Part 2

5 1 0
                                    

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَـيْسَ مِنَّا مَنْ لَـمْ يُجِلَّ كَبِيْـرَنَا، وَيَرْحَمْ صَغِيْـرَنَا، وَيَعْرِفْ لِعَالِـمِنَا حَقَّهُ

“Tidak termasuk golongan kami; orang yang tidak menghormati yang lebih tua, tidak menyayangi yang lebih muda, dan tidak mengetahui hak seorang ulama.”

----------🌘🌒----------

Ruangan yang ramai itu seketika hening. Puluhan tatap mata dengan berbagai makna berkumpul di satu titik, pada Ran, Aisyah Rania Zahra.
Tak memikirkan hal itu, Ran tetap berjalan dengan anggun dan tenang menuju sebuah kursi di bagian pojok kiri depan. Sebuah kursi dengan jendela kayu berukuran sedang di sisi kirinya.

Hingga sampai pada kursi itu, diletakkan tas dan duduklah Ran dengan tenang. Setelah itu dia melirik pintu kelasnya.

‘hah, akhirnya Nizam udah ke kelasnya.’ Hela Ran.

Diliriknya bangku sebelahnya, masih kosong. Dilanjutkan dengan melirik arloji yang bertengger manis di lengan kirinya yang tertutup sarung tangan hitam sesiku, jarum jamnya masih menunjukkan pukul 07.00 masih ada setengah jam sebelum bel masuk berbunyi. Sekolah Nusa Harapan memang berbeda dengan sekolah pada umumnya yang masuk pada pukul 07.00 dan untuk sekolah Nusa Harapan baik SD, SMP, maupun SMA akan masuk pada pukul 07.30, memang sekolah impian semua murid.

Dilanda kesuntukan, Ran memilih untuk melangkahkan kakinya menuju sebuah ruangan pribadi miliknya yang ada di sekolah itu. Di kelilingi sebuah kabinet yang dipenuhi oleh buku – buku. Diambilnya sebuah buku tebal dan dibacanya sambil duduk di sofa yang ada ditempat itu. Ruangan itu adalah ruangan ketua OSIS, sebuah ruangan yang dibangun khusus untuk ketua OSIS SMA Nusa Harapan dan hanya boleh dimasuki oleh orang yang diizinkan ketua OSIS. Ya dapat disimpulkan bahwa Ran adalah seorang ketua OSIS di SMA tersebut. Di SMA itu jabatan ketua OSIS boleh diemban siapa saja, baik kelas 10, 11, ataupun 12 dan juga tidak memandang gender. Ketua OSIS akan dipilih langsung oleh kepala sekolah, dengan kriteria yaitu anak yang pintar, berprestasi, bertanggung jawab, disiplin, jujur, peduli, dan yang paling penting mau mengemban tugas itu.

Ran yang saat itu sedang fokus membaca buku terhenti karena mendengar suara bel masuk yang sangat keras. Tak mau berlama – lama, Ran langsung menutup buku dan meninggalkannya di meja tanpa merapikannya. Keluarlah Ran dan langsung menuju kelasnya.
Belum sampai ke kelasnya sebuah suara memanggilnya, sehingga Ran berhenti dan membalikkan badannya.

“Aisyah, tunggu sebentar” sebuah suara yang sangat Ran kenali.

“Iya, Pak Ali. Ada apa ya?” tanya Ran dengan sopan.

“Pak Derry memanggil pengurus OSIS, Grae, Willi, dan Rai sudah datang, hanya kamu yang belum.”

Ran hanya menganggukkan kepalanya dan melangkah menuju ruang kepala sekolah setelah berpamitan dengan Pak Ali.
Lorong – lorong kelas sudah kosong, hanya sedikit siswa yang masih berkeliaran. Itupun untuk pergi ke perpustakaan, toilet, atau lapangan.
Sampailah Ran disebuah pintu bertuliskan ‘Kepala Sekolah’ yang dicetak tebal, berwarna emas. Diketuk pintu itu dengan pelan. Pada ketukan pertama sebuah suara langsung menghentikannya. Suara Pak Derry, kepala sekolahnya.

“Masuk”

Mendengar suara itu, Ran membuka kenop pintu dan masuk sambil mengucapkan salam. Dilihatnya orang - orang yang ada dalam ruangan itu dengan sekali lirikan. Lima orang berada diruangan yang cukup besar itu. Satu orang duduk dengan berwibawa di kursi, satu orang berdiri disampingnya, dan tiga orang lainnya berdiri di depan dua orang lainnya dengan berbatasan meja. Ran berjalan maju dan ikut berdiri dengan ketiga orang tadi, tepatnya di samping seorang gadis berjilbab.

“Aku kira kamu bakal udah dateng sebelum aku tadi” bisik gadis disebelahnya itu pada Ran.

“Baru tau” jawab Ran singkat pada gadis yang bernama Permata Nur Anggraeni atau yang dipanggil Grae ini.

Grae hanya mengangguk, mengerti maksud sahabatnya itu.

Pembicaraan itu selesai, bersamaan dengan Pak Derry selaku kepala sekolah yang akan menyampaikan maksud memanggil mereka.

“Jadi saya memanggil kalian semua untuk membahas persoalan acara kelas XII yang sebentar lagi akan kita laksanakan.”

“Acara kelas XII yang mana ya pak?” sela seorang cowok bernama Raizel Ibrahim atau yang sering dipanggil Rai.

“Kak Raizel tidak sopan menyela pembicaraan Pak Derry.”

“Heh sok lo Wil” ketus Rai

“Cukup, Raizel sepertinya kamu butuh pelajaran sopan santun lagi ya, setelah ini temui Bu Mei dan ulang kembali pembelajaran sopan santunmu! Bu Leli, hubungi Bu Mei sekarang juga!” kata Pak Derry dengan tajam dan keras.

“Baik pak” tukas Bu Leli

“Apa pak, saya tidak mau pak. Saya sudah lulus kelas itu tahun lalu pak, saya tidak ma...”

“Diam.” Ucap Ran dengan dingin.

Ruangan itu pun sontak hening. Semua orang mematung. Rai pun seperti menciut, tak berani membuka lagi suaranya. Tersadar dari lamunannya Pak Derry berdehem dengan keras dan memulai lagi pembicaraannya.

“Saya tidak terima penolakan Raizel Ibrahim. Baik jadi acara untuk kelas XII itu adalah...”

Wonosobo,

RA_yoe
(Nama Pena)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Double are CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang