3. Jati Diri

2 0 0
                                    

Semenjak hari itu, Dhan tidak bertemu dengan Grey lagi. Tepat hari ini sudah enam hari Grey tidak masuk ke kelas. Guru kelas mengatakan bahwa ia sedang sakit. Hal itu juga yang membuat rasa penasaran Dhan semakin bertambah. Ia tau bahwa Grey tidak benar-benar sakit. Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres dengan anak satu itu."Anak itu ga masuk lagi hari ini?" Shyil sepertinya juga merasa heran kenapa Grey sakitnya lama sekali. "Mana aku tau. Emang aku cenayang, haha" Shyil memukul lengan Dhan dengan cukup keras. Dhan pun meringis karena merasa kesakitan. "Dhan temenin aku ke toko baju ya, please". Shyil memohon dengan wajah memelas. Dhan sebenarnya tidak keberatan akan hal itu, namun hari ini ia harus bertemu dengan dua orang tersebut untuk menemukan semua jawaban yang ia butuhkan. "Sorry Shyil, hari ini aku diminta ibu membantunya. Besok deh ya? Gmna?" Shyil sebenarnya terlihat sedikit sedih, namun akhirnya ia setuju dengan Dhan untuk pergi besok saja.
Sepulang sekolah, Dhan bergegas menuju kerumah dan bersiap-siap untuk pergi bertemu dengan Irene. Jujur saja, ia sudah sangat tidak sabar dan penasaran dengan buku yang ia temukan waktu itu. Ia bergegas menuruuni tangga, dan berpamitan dengan seorang wanita paruh baya yang sedang duduk sembari menikmati teh di halaman rumah. "Ma, Dhan mau pergi kerja kelompok. Sepertinya akan pulang sedikit telat hari ini. Tidak apa kan jika hari ini Dhan tidak ikut makan malam bersama?" Wanita itu tersenyum, lantas berkata "Tenang saja, ayahmu pulang cepat hari ini. Hati-hati ya". Dhan tersenyum dan mencium pipi wanita yang amat ia sayangi. Sembari melambaikan tangan Dhan keluar mengendarai sepedah.
Beberapa hari ini perasaan Dhan tidak karuan. Antara bingung, penasaran dan takut bercampur menjadi satu. Bagaimana bisa namanya tertulis di buku kumal yang sudah tua itu. Sempat ia ingin membuka buku tersebut, namun tak pernah berhasil. Buku itu tertutup rapat-rapat seolah tidak ingin ada yang tahu isi darinya. Setelah sekian cara dicobanya dan tetap tidak bisa dibuka, akhirnya Dhan pasrah dan bersabar menunggu hari ini.
Tak butuh waktu lama untuk menemukan cafe yang menjadi tempat mereka bertemu. Dhan memarkirkan sepedahnya tepat di depan cafe tersebut. Ketika Dhan masuk, aroma coffe menggelitik hidung Dhan. Cafe dengan gaya klasik menampilkan suasana yang sangat nyaman, apalagi jika datang membawa pasangan, romantis. Dhan buru-buru mengambil sesuatu di kantung jaketnya dan memberikan kertas tersebut kepada pelayan cafe. "Anda sudah ditunggu, silahkan ikuti saya". Dhan mengikuti pemuda yang berusia kisaran 25 tahun tersebut. Ia masuk ke suatu ruangan yang ternyata dapur. Tepat diujung ruangan tersebut terdapat sebuah lukisan seorang chef yang masih muda. Sepertinya pelayan tersebut menyadari rasa penasaran Dhan mengenai lukisan itu. "Dia adalah Cornelis Trank, pendiri dari cafe ini. Mungkin anda akan bertemu beliau beberapa waktu".
Pelayan itu menyentuh sebuah gelas yang ada di lukisan tersebut, dan mulai merapalkan mantra. "Keresto Frakda". Tiba-tiba sebuah pintu muncul tepat setelah cahaya keemasan di tembok kosong tersebut. Dhan pun terkejut, ia tidak bisa berpikir ilmiah lagi dengan apa yang ia saksikan barusan. "Tenanglah, ini hanya segelintir saja. Anda pasti akan melihat hal lain yang akan membuat anda lebih tercengang. Sebelumnya saya Knedy. Silahkan anda masuk kedalam. Saya hanya bisa mengantarkan sampai disini. Mereka sduah menunggu anda di sana". Dhan mengangguk, dan melangkah masuk ke lorong yang cukup gelap. Lorong panjang dengan hiasan lampu lilin dan berbagai lukisan orang-orang dengan pakaian yang menawan. Sampai di ujung lorong, Dhan melihat seberkas cahaya yang cukup terang. Setibanya disana ia disambut oleh Iren dan seorang pemuda dengan pakaian yang cukup berbeda dengan pemuda pada umumnya.
"Selamat datang, maaf jika membuatmu bingung. Tapi saya yakin anda akan mengetahui semuanya". Iren berdiri menyambut kedatangan Dhan. Dibelakangnya pemuda yang mengenakan pakaian "aneh" juga ikut berdiri. Dalam hati Dhan, dimana si cecunguk Grey? Kenapa dia tidak disini? Iren mempersilahkan Dhan untuk duduk dikursi yang indah. Ruangan itu ternyata cukup besar dan mewah, tak akan ada yang menyangka di dalam cafe kecil terdapat ruangan yang sangat indah dan menawan. Dhan masih merasa bingung dan kaget dengan apa yang ia lihat saat ini. Sepeti mengetahu pikiran Dhan, pemuda tersebut langsung tersenyum. "Mungkin kau tidak biasa dengan penampilanku seperti ini. Baiklah" Pemuda tersbut menjentikkan jari tangannya dan pluppp! Seketika ia berubah menjadi orang yang sangat ia kenal. "Grey! Bagaimana bisa kau?" Grey hanya tertawa, kemudia ia kembali kewujud semula. "Haha, kau terlihat terkejut melihat hal itu sepupuku. Tenang saja, kau akan melihat yang lebih fantastis."
"Anda akan segera mengetahui sebuah rahasia yang pastinya akan membuat kehidupan anda berubah. Anda yakin?" Dhan mengangguk agak ragu. Antara iya dan tidak, namun rasa penasarannya mengalahkan rasa ragu yag ada dalam diri Dhan. "Jika itu yang memang harus aku lakukan, maka aku akan menerima segalanya". Iren mengangguk dan memerintahkan pemuda yang ada di sampingnya untuk mengambil sesuatu yang ada di kotak. Pemuda itu berjalan ke meja yang ada di seberang mereka dan membawanya ke hadapan Iren dan Dhan.
"Silahkan anda buka". Iren memerintahkan Dhan untuk membuka kotak tersebut. Tanpa basa-basi dan langsung membuka kotak tersebut dan ternyata didalamnya berisi sebuah mahkota dengan baju bangsawan, disampingnya terdapat sebuah buku tua lusuh yang mirip dengan buku yang ditemukan Dhan. Iren mempersilahkan Dhan untuk membuka buku tersebut. Pada bagian ujung sampul buku tua tersebut bertuliskan "HERNZ GRANTZ JOQUEB Sang Penakluk". Dhan sangat terkejut, bagaimana bisa nama ujungnya sama dengan pemilik buku tersebut? Ia membuka perlahan lembar pertama dan menemukan sebuah pesan di halaman tersebut
"Bagi sang penerus, putraku
Mungkin ketika kamu membaca pesan ini, aku sudah gagal melindungimu. Aku tak ada pilihan lain selain mengirimkanmu ke dimesi lain agar si Tanpa Nama tidak bisa membunuhmu. Maafkan jika setelah ini kamu akan menanggung beban yang amat berat. Tapi ibumu selalu meyakinkanku bahwa anaknya akan menjadi sang juru kunci dan akan membawa kedamaian bagi bangsanya. Buku ini adalah peninggalan untukmu, banyak mantera-mantera yang belum aku sempurnakan. Jangan sampai buku ini jatuh ke tangan si Tanpa Mahkota. Mulai sekarang kamu adalah putra mahkota, penerus dari kerajaan Trankvylian.
Untuk putraku Ardhana Grantz Joqueb
Dhan langsung terdiam membeku, apa-apaan ini. Dalam hatinya berkecambuk rasa tidak percaya. "Saya lihat anda sedikit terkejut, benar?" Iren yang sedari tadi duduk disampingnya mencoba untuk menenangkan Dhan. "Siapa aku sebenarnya? Yang aku tahu, aku hidup di dunia ini sejak aku masih kecil, dan ayah ibuku adalah orang tua kandungku yang sangat menyayangiku dan merawatku sejak kecil. Kalian pasti menipuku?" Banyak sekali pertanyaan yang muncul di benak Dhan. Bagaimana bisa orang tua yang selama ini mengasuhnya bukanlah orang tua kandungnya? Iren hanya tersenyum "Anda ingat, ayah anda memberikan anda sebuah pecahan kuno? Itu adalah salah satu pecahan yang ditinggalkan oleh ibu anda. Ratu Eliza dan baju serta mahkota tersbut adalah milik ayah anda, Raja Hernz" Iren pun memberikan sebuah kertas yang sudah kusam dan di dalamnya berisi sebuah tulisan. "Bacalah". Ternyata tulisan tersebut adalah sebuah mantera.
Imperius Kevrandra Lokshyin.
Tiba-tiba tepat di depan Dhan, muncul sebuah cahaya putih menyilaukan, dan dari dalamnya ternyata ada sebuah benda yang sangat Dhan kenal. Cahaya tersebut langsung menyebar keseluruh tubuh Dhan. Ia pun sedikit terkejut dengan hal tersebut. "Anda pasti pernah bermimpi bahwa ada cahaya dari pecahan tersebut yang memasuki tubuh anda bukan?" Dhan mengangguk. "Itu adalah sebagian dari kekuatan itu, dan sekarang seluruh kekuatan itu ada pada diri anda. Anda adalah pangeran Ardhan, penerus tahta dari kerajaan Trankvylian. Semua yang anda baca di buku itu benar adanya. Orang tua anda Raja Hernz dan Ratu Eliza adalah penguasa terakhir dari kerajaan tersebut, sebelum Si Pengusik menyerang dan membunuh seluruh penduduk kerajaan termasuk orang tua anda. Raja memerintahkan saya untuk membawa anda melintasi dimensi pararel, dan akhirnya sampailah saya di bumi dan menitipkan anda kepada orang tua anda saat ini Ibunda anda, Ratu Eliza, menyegel sebagian kekuatannya kedalam sebuah artefak. Namun ketika itu si Pengusik mengetahui dan ingin mengambil artefak tersebut. Akhirnya ratu memecahnya menajdi empat bagian dan mengirimnya kedalam empat dunia pararel. Ratu memerintahkan saya untuk membawa satu bagian ke dimensi bumi." Iren menghela nafas panjang. Sepertinya kejadian tersebut sangat menyayat hatinya. " Setelah saya sampai dibumi, tanpa sengaja saya bertemu dengan orang tua anda saat ini. Akhirnya saya menitipkan anda kepada mereka dan berpesan untuk tidak memberitahu siapa anda sebenarnya sebelum waktunya tiba. Hingga tanpa sengaja sepupu anda Grey Hrough Joqueb menghilangkan sebuah buku penting yang seharusnya dia berikan kepada anda".
Dhan yang masih tidak percaya memandangi sekali lagi sepupunya dari atas sampai bawah. "Jadi kalian adalah penyihir?" Pertanyaan polos Dhan membuat gelak tawa dari Grey dan Iren. "Anda juga penyihir tuan muda, namun manna yang ada dalam diri anda dikunci sementara oleh raja agar anda bisa hidup normal. Penduduk Trankvylian dianugerahi sihir yang sangat luar biasa oleh sang kuasa, setiap orang akan memiliki sihir utama dan sihir kembangan. Seperti Grey, dia memiliki sihir utama Api dan sihir kembangan yang cukup banyak seperti Perubahan, Penciptaan, dan maasih banyak lagi. Sedangkan aku memiliki sihir utama Ruang dan Waktu sehingga memudahkanku untuk berpergian antar dimensi. Jika anda penasaran dengan sihir apa yang ada pada diri anda, bukalah buku yang raja berikan pada anda di halaman terakhir. Disana terdapat mantera untuk melepaskan sihir yang ada pada diri anda".
Dhan langsung membuka buku yang diberikan olehnya pada halaman terakhir, dan disana dia menemukan sebuah mantra. "Bacalah apa yang ada disana". Iren memerintahkan Dhan untuk membaca tulisan yang ada pada lembar tersebut
Renskolia Herid Gromin, Horoush!
Tiba-tiba badan Dhan melayang dan mengeluarkan cahaya yang sangat terang, hingga membuat seluruh ruangan dipenuhi cahaya yang amat menyilaukan. Dhan merasa ada sesuatu yang mulai bergemuruh dan mengalir dalam dirinya. Buku yang ia temukan ketika disekolah tiba-tiba ikut melayang dan terbuka dengan sendirinya. Dari buku tersebut keluarlah sebuah pedang dengan manna cahaya yang mengitarinya. Selang beberapa detik suasana kembali normal. Dhan yang merasakan kejadian tersebut sangat tidak percaya.
Iren sangat takjub dengan apa yang ia lihat, akhirnya setelah sekian abad ia dapat melihat kembali sihir yang sangat kuat itu. "Sudah kuduga, anda pasti akan mewarisi sihir dari kedua orang tua anda. Sihir utama anda adalah Cahaya. Itu adalah sihir tingkat tinggi yang hanya dimiliki oleh mereka yang terpilih oleh alam". Grey juga merasa takjub dengan apa yang terjadi. Bahkan ia sampai tercengan dengan pemandangan yang ada didepannya.
"Setelah ini anda harus kembali ke alam Jruwa, tempat dimana anda berasal. Saya akan mengurus semua perpindahan anda, termasuk di sekolah. Minggu depan saya akan datang kerumah anda untuk berbicara dengan kedua orang tua anda". Dhan mengangguk, ini adalah takdir baru baginya. Sepertinya ia akan segera meninggalkan semuanya. "Tenang saja, anda masih bisa kembali untuk mengunjungi orang tua dan teman perempuan anda." Suasana hening. "Saya rasa semuanya sudah saya sampaikan. Untuk itu saya undur diri, karena ada pekerjaan yang harus saya urus, termasuk mengenai perpindahan anda". Iren merapalkan mantra dan membuka sebuah portal. "Silahkan anda masuk, setelah ini anda akan keluar di ruang dapur. Ucapkan salam terima kasihku kepada Knedy". Dhan mengangguk dan langsung masuk ke portal tersebut. Selang beberapa menit ia muncul tepat di depan lukisan dimana ia masuk tadi. Ia bergegas keluar dan menyampaikan salam Iren kepada Knedy dan bersegera pulang karena ternyata hari sudah mulai malam.
((

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LliythTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang