Nano-nano Chapter 1

86 4 6
                                    

tap tap tap...

Suara langkah kaki seorang siswi yang baru saja memasuki koridor sekolah.

Melenggang dengan santai, ditemani ransel abu-abu yang setia menggantung di pundaknya dan earphone yang dengan senang hati menyumbat telinganya.

Langkah kakinya berhenti sambil memutar bola matanya malas ketika melihat segerombolan siswa/i di depan mading sedang berdesak-desakan seperti tengah mengantri sembako murah. Membaca satu persatu nama yang ada di mading, mencari nama masing-masing untuk mengetahui kelas mana yang akan mereka tempati setelah menghabiskan liburan semester.

Setelah kerumunan mulai pergi dan sepi dia mulai membaca mading untuk mencari namanya.

Dan ya kelas XI MIPA 3 dengan No.14 terpampang jelas di sana nama Feriska Trivena Bestari. Namanya.

Riska menghela napas sambil berharap di kelas barunya dia akan mendapatkan ketenangan sebelum...

"FERISKAAA!! YUHUUU!!!" teriak Steva sambil melangkah mendekati Riska.

Huh... Feriska hanya bisa menghela nafas saat harapannya harus sirna ketika mendengar suara teriakan sahabat nya yang menyaingi suara Toak dan jangkrik saat pagi hari.

"Ya ampun Riska gue kangen banget sama lo tau ga?! SUMPAH KANGEN PAKE BANGET!!!!"

Riska dengan segera menutup telinga ketika mendengar steva yang berteriak.

"WOY!!, Lu ga teriak² bisakan? Udah suara kek toak tukang sales jualan!" ucap Riska yang terganggu dengan suara makhluk bumi yang satu ini.

"Yee... santai aja kaleee, kaga usah NGEGAASSS gitu juga!" Balas Steva dengan menekankan kata 'ngegas' karena tidak terima dengan balasan temannya itu.

'untung temen kalo kaga udah gua gadain ke tukang besi' batin Riska dalam hati.

*****

Sementara di belahan bumi lainnya... ehhh kaga terlalu jauh juga sihh:v,,

Seorang laki-laki baru saja membuka matanya karena mendengar suara seseorang yang meneriaki namanya dengan sangat bersemangat.

"Yudaaaa bangunnnn! ada kebakarannn! Yudaaaa!!"

Dengan nyawa yang masih belum terkumpul sepenuhnya laki-laki itu segera beranjak dari kasurnya dengan panik.

"Hah! Kebakaran?! Dimana Bun?! Telpon petugas kebakaran!! Selamatkan diriii!! Tolongg!! Tolonggg!! Lon-"
Teriakan Yuda terhenti karena sebuah bantal yang di lempar tepat di wajahnya.

"Aduh Bun, sakit" Yuda meringis ketika bantal tersebut tepat mengenai jidatnya yang paripurna.

"Dasar lembek dilempar bantal doang ngaduh" Ucap Bunda Yuda dengan nada mengejek.

"Ledek aja teroos, anak sendiri berasa anak pungut"

"WAHYUDA CAK-"

"CAKRA ADIBASKARA!"

Ucapan Bunda harus terpotong oleh suara Yuda yg lebih dulu menggema di kamar bahkan sampai tempat tetangga.

"Berani kamu potong ucapan Bunda?!" Ucap sang Bunda kelewat ngegas.

"Yuda ga potong ucapan Bunda kok, nih ga ada gunting di tangan Yuda." Balas Yuda dengan tampang yang dibuat sok polos.

Bunda memandang Yuda dengan tatapan tajam.

"Hehehe ampun Bun, janji ga lagi deh" Ucap Yuda cengengesan sambil mengangkat kedua tangannya.

"Huh, Ya udah sana cepet mandi udah siang"

Nano-nanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang