Author POV
Tangan Anis gemetar. Batinnya menimbang-nimbang, apakah dia benar-benar harus melakukan ini?
Dalam hati kecilnya, gadis ini membenarkan rencana Eka yang menyuruhnya untuk mengirim pesan pada Darren. Namun disisi lain, sebagian dari dirinya tidak setuju. Sebagian dari dirinya itu merasa bahwa lebih baik seperti ini. Memandang lelaki itu dalam diam, bukannya menampakkan diri dihadapannya.
Perlahan, kembali terngiang ucapan Eka. "Lu gak pengen ada kemajuan apa gitu?"
Anis menghela nafasnya. Jika ditanya seperti itu, dia pasti menjawab ingin. Ia ingin sekali berbicara dengan orang yang telah membuatnya kagum. Dia ingin sekali mengungkapkan perasannya itu pada si kakak kelas.
Ia pun menghela nafasnya, bimbang. Apakah dia benar-benar harus melakukan hal ini?
Terdengar satu suara notifikasi pesan masuk. Anis membuka pesan tersebut, sebuah pesan dari Eka.
Gimana? Udah SMS Kak Darren belum?
Anis menatap pesan itu dengan wajah lelahnya lalu mengetikkan balasan.
Belum
Satu balasan kembali muncul.
Cepetan ih kirim pesan apa gitu. Gemes banget gua tuh
Iya gua tau, tapi gua harus ngetik apa?
Ya apa aja lah, terserah
Misalnya selamat malam Kak, atau apa gituKaku banget
Yaudah, terus lu maunya gimana lagi Anisss
Gatau
Tai
Udahlah pokoknya lu chat dia aja dulu
Masalah dibales atau nggak itu urusan nanti, yang penting lu udah nyoba hubungin diaAnis membaca pesan itu. Sebagian dari dirinya mengiyakan pendapat Eka.
Yaudah
Anis pun mencari nomor Darren di kontaknya lalu membuka kolom pesan. Gadis itu kembali terdiam. Apa tidak apa-apa jika dia mengirimkan pesan kepada lelaki itu? Apalagi ini sudah sekitar jam sepuluh malam. Apa lelaki itu sudah tertidur ataukah malah masih terbangun?
Anis menatap kolom pesannya yang masih kosong. Hatinya berdegup kencang. Apa yang harus ia ketik? Apakah dia harus mengetik selamat malam? Tapi bukankah itu terkesan sangat kaku?
Gadis itu menghela nafasnya. Jarinya mengetik satu kalimat yang mendadak terlintas di kepalanya lalu menekan tombol kirim.
Hot hot pop rasa mangga
Anis membaca kembali satu kalimat itu lalu memekik pelan dan menutup wajahnya. Bukankah kata-kata itu terlalu konyol untuk mengawali sebuah percakapan? Tangannya pun memilih untuk menghapus pesan itu, namun sebelum gadis itu sempat mengklik tanda hapus, muncul satu balasan dari nomor yang ia tuju.
Kak Darren: Siapa ya?
Anis memekik. Gadis itu membenamkan wajahnya di bantalnya yang berwarna biru. Wajahnya memanas, jantungnya berdegup kencang. Sebuah balasan! Ia tak salah membacanya. Si kakak kelas itu benar-benar membalas pesannya.
Dengan gemetar, gadis itu meraih handphone ny lalu mengetikkan balasan untuk pesan Darren.
Maaf kak kalo ganggu hehe
Aku Anis, dari kelas X MIPA-3Anis pun memandang handphone nya dengan takut-takut. Sebagian wajahnya masih tertutup dengan bantalnya. Tak lama kemudian, satu balasan kembali muncul.
Oh, adek kelas ya?
Kamu dapet nomorku dari mana?Dari temenku Kak
Save nomorku ya KakOh, oke
Degup jantung Anis pun kembali normal seiring dengan nafasnya yang tak lagi memburu. Ia langsung merebahkan tubuhnya dan menutup wajahnya yang merona merah dengan lengan kirinya.
Dalam hatinya ia sangat senang. Langkah pertama untuk dekat dengan kakak kelas idamannya. Anis bahkan masih tak percaya dengan kejadian ini. Kejadian dimana dia benar-benar bertukar pesan dengan kakak kelas yang populer itu.
Satu notifikasi kembali terdengar. Anis mengecek handphonenya, dan ternyata itu adalah pesan dari Darren. Jantung Anis kembali berdegup kencang. Kenapa dia mengirim pesan lagi? Bukankah seharusnya percakapan mereka sudah berakhir?
Dek, mau nemenin aku SMS an sampe malem gak?
Nafas Anis tertahan. Sebuah ajakan yang tak pernah terpikirkan oleh Anis. Jari gadis tiu dengan cepat membalas pesan Darren.
Boleh kok Kak. Tapi emang gak ganggu?
Nggak kok. Malahan aku gak ada kegiatan sama sekali
Anis meggulingkan tubuhnya ke samping. Memeluk bantalnya lalu kembali membalas pesan Darren
Yaudah, aku temenin
Bagus deh
Oh iya, ngomong-ngomong, nama panjang kamu siapa?Anisa Tantiana
Namamu bagus juga
Menurutku kamu lebih bagus kalo dipanggil Tiana
Biar kaya princess difilm itu loh, yang sama pangeran kodokOh iya tau
Yang berubah jadi kodok, terus ciuman dan akhirnya jadi manusia lagi kan?Nah itu
Kamu tau banyak tentang kaya putri-putri gitu ya?Gak juga sih, dari dulu emang suka didongengin ibu kaya gitu, jadinya kebiasa deh
Semalaman itu pun mereka saling berbalas pesan, sampai akhirnya pulsa milik Anis pun habis. Gadis itu panik, ia pun menerima pesan dari operator kalau pesan terakhir yang dia kirim ke Darren adalah pesan berbayar yang pulsanya akan ditanggung oleh Darren.
Anis berteriak lalu diperingatkan oleh ibunya dari lantai bawah. Gadis itu pun diam lalu menenggelamkan wajahnya di bantal. Ia merasa sangat malu. Harusnya sebelum dia berkirim pesan dengan Darren, dia harus mengecek pulsanya dulu.
Satu pesan kembali muncul. Pesan dari Darren.
Pulsa kamu habis ya? Maaf kalo malah bikin kamu kehabisan pulsa gini
Aku udah baca pesan terakhir kamu kok
Jadi yaudah, kapan-kapan kita SMS an lagi kalau kamu udah ada pulsa
Selamat malam, dek
Anis pun menatap pesan yang sudah ia baca itu lalu meletakkan handphonenya di nakas. Menghela nafasnya sambil menatap langit-langit. Dia tak pernah membayangkan bahwa ia benar-benar bisa berbalas pesan dengan Darren, apalagi sampai larut malam seperti ini.
Gadis itu tersenyum bahagia lalu bersiap untuk tidur. Mungkin hari ini, dia akan bermimpi indah.
***
Do know that feeling where you're really not sad, but just empty
Jangan lupa vote dan komennya
Remember, daku gak gigit
RaWr
KAMU SEDANG MEMBACA
OH SHIT! He's comeback again
Romansa[Completed] Hot-hot pop rasa mangga. Satu kata yang memulai kehidupan seorang gadis blasteran Prancis-Indonesia. Sebuah kata yang entah bagaimana bisa membuatnya dan lelaki yang ia idamkan menjadi dekat. Perasaan yang akhirnya bisa melambung tinggi...