saat itu. Baru setelah berubah menjadi seorang gadis, dia berhasil memperdaya dua murid Mahesa Keling yang berjuluk Iblis Mata Angin, untuk menguasai kitab-kitabnya. Begitu berhasil, barulah kedigdayaannya meningkat. Dan tindakannya pun makin merajalela.
Sementara itu orang-orang yang ada di situ segera menghampiri. Tapi ketika semuanya hendak menyatakan terima kasih, ternyata Pendekar Rajawali Sakti sudah cepat berkelebat. Dan sebentar saja, tubuhnya lenyap dari pandangan. Mereka hanya dapat berdiri mematung di tempatnya, tak ada seorang pun yang bisa mencegahnya.

***

TAMAT

137. Pendekar Rajawali Sakti : Misteri Dewi MautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang