14 MAWAR UNTUK ANA

312 28 2
                                    

Henry menatapku sambil tersenyum. "Apa kamu mau jadi istriku, Ana?" tanyanya.

Aku mengangguk. "Iya, aku mau jadi istrimu, Henry." sahutku sambil ikut tersenyum. Berusaha semanis mungkin.

Kira-kira begitulah potongan dialog di akhir cerita ini. Namun, sayang sekali, ini bukanlah kisah happy ending.

Semuanya berawal dari malam perayaan yang penuh keceriaan dan sukacita, lalu tiba-tiba berubah jadi kekacauan. Bahkan, sebelum satu pun kembang api meledak menghiasi langit malam, sebagian besar penonton berlarian panik tak tentu arah di jalanan, seolah rumah mereka terbakar dan mereka harus segera pulang untuk memadamkannya. Kemudian suara-suara sirine mulai terdengar di kejauhan, semakin lama semakin mendekat.

Aku masih kebingungan dengan perubahan situasi itu ketika, tidak lama, tiga ambulan melintas tepat di sampingku. Melaju kencang bagai sedang balapan, berbelok di tikungan lalu menghilang. Hanya suara sirinenya yang masih terdengar, itu pun pelan-pelan melemah di kejauhan. Sesuatu yang buruk telah terjadi, pikirku. Aku harus mencari Henry, pikirku lagi.

Sebelumnya, aku sedang menunggu laki-laki itu. Karena hari ini hari ulang tahunku, 14 Juli, dan aku sedang menonton perayaan Hari Nasional Perancis atau Hari Bastille, sambil menanti Henry, dia pacarku, eh, mungkin calon suami? Hmm, atau lebih tepatnya, dia adalah pacarku—yang kebetulan minggu lalu, secara tiba-tiba melamarku.

Begitulah.

Namun, sekarang aku benar-benar jadi cemas, dan mulai menyesal tidak langsung menjawab lamarannya.

Ketika itu, di hari Henry melamarku, dia datang ke tempatku bekerja—sebuah kantor penerbitan majalah di Perancis. Di depan rekan-rekan kerjaku, di kafe kantor, dia berlutut, sambil berkata. "Aku cinta kamu, Ana. Apa kamu mau menerima cintaku?" Dia berlutut di bawah sana, sambil menjulurkan sebuah cincin padaku. Cincin emas, dengan berlian besar di atasnya.

Dan aku cuma bisa duduk terperangah. Aku terlalu kaget untuk menjawab. Jangankan memberi jawaban, bersuara pun rasanya tak sanggup. Namun, setelah bisa menguasai diri, aku menjawab. "Beri aku waktu, seminggu lagi, aku akan memberimu jawaban."

Henry tersenyum, agak kecewa, namun dia berusaha tegar. Lalu dia pulang.

Aku sedih melihatnya seperti itu, tapi mau bagaimana lagi. Aku belum bisa menjawabnya langsung. Perlu waktu. Dan selama seminggu menunggu, tentu aku dan Henry tetap bertemu, dan berusaha bersikap sewajar mungkin. Aku menggunakan pertemuan itu untuk bertanya hal-hal yang menurutku perlu aku ketahui.

"Apa yang membuatmu yakin untuk menjadikan aku sebagai istrimu?" tanyaku ketika kami bertemu di sebuah kafe di pinggiran Kota Nice.

"Karena kamu cantik."

Aku memutar bola mata. "Dari banyak kemungkinan jawaban, 'karena kamu cantik' adalah jawaban paling akhir yang aku harapkan." sahutku setengah mengomel.

Henry tersenyum. "Sejujurnya, aku nggak tau. Aku hanya yakin, bahwa kamulah orangnya, Ana." ujarnya. Aku masih terdiam, jadi Henry melanjutkan. "Kita sudah lama saling kenal, aku rasa kita cocok. Kita berdua sudah mandiri, mapan. Kamu editor majalah besar, dan bisnis sepatuku sedang bagus-bagusnya. Dan yang paling penting, aku nyaman denganmu. Dan aku merasa, kamu juga begitu padaku."

Aku tersenyum. Walaupun tidak terlalu memuaskan, tapi aku suka jawaban itu. Dan sebenarnya, jawabanku atas lamaran Henry sudah jelas, dan singkat saja. "Iya." Tentu aku mau jadi istri Henry. Dia laki-laki baik dan seperti yang dia katakan tadi... mapan. Dulu, dia kakak kelasku yang paling ganteng di kampus. Tinggi menjulang dan gagah bukan main, rambutnya hitam, dan matanya hijau cerah dengan tatapan yang tajam. Kami bersahabat sudah hampir sepuluh tahun dan pacaran sejak satu tahun terakhir. Sebelum akhirnya Henry merasa cukup siap untuk melamarku. Dan aku menyuruhnya menunggu selama seminggu, supaya lamaran tersebut bisa kujawab tepat pada hari ulang tahunku, rasanya pasti lebih spesial. Itu saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diam dan Cium Aku Sekarang!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang