Chapter 4

603 37 27
                                    

Author POV

"Kamu tuh kenapa sih sekarang kok sering beli pulsa?" dumel ibu Anis

Anis hanya mengerucutkan bibirnya lalu menerima uang yang diberikan ibunya.

"Besok kamu cari uang sendiri aja sana buat beli pulsa" ucap ibu Anis

Seorang lelaki pun muncul dari balik pintu dengan pakaian kerjanya.

"Ada apa ini, kok ayah denger ribut-ribut?" tanya ayah Anis

Ibu Anis pun menoleh kepada suaminya dengan wajah sebal. "Anakmu ini lho Yah, sekarang pulsanya cepet abis sejak beberapa minggu yang lalu. Ibu juga gatau itu pulsanya dibuat apaan kok cepet abisnya" jelas ibu Anis

"Anak kita buk. Ya emangnya kenapa sih kalo pulsanya cepet abis? Palingan juga Anis udah punya pacar sekarang, haha" canda ayah Anis sambil mengelus kepala anak gadisnya itu

Anis menatap sebal ayahnya. "Apa sih Yah, orang aku cuma SMS an sama temenku kok" elak Anis dengan wajah merona

Ibunya pun menatap Anis dengan tatapan tajam "Awas kalo ibu tau kamu pacar-pacar an" peringat ibu Anis

Anis hanya menghela nafasnya. Ayah Anis menoleh pada istrinya.

"Mbok ya elah sih Bu. Lagian anak kita juga udah gede, kasian kalo jomblo terus" goda ayahnya

"Lagian dulu kita juga gitu kan? Diem-diem pacaran, apa yah kalo sekarang tuh? Emm... oh iya, blekstrirt" ucap ayahnya

"Backstreet Yah" ucap ibu Anis membenarkan perkataan suaminya dengan wajah yang merona merah

Ayah Anis pun tertawa. "Oh iya ya, saking lamanya gak balik ke Paris, ayah jadi lupa bahasa Inggris" ucap ayahnya ngelantur

Anis mengernyit aneh. "Tapi kan orang Paris ngomongnya make bahasa Prancis Yah"

Ayah Anis pun menoleh ke arah anaknya lalu kembali tertawa. "Oh iya, ayah lupa"

Ibu Anis pun menggeleng pelan melihat kekonyolan suaminya lalu kembali menatap ke Anis yang sedang bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan ayahnya?

"Udah sana, kamu katanya mau beli pulsa. Kalo gak jadi sini uangnya kembaliin ke ibu aja" ucap Ibu Anis

Anis pun memanyunkan bibirnya. "Ih nggak mau. Yaudah aku mau beli pulsa dulu"

Ibu Anis pun menggeleng kala melihat anaknya itu berlari dengan kencang ke konter terdekat. Ayah Anis pun berhenti tertawa kala melihat anak gadisnya yang sekarang sudah menjadi remaja cantik.

"Gak kerasa ya Bu, sekarang udah 16 tahun sejak Anis lahir" ucap Ayah Anis

Ibu Anis pun mengangguk. "Iya, gak nyangka kalo dia sekarang tambah bandel" ucap istrinya membuat Ayah Anis terkekeh pelan

"Gitu juga kamu sayang kan sama dia?" tanya Ayah Anis sambil merangkul istrinya

Ibu Anis pun menddengus pelan. "Ya iyalah Yah. Dia kan anak aku sendiri, mana mungkin aku gak sayang sama dia" jawab ibu Anis sambil menyilangkan kedua tangannya

Ayah Anis pun menggeleng pelan, Ibu Anis mendadak merasa sedih.

"Yah, pas Anis lulus kita beneran pindah ke Paris?" tanya Ibu Anis

Suaminya pun mengangguk. "Mungkin Anis akan sedikit kecewa dengan keputusan kita Bu, tapi mau gak mau ya kita harus pindah" jelas Ayah Anis

Ibu Anis pun mengangguk. Ia ingin ekali membuat dua tahun terakhir Anis di Indonesia menjadi tahun terindah baginya. Bagi anak gadis kesayangannya.

***

Semakin hari, Anis dan Darren semakin sering bertukar pesan, mereka membahas hal yang tidak penting. Terkadang Anis juga menanyakan beberapa pelajaran yang menurutnya sulit. Sampai akhirnya, ada satu nomor tak dikenal mengirim pesan pada Anis.

Dek, tolong jauhi Darrenya

Kamu jangan jadi pelakor

Anis mengernyit, gadis itu menatap pesan itu dan membacanya berulang-ulang. Eka dan Laila yang sedang ada di kamarnya pun bingung saat Anis tiba-tiba berwajah serius seperti itu.

"Lu kenapa Nis?" tanya Eka

Anis pun menoleh ke arah temannya itu dan memperlihatkan pesan yang tertera di handphonenya.

"Eh keknya itu nomornya kak Nindy deh" ucap Laila

Eka menoleh dengan tampang terkejut. "Beneran lu?!"

Laila mengambil handphonenya di saku celananya lalu mencari kontak si kakak kelas yang digosipkan adalah pacar Darren. Mata gadis berambut pendek itupun melebar.

"Gila, nomernya sama!" pekik Laila

Anis pun cemas. "Eh ini gua harus ngapain? Bales nggak?" tanya Anis

Eka memegang bahu Anis lalu menggeleng tegas. "Gak, jangan bales. Mendingan lu biarin aja, okay?" titah Eka

Laila pun mengangguk dengan usul gadis berkuncir kuda itu. "Gua setuju Nis"

Anis pun menarik hapasnya lalu memencet tombol home dengan jantung yang berdegup kencang. Keningnya berkerut dalam, takut dengan nasibnya di kemudian hari.

Apa yang akan terjadi bila si Nindy itu mengetahui dirinya? Apakah dia akan di bully?

Anis menggeleng, berusaha menyingkirkan pemikiran negatif itu lalu kembali pada pekerjaan rumahnya yang masih belum selesai. Setidaknya soal-soal kimia ini bisa membuat kepalanya melupakan tentang pesan dari si kakak kelas itu untuk sementara.

Ya, hanya untuk sementara.

***

Tugas emang banyak, tapi kalo kita udh punya niat buat nyelesein pasti nanti bisa abis kok

SEMANGAT!

Remember, jangan lupa buat meninggalkan jejak berupa vote dan komen

daku gak gigit kok, hwhw

rAwR

OH SHIT! He's comeback againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang