Diam dan Cium Aku Sekarang!

8.5K 120 11
                                    

Untuk kesekian kalinya, sudah nggak bisa dihitung lagi yang keberapa, Evan melihat Widi pulang bersama seorang laki-laki yang berbeda. Mungkin laki-laki itu pacar barunya atau hanya teman yang sedang berperan sebagai pacar atau bukan siapa-siapa. Entahlah, Evan nggak mau terlalu peduli, itu hanya membuat hatinya sakit.

Evan dan Widi sudah bersahabat sejak kecil, hubungan mereka bahkan lebih dekat dari saudara. Entah kebetulan atau memang disengaja, dari SD, SMP, sampai SMA mereka selalu bersama-sama. Bahkan rumah mereka juga sebelahan, tinggal salto tiga kali saja sudah sampai.

Mungkin karena sering bersama, lama-lama perasaan Evan mulai berubah, dia menyukai Widi. Evan sendiri lupa sejak kapan, mungkin perasaan itu mulai muncul ketika mereka masuk SMA, Widi yang dulunya tomboy, dekil, dan suka main di comberan. Tiba-tiba berubah menjadi cantik, cemerlang, suka dandan, dan sangat girly. Dulu Widi juga kurus sekali, badannya datar seperti meja karambol. Namun, sekarang sudah mirip gitar spanyol dan montok (di tempat yang pas).

Selama lima tahun, Evan hanya memendam perasaan sukanya pada Widi, dan selama itu pula dia merasa sangat menderita. Kalau bertemu Widi, Evan jadi berdebar-debar. Evan juga sering curi-curi pandang ke Widi. Perasaan yang aneh, padahal Widi sahabatnya sendiri, dan tentu saja bukan pertama kalinya Evan melihat kecantikkan Widi. Hanya saja, sekarang perasaannya jadi nggak keruan. Yang lebih parah, Evan hanya bisa melihat Widi jadian berkali-kali dengan cowok-cowok yang nggak jelas, dan ketika Widi putus dan menjadi jomblo, Evan tetap saja diam. Dia nggak punya cukup percaya diri untuk menyatakan perasaannya.

Padahal, tampang Evan lumayanlah, nggak jelek-jelek amat. Kalau dari 1 sampai 10, nilainya kira-kira 7,5. Anaknya tinggi putih pokoknya. Sehari-hari Evan bekerja sebagai fotografer di sebuah majalah remaja di Jakarta. Sejak lulus kuliah, sudah 2 tahun Evan bekerja di sana. Untuk sementara, Evan masih tinggal bersama orang tuanya, sambil terus menabung supaya bisa seperti kakak laki-lakinya yang telah memiliki apartemen sendiri. Kalau soal percintaan, Evan masih jomblo, alasannya sih karena sibuk kerja dan nggak kuat sama ongkos pacaran yang kadang sangat mahal. Kasihan.

Evan memang cowok yang cukup menjanjikan, namun jika dibandingkan dengan Widi, tetap saja Evan jadi tertunduk lesu. Widi adalah cewek manis yang agak mungil. Matanya bundar agak belo, pipinya juga bundar (minta dicubit), dan senyumnya memesona. Terus Widi bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan multinasional di Jakarta, gajinya gede, baru setahun dia sudah bisa membeli sebuah mobil Toyota Yaris berwarna putih. Widi anak tunggal, dia tinggal sendirian di rumahnya yang besar, kedua orang tua Widi memilih tinggal di Bandung, menghabiskan hari tua mereka. Widi adalah impian bagi hampir semua laki-laki, sudah cantik, pintar dan anaknya juga menyenangkan.

Dari zaman SMA, yang namanya Widi memang sudah banyak yang naksir, mantannya juga nggak kehitung. Widi hampir setiap dua atau tiga minggu berganti pacar, sudah kayak ganti kaos kaki.
Sampai sekarang, Widi masih dekat dengan beberapa makhluk berjenis kelamin laki-laki. Setiap akhir pekan, ada saja cowok yang menjemput Widi ke rumah. Kadang, dari kamarnya, Evan bisa melihat Widi diantar pulang oleh cowok-cowok itu. Biasanya setiap jadian, Widi akan bercerita ke Evan. Begitu pula saat putus, nangisnya juga ke Evan. Iya, Evan bagai tempat sampah buat Widi. Curhat-nya Widi macam-macam, mulai dari pacar abege-nya yang tangannya nakal (suka pegang-pegang), sampai pacarnya yang sudah mapan dan dewasa tapi ternyata sudah punya istri.

Namun belakangan ini, Widi terlihat belum punya pacar (lagi). Evan pun memutuskan untuk menyatakan perasaannya yang sudah bertahun-tahun dia pendam.

Malamnya, Evan mengajak Widi nonton film di bioskop. Sepanjang film, mereka nggak saling bicara. Sebenarnya Evan ingin sekali memegang tangan Widi tapi nggak berani. Setelah film selesai, mereka pun pulang. Di mobil Widi cerita-cerita tentang film yang tadi, Evan dengerin dengan hati galau. Apa ini saatnya? Pertanyaan itu terus berputar-putar di kepalanya.

Diam dan Cium Aku Sekarang!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang