The Unseen - Chapter 2

273 10 2
                                    

Sekitar 5 menit berjalan, akhirnya kami sampai juga ke cafe yang Colton maksud. Pixie Cafe, nama yang cantik untuk sebuah cafe yang cantik. Cafe itu bercat coklat tua. Bangunannya tidak terlalu besar, tidak juga terlalu kecil. Papan nama cafe itu dihiasi lampu-lampu kecil berwarna-warni.

Aku dan Colton memasuki cafe itu. Saat memasuki pintu cafe itu, seorang wanita paruh baya mengucapkan selamat datang dan tersenyum kearahku. Cafe itu sangat sepi, hanya ada 3 orang lainnya selain aku dan Colton. Colton memilih tempat duduk yang terlihat nyaman dan aku hanya membuntutinya. Saat kami duduk, seorang pelayan wanita menghampiri kami dan menanyakan pesanan kami.

"Aku ingin coklat panas dan waffle. Bagaimana denganmu?" tanyaku kepada Colton. Colton hanya menggelengkan kepalanya, sedangkan si pelayan menatapku kebingungan.

"Coklat panas dan waffle saja?" tanya pelayan itu memastikan.

"Yup" jawabku.

Setelah si pelayan itu pergi, Colton menatapku tanpa mengatakan apapun. Aku membalas tatapannya dengan tatapan bingung.

"Ada apa?" tanyaku setelah kami lama bertatapan.

"Tidak, aku hanya bingung. Bagaimana caranya menjelaskannya kepadamu tanpa membuatmu panik"

"Jelaskan saja. Siapa kau, umurmu berapa, identitasmu, dan blablabla. Aku tidak akan panik walaupun kau adalah utusan alien yang dikirim untuk memata-matai manusia di bumi ini"

Aku mengatakan kata-kata yang tidak masuk akal lagi dan Colton tertawa. Aku baru bertemu dengannya sekitar 30 menit yang lalu dan aku sudah dapat membuatnya tertawa 2 kali akibat kalimat bodohku.

"Kau lucu sekali. Aku bukan alien, kau tenang saja. Bagaimana kalau kau perkenalkan dirimu terlebih dahulu?"

"Baiklah. Aku Adeline Evans. Umurku 16 tahun dan hampir 17 tahun pada bulan Februari nanti. Aku siswi SMA, aku bersekolah di Roosevelt High. Dan aku seorang manusia. Giliranmu"

"Aku Colton Hunter. Umurku 17 tahun. Aku juga siswa SMA, dan aku bersekolah di Garfield High. Dan aku...err...aku dulunya manusia"

"Dulunya? Maksudmu kau itu ha-"

Ucapanku terhenti karena si pelayan wanita itu kembali dan membawa pesananku. Ia meletakkan waffle dan coklat panasku di meja. Ia tersenyum kepadaku, dan aku membalas senyumannya. Setelah pelayan itu pergi, aku kembali berhadapan dengan Colton. 

"Kau itu hantu?" tanyaku sambil berbisik ke arah Colton.

"Lebih tepatnya arwah" mataku membesar karena terkejut ketika mendengar jawabannya. Tidak mungkin laki-laki yang sedang duduk di depanku ini adalah arwah atau hantu. Aku lebih senang jika ia adalah alien, atau zombie sekalipun.

"Tidak mungkin. Tidak mungkin. Tidak mungkin" aku menggeleng-gelengkan kepalaku, meyakinkan diriku sendiri bahwa Colton adalah manusia, sama sepertiku.

"Tadi kau bilang kau tidak akan panik"

"Aku tidak panik, hanya saja... aku tidak percaya. Buktikan kepadaku"

"Baiklah. Lihat aku"

Colton bangkit dari duduknya dan ia menghampiri pelayan yang tadi melayaniku. Ia mencoba berbicara kepada pelayan itu, tetapi pelayan itu tetap terdiam. Lalu ia berteriak tepat di telinga si pelayan, tapi pelayan itu tetap terdiam dan melanjutkan pekerjaannya.

Bagaimana bisa pelayan itu tidak mendengar Colton berteriak, padahal aku yang berada cukup jauh dengannya dapat mendengar teriakannya dengan jelas? Jadi, Colton benar-benar arwah?

The Unseen [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang