Kau,

113 17 2
                                    


"aku tidak mengkhawatirkanmu" ucap Yoongi begitu duduk di kursi tidak nyaman kepunyaan Taehyung, bukan sofa, tapi kursi. Setelah ia berjalan dengan santai seolah memasuki rumahnya sendiri.

"Sungguh," Tegasnya lagi begitu melihat Taehyung melewatinya dengan senyum jahil hendak mengambil beberapa minuman di dalam kulkas. Taehyung mengeluarkan beberapa minuman dingin tidak berakohol, tentu membuat Yoongi bergidik. "apa aku terlihat seperti seorang bocah sekolah dasar?" mengamati lekat dua botol susu pisang diatas meja, "aku bukan anak kecil yang akan pergi tidur" lanjutnya kesal. Taehyung tertawa ringan, menepis segala omongan tajam yang mengiris telinganga, ia yakin Yoongi sudah tahu jika di rumah ini tidak ada yang namanya alkohol.

"lain kali, sebelum aku melangkahkan kaki di rumahmu, aku akan membelinya sendiri" mengambil kasar satu botol susu diatas meja, menenggak nya tanpa ragu.

"apa kau berkelahi lagi dengan ibu mu?" Taehyung menyusul, melepaskan dahaganya sejak tadi.

"kau pikir ibuku laki-laki?, kami tidak berkelahi, tapi beradu mulut"

Taehyung mengerutkan dahinya, berpikir bahwa yang di katakannya juga memiliki arti serupa, tapi tidak ingin memperdebatkan hal kecil. Taehyung dan Yoongi membicarakan banyak hal sampai tidak terasa waktu terus berjalan. Sudah setengah jam lebih dan Taehyung mulai mengantuk.

"kau tidak ingin tidur, hyeong?" Raga Taehyung beranjak dari kursi, menguap sambil merenggangkan beberapa sendi yang kaku akibat lama meletakan bokongnya di situ. Yoongi berjalan menyusul Taehyung, menuju kamar yang sama.

...

Malam selalu sepi, hanya bunyi detik jarum jam menemani raganya yang mencoba terlelap dalam mimpi. Taehyung belum juga memejamkan mata, sejak beberapa menit sebelumnya mereka berbincang dengan suara samar. Namun, kedua mata nya sulit beristirahat. Taehyung menoleh kearah Yoongi, punggung kecil tapi terlihat kuat disebelahnya. "Kau sudah tidur, hyeong?"

Hanya suara pelan dan lemah seolah memberitahu; aku ingin tidur sebagai balasan.

"Aku tidak tau kau pindah ke kota, hyeong". Taehyung tidak menggubris erangan malas Yoongi sebelumnya, pikiran Taehyung kali ini hanya fokus pada satu pertanyaan yang mengganjal hatinya sejak lama. Ingin rasanya segera ia katakan pada Yoongi. Dan ia rasa hanya saat ini, ia memantapkan hatinya untuk bertanya. Walaupun Yoongi dalam kondisi setengah tidur.

"Tapi kenapa, saat itu kau tau aku..." seperti ada sesuatu yang besar di tenggorokannya, menghambat beberapa kata lagi sehingga sulit terucap. Seolah kata tabu yang tidak ingin Taehyung bicarakan, namun membuat hatinya berteriak. "Saat aku..." Taehyung mencoba menyelesaikan kalimatnya. Nihil, terlalu sulit.

Yoongi sadar, dengan jelas mengetahui arah dan maksud dari pertanyaan Taehyung. "Aku tau dari adikmu, bahwa kau akan bunuh diri." Jawab Yoongi samar-samar. Ucapannya begitu datar, kemudian menguap malas melelapkan diri, walau sebenarnya ia diam-diam menunggu reaksi Taehyung di belakangnya. Ia tau, ini bukan hal normal untuk dibicarakan.

Tidak ada respon, Yoongi menunggu suara dari balik punggungnya. "Aku tau kau tidak akan percaya" lanjutnya membalikan badan. Wajah kantuk Yoongi berubah, terkejut melihat teman masa kecilnya mengeluarkan cairan bening yang dibiarkan mengalir dalam redupnya malam.

Taehyung kini larut, rasanya seperti memperoleh sebuah emas di tengah Padang duri begitu menyesakkan. Tahu dari Jimin katanya?; perasaan Taehyung sesaat tercampur aduk, ia tidak bisa membayangkan apa yang baru saja Yoongi katakan. Ini bukan bahasan yang bisa dijadikan lelucon, dan Taehyung percaya Yoongi bukanlah orang yang dengan sengaja menjadikannya lelucon. "Apa.. maksudmu, hyeong?"

Lain dengan pikiran Taehyung yang kalut karena perkataannya, kedua mata Yoongi fokus pada cairan bening yang terus mengalir deras melalui pipi dan tidak sengaja membasahi bantal berwarna putih itu. Ini adalah ketiga kalinya ia melihat air mata Taehyung mengalir secara langsung, cahaya bulan yang tipis dengan sengaja meloloskan diri melalui kaca jendela membuatnya melihat jelas wajah yang memiliki luka dihati. Hal yang tidak bisa Yoongi tutupi.

Yoongi sepintas teringat akan air mata Taehyung yang mengalir deras saat ia tidak mampu untuk hidup tanpa Jimin, saat ia mencoba membebaskan diri dari belenggu yang terus menyalahkan dirinya.

Saat itu...

"Taehyung! Buka pintunya!" Kepalan tangan Yoongi tidak berhenti memukul daun pintu bercorak kayu itu. Suaranya bercampur dengan dentuman keras membuat bunyi bising. Dengan lantang ia terus memanggil si pemilik nama. Yoongi hanya berharap tidak ada kata terlambat untuk Taehyung yang akan bertindak gegabah didalam sana. Telinganya seakan panas mendengar seseorang disampingnya terus menangis sambil mengucapkan seribu permohonan.

Jimin terus memohon,
"Tolong selamatkan kakakku"

Kali ini Yoongi menggunakan bahunya, tidak ada cara selain membuka pintunya secara paksa. Beruntung pintu kamar yang memang terlihat tua seakan menjanjikan jika terus didorong sekuat tenaga.

Suara tangis di sampingnya berubah menjadi gema semu yang terdengar dari dalam. Suara tangis itu lebih keras, membuatnya lebih kuat lagi untuk mendorong. Sampai usahanya berhasil membobol pintu kayu tua itu, dan melihat sebagaimana pecahnya tangis Jimin disamping Taehyung yang tergeletak bersimbah darah.

"Jimin masih ada di sini, tepat disampingmu..". Dan tangan Yoongi terangkat, siap menghapus genangan air mata Taehyung yang mengalir semakin deras.

...tbc

[END] Come Back Home 2; kth-pjm-mygTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang