3

328 42 10
                                    

Temari berjalan tergesa-gesa melewati lorong kantor. Wajahnya merah, kedua tangannya terkepal kuat menahan amarah. Dia membuka pintu bewarna coklat di ujung lorong dengan kasar.

"Ayah!" serunya pada seorang pria paruh baya berambut merah yang duduk di balik meja kerjanya.

Pria itu meringis mendengar hantaman pintu yang terdengar keras ditelinganya. "Hei hei. Kalau masuk ketok pintu dulu, Temari." Sungutnya sambil meletakkan buku yang sedang ia baca.

"Kenapa ayah membebaskannya?" Temari menghampirinya berkacak pinggang di hadapan pria berpangkat bintang dua itu.

"Siapa?" tanya ayahnya datar.

"Orang yang bernama Shikamaru kenapa ayah bebaskan?"

"Oh, Shikamaru."

Satu jam sebelumnya...

Sabaku Rasa berjalan mendekati seorang pria paruh bayah berambut hitam kucir satu keatas yang sedang duduk di sofa ruangannya. Dia membawa dua gelas kopi di tangannya yang baru dia racik sendiri dari mesin pembuat kopi.

"Minumlah selagi hangat," tawarnya memberikan salah satu gelas kopi kepada Nara Shikaku.

"Kau selalu membuat kopi di ruanganmu?" Shikaku meraih gelas kopi dan menyeruputnya sedikit.

"Iya. Aku selalu tidak suka jika orang lain yang membuatnya kecuali istriku," jawabnya sambil meletakkan gelas kopinya. "ada perlu apa kau kemari, Shikaku?"

"Ini mengenai anakku. Aku mau minta bantuan padamu." Wajah pria berjanggut itu berubah serius.

"Anakmu? Shikamaru?"

"Tentu saja. Anakku kan cuma dia satu-satunya." Shikaku menyesap kopi nya lagi sampai separuh.

"Memangnya ada apa?"

"Dia ngebut-ngebutan dan ditahan di sini jadi aku minta bantuanmu untuk membebaskan dia. Aku akan bayar dendanya."

"Jadi dia sudah pulang dari Amerika?"

"Ya, sudah sebulan yang lalu." Shikaku menghela nafas menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi. Padahal dulu Shikamaru adalah anak yang penurut. Pada saat di Amerika juga dia tidak pernah membuat masalah tapi, sebulan pulang ke Konoha dia berubah menjadi orang yang suka membuat onar. Dia merasa gagal menjadi orang tua.

"Baiklah. Kau boleh membawanya pulang," kata Sabaku Rasa.

"Berapa denda yang harus kubayar?" tanya Shikaku.

"Tidak usah. Aku akan suruh anak buahku membebaskannya." Pria berambut merah itu menggerakkan tangannya mengisyaratkan jangan.

"Tapi itu namanya melanggar hukum." katanya sedikit tak enak.

Dia berfikir sejenak. "Baiklah kalau begitu. Sebagai gantinya aku akan mencabut izin mengemudinya selama satu bulan."

"Baiklah begitu juga lebih baik. Terima kasih sudah membantuku." Shikaku tersenyum lebar.

Rasa mengangguk. "tidak usah sungkan, kita kan teman. Aku akan telepon bawahanku untuk membebaskannya."
Dia bangkit menuju mejanya untuk menelepon seseorang.

Kembali ke sekarang...

"Mana bisa seperti itu, ayah." Temari marah. Dia tidak terima dengan keputusan ayahnya.

Ayahnya menghela napas "Memangnya kenapa? Lagi pula dia hanya melanggar lalu lintas tidak melakukan tindak kriminal. Dan apa salahnya ayah membantu anak teman ayah?" tanyanya menatap anak sulungnya itu.

"Tapi dia itu tahananku. Ayah sudah menyalahi aturan," tuduh Temari. Dia memukul mejanya berulang kali membuat yang punya melemparkan tatapan mematikannya.

Troublesome Police Woman (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang