Belakangan ini aku memaknai sebuah kalimat.
Bahwa hidup ini tidak melulu tentang kompetisi.
Awalnya itu terjadi ketika aku sedang berbincang dengan seorang teman. Kita sama-sama gagal, kemudian sedih bersama. Saking seringnya gagal, kita sampai tidak terlalu sedih lagi kala itu, terselip canda, juga tawa.
Menertawai kegagalan itu sudah biasa.
Kemudian dia menyebutkan kalimat di atas. Menyikapi kawan lain yang memiliki pandangan berbeda. Menganggap sekitarnya adalah lawan, hampir setipis makna kawan.
"Padahal, kan, kita punya zona waktu masing-masing."
Aku mengangguk mengiyakan.
Tidak ada orang yang terlambat, berapa pun umurnya. Pula tidak ada yang terlalu cepat, sebab kita sedang berjalan di zona waktu kita masing-masing.
Ah, iya, aku jadi sedikit malu waktu itu. Sebab beberapa waktu lalu aku berada di posisi yang sama dengan kawan itu.
Lagi-lagi karena kegagalan. Cukup sulit berdamai dengan diri sendiri waktu itu. Sungguhan.
Aku bahkan harus menangis berhari-hari, patah hati sendiri, menyembuhkan diri sendiri. Benar-benar sendiri.
Untuk orang dengan krisis kepercayaan sepeti aku, tentu itu sangat susah, tapi aku nyaman dengan kesendirianku. Menahan diri untuk berkeluh kesah ke segala arah, mencari solusi sendiri, menahan diri agar tidak berteriak seperti ratu drama paling tersakiti. Seriusan, susah sekali.
Tetapi itu semua telah berlalu dan kini aku hanya tersenyum saat mengingatnya.
Ternyata gak perlu lebay dan berisik, aku juga bisa melewatinya. Sendiri, iya sendiri.
Dalam konteks yang lain, tentu aku tidak pernah sendiri.