00.03

228 22 0
                                    

° ° °
.

.

.

If my existence is nauseating, then why let me grow?

Sebagaimana kebanyakan orang-orang seusianya, Jordan kerap kali bepergian bersama teman-temannya untuk bersenang-senang sekaligus menghilangkan penat dengan ke suatu tempat. Entah itu dalam atau sampai luar negeri sekalipun.

Begitu juga dengan hari ini. Sudah dijadwalkan jika Jordan dan teman-temannya akan mendaki gunung yang letaknya tidak terlalu jauh. Mengingat jika saat ini belum memasuki waktu libur.

Ada dua mobil yang membawa teman-temannya dimana di dalamnya masing-masing terdapat empat orang. Sedangkan Jordan memilih untuk mengendarai mobilnya sendiri. Meskipun tadi Marsha memaksa untuk ikut dalam mobilnya, tapi dengan tegas dia menolak.

Selama ini tidak ada yang Jordan perbolehkan untuk duduk di mobilnya. Termasuk orang tuanya sekalipun. Jordan lebih memilih untuk tidak membawanya daripada mobilnya ditumpangi orang lain.

Ketiga mobil itu berhenti ditempat parkiran yang sudah terdapat beberapa mobil dan motor pendaki lain. Seketika mata Jordan menyipit begitu melihat sebuah mobil yang tidak asing diparkir paling ujung. Dan dengan sengaja Jordan memarkir mobilnya tempat disamping mobil yang ternyata memang benar dia ketahui siapa pemiliknya.

Jordan segera keluar lalu matanya memindai sekitar. Jika mobilnya berada di sini, sudah pasti Nadine juga ada di tempat ini. Atau mungkin perempuan itu ada di puncak, karena semalam Jordan masih mendapati keberadaan mobil ini di garasi. Dan ketika dia akan berangkat tadi keberadaanya sudah tidak ada.

"Mobil siapa itu?" Malex menghampiri Jordan yang tidak kunjung datang menghampiri teman-temannya yang lain dimana mereka sudah berkumpul di sebuah pondok besar.

"Bukan siapa-siapa." Jordan mengikuti Malex dengan mata yang terus memindai sekitar. Mencari-cari keberadaan seseorang yang akhir-akhir ini selalu mengganggu pikirannya.

Jordan menghampiri teman-temannya yang tengah berdiskusi. Jordan ikut bersuara hingga melupakan jika tadi dirinya mencari-cari sosok perempuan yang berstatus sebagai tunangannya.

Dan kesempatan itu Nadine manfaatkan untuk segera masuk kedalam mobilnya. Nadine sangat sadar jika Jordan mencari-carinya. Dan lebih sialnya lagi mengapa laki-laki itu memarkirkan mobilnya tepat di samping mobilnya.

Dengan gerakan secepat kilat Nadine melangkahkan kakinya lebar-lebar tanpa menarik perhatian dan langsung masuk kedalam mobil. Meskipun dipikir-pikir lagi hal itu percuma karena bisa di pastikan jika Jordan sudah mengetahui keberadaannya. Tapi setidaknya Nadine tidak menunjukkan wajahnya secara langsung.

Rupanya benar jika ponselnya terjatuh membuat Nadine menunduk untuk mengambilnya. Begitu dia menegakkan badannya kembali, matanya sedikit melebar begitu melihat keberadaan Jordan yang kini berdiri di depan mobil dengan tangan bersedekap dan memandangnya dengan tatapan yang Nadine sendiri tidak bisa menafsirkannya.

Tiba-tiba saja Jordan sudah berada di samping mobil dan mengetuk kaca disampinya. Nadine menolehkan kepalanya perlahan dengan menurunkan kaca mobil setengahnya.

"Buka dengan benar," sontak Nadine langsung menurunkan lagi kacanya membuat sepenuhnya terbuka.

"Apa kamu membutuhkan sesuatu?" Nadine sengaja bertanya seperti itu.

Jordan menghela nafas perlahan mendengar pertanyaan Nadine. Melihat penampilan perempuan itu beda dari biasanya membuat Jordan merasakan perasaan aneh. Mengapa Nadine terlihat berbeda.

La NadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang