9. Astaga, jantungku!

49 16 31
                                    

Kenapa raga yang kugapai tak pernah tercapai?

- Awan Dirga Bagaskara

ಥ⌣

Rachel membawa nampan berisi sepiring mi goreng instan dan sepiring nasi goreng di tangannya. Ia lalu membawanya menuju meja tempat Dirga dan temannya duduk.

Dirga sengaja memilih tempat duduk dekat jendela agar ia bisa dengan leluasa menatap suasana jalanan yang sepi dari balik jendela itu.

Sembari menyeruput es kopi karamelnya, Dirga menatap pedagang koran yang tengah memberesi dagangannya. Koran-koran yang semula tergantung di dinding kosong itu mulai ia lucuti satu per satu.

Dirga merasa koran yang pedagang itu jual masih terlihat banyak, seperti tak tersentuh oleh pembeli sama sekali.

"Ngapain, sih, diliatin terus. Lo mau jadi tukang koran?" celetukan asal itu tiba-tiba terdengar.

Dirga langsung menoleh dan menatap Popon tajam, "Diem lo!" perintahnya.

Popon hanya bisa terkekeh mendengar reaksi Dirga. Ia lalu mengikuti arah pandang Dirga keluar jendela, "Gue kenal sama bapak itu, Dir," ujarnya.

"Nggak tanya," balas Dirga ketus.

Lelaki plontos itu berdecak, "Maksudnya, kalau lo mau kerja sampingan, gue bisa bilang sama bapak itu, biar dikenalin sama bos nya."

"Siapa yang minta kerja sampingan?" Dirga mengernyit bingung.

"Lo."

"Kapan?"

"Nah, itu lo dari tadi merhatiin tukang koran mulu. Gue kira lo mau kerja jadi tukang koran juga setelah lo kerja di stasiun radio."

Dirga langsung bergidik ngeri, "Gila, bisa remuk badang gue kebanyakan kerjaan!"

Percakapan itu terhenti ketika Rachel datang mengantarkan pesanan.

"Sepiring nasi goreng dan mie instan ditambah puding coklat," ujar Rachel sambil meletakkan piring berisi nasi goreng, mi goreng instan, dan puding.

"Wah, kayaknya enak!" Ucap Popon antusias.

Rachel tersenyum sebelum ia berlalu pergi. Dirga hanya bisa menatap punggung gadis yang berjalan menjauhi nya tanpa berkata sepatah kata apapun.

Ia menghela napasnya. Pertanyaan beberapa menit yang lalu untuk mengajak Rachel nonton benar-benar tidak ada jawaban. Ia sedikit cemas.

Dirga menggigit bibir bawahnya. Padahal, ini hanyalah sebuah ajakan nonton seperti yang biasa orang lain lakukan. Namun, bagi Dirga, ini sama seperti dirinya tengah menunggu jawaban atas pernyataan cintanya.

Sungguh aneh.

"Pon," panggil Dirga.

Popon yang tengah asik menyuapkan mi instan ke dalam mulutnya hanya berdeham sebagai respon.

"Gue terlalu buru-buru, ya, ngajak Rachel nonton?" tanyanya.

"Engghak qhwok."

"Tapi, kenapa Rachel nggak jawab pertanyaan gue tadi?"

"Yhaaa... Mungkhin Laghi bwingungh khali mau ghawab apwa."

Dirga menghela napasnya kasar, "Ditelan dulu napa, baru ngomong!"

Popon yang mendengar itu langsung menelan sisa mi yang ada di mulutnya dengan susah payah, "Ya, lagian lo orang lagi makan juga malah diajak diskusi!" ujarnya, "Itu nasi nggak mau di makan apa? Buat gue aja, deh, sini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RADIO [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang