6. Dialah Dirga

100 61 69
                                    

Dirga menendang lawan mainnya tanpa ampun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dirga menendang lawan mainnya tanpa ampun. Bertubi-tubi. Kaki kanan dan kirinya bergantian menunggu giliran untuk menendang lawan yang juga memakai pelindung di badannya sama seperti Dirga.

Lelaki bertubuh tinggi itu tak mempedulikan keringat yang membasahi dibalik helm pelindungnya. Yang terpenting sekarang ia harus fokus pada pertandingan latihan ini. Menganggap bahwa ini adalah pertandingan sungguhan.

Popon, lawan mainnya itu seperti sudah kewalahan menghadapi Dirga. Yang dilakukannya saat ini hanyalah menangkis tendangan lelaki itu dan menghindar. Tentu saja tidak sampai melewati matras merah yang dipijaknya sekarang ini. Karena kalau iya, berarti dia gugur.

Sekali lagi, Dirga melancarkan tendangannya dengan teknik bal chagi dan tepat mengenai perut Popon. Sembari berteriak, tendangan itu berhasil membuat Popon terjatuh dan Dirga mendapat poin atas kemenangannya itu.

Sorakan dan tepuk tangan akhirnya riuh terdengar menyoraki Dirga yang lagi-lagi menang dalam sparing ini. Terutama, para gadis-gadis junior sabuk putih yang terlihat sangat kagum dan pastinya berteriak paling keras dan bersemangat untuk berlomba-lomba mendapat perhatian dari Dirga.

Namun, lelaki yang disoraki itu tak mempedulikan mereka yang berteriak-teriak menyebut namanya. Ia malah melangkah mendekati Popon dan mengulurkan tangannya. Popon menerima uluran tangan itu dan bangkit dibantu oleh Dirga.

"Sorry," kata Dirga.

"Gue udah menduga sejak awal. Lo emang hebat, Dir," balas Popon sambil menepuk bahu lawan mainnya itu.

Popon melepas helm pelindungnya sembari melangkah pergi kearah dua orang yang sedang memakai pelindung karena sebentar lagi giliran mereka yang akan bertanding.

Saat Dirga mengikuti Popon, Sorakan tersebut masih terdengar dari para junior. Ya, Dirga memaklumi itu. Mereka murid baru di akademi taekwondo ini, jadi wajar saja mereka bersorak karena mungkin tidak pernah melihat seorang atlet melakukan sparing. Sampai akhirnya, Sabeum Agus memerintahkan para muridnya untuk diam. Ia mengatakan untuk tidak berlebihan dan tetap tenang dalam menanggapi sesuatu. Ia memerintahkan untuk bertepuk tangan dan bersorak sewajarnya saja.

Dan, untuk hal ini, Dirga cukup berterimaksih dan setuju dengan perkataan gurunya itu.

"Makasih, Sabeum," ucapnya.

Oh, ya. Sabeum adalah sebutan untuk guru atau pelatih. Biasanya, didunia taekwondo guru dipanggil dengan Sabeum. Dan, itu sepertinya masih berlaku sampai sekarang.

Dirga telah selesai melepas pelindung badan, pelindung lengan, dan pelindung kakinya. Ia segera duduk diantara teman-temannya yang lain untuk menyaksikan sparing para junior sabuk kuning.

"Lo keren coy!" ujar lelaki berambut kriting yang duduk disamping Dirga.

"Hm," Dirga hanya membalas seadanya.

RADIO [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang