9

28 9 5
                                    

"gimana sih kamu , kok nilai ulangan matematika kamu kecil hah??" Ucap pria paruh baya sedikit geram sambil memegang kertas ulangan matematika yang bernilai 85 itu.

"Udah lah pak ... Segitu juga udah besar kok" ucap wanita paruh baya sambil memegang tangan pria yang baru saja pulang kerja itu.

"Gak mah, anak kita harus sempurna, masa kalah sama anak pak Rudi . Anak nya dapet nilai 90 " ujar pria tersebut tidak terima.

Wanita itu hanya bisa menghela napas sesaat.

"Nana kamu naik ke kamar aja gih ... Ntar kita ngomong lagi ya" pinta wanita tersebut.

"Ya mah , pah Nana ke atas ya" izin Nana yahhh walaupun tidak bakal di jawab oleh siapapun.

Nana pun meninggalkan ruang makan tersebut. Dia baru saja selesai makan malam saat ayah nya mendapat pesan dari guru matematika Nana , guru tersebut memberitahukan nilai ulangan harian.

Alhasil Hadi lansung mengeledah tas Nana dan menemukan ulangan kertas tersebut.

Saat ia berada di anak tangga , ia masih dapat mendengar berbagai kalimat yang dilontarkan ayahnya sebagai bentuk tidak terima atas apa yang Nana dapat saat itu.

"Dasar anak yang ... " Baru saja suara tersebut masuk ke telinganya, ada tangan yang lain menutup telinga nya sehingga ia tak dapat mendengar kata selanjutnya.

Saat ia mendongakkan kepalanya , ia melihat Reza yang sedang menutup telinga nya dan tersenyum kepada nya.

"Tenang ,Abang selalu di samping Nana "ujar Abang nya menenangkan Nana.

"Abang" lirih Nana

Rasanya ia ingin memeluk tubuh Abang nya dan menangis sejadi-jadinya . Saat ia hendak memeluk erat kakaknya,ada suara lain yang mengintruksinya.

"Adek bangun kita sudah sampai" ucap seseorang yang membuat Nana membuka matanya dengan sempurna.

"Kita dimana bang??" Ucap Nana parau dan sesekali mengucek matanya guna menyesuaikan cahaya yang masuk ke rentina nya.

"Ayo kita keluar"

Selepas mengatakan itu Reza keluar terlebih dahulu , lalu memutari mobil sehingga ia berada didepan pintu penumpang.

Lantas ia membukakan pintu tersebut kemudian tampak lah Nana yang sedang menatap Reza kebingungan.

Pasalnya ia tak tau mereka berada dimana.

Reza juga tak mengatakan apa apa ,dia hanya menggenggam tangan Nana dan menuntunnya keluar dari mobil tersebut.

Saat nana sudah keluar dari mobil, bukannya kebingungan nya menghilang malah yang ada sekarang bertambah.

"Jembatan gantung??"ucap Nana keheranan.

Pasalnya mereka sekarang berada di jembatan gantung yang sepertinya berada jauh dari rumahnya.

Pantas saja ia masih sempat tertidur tadi.

Bukannya menjawab keheranan Nana ,Reza malah melepas tautan tangan mereka dan mendahului Nana.

Saat ia berada beberapa langkah di depan Nana,Reza mengoyangkan tanggan seperti isyarat mengajak.

Bukannya menghampiri Nana lagi ,Reza malah memilih untuk maju dengan sesekali melompat kegirangan.

Bukannya menghampiri Nana lagi ,Reza malah memilih untuk maju dengan sesekali melompat kegirangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Leave Or Be LeftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang