The Unseen - Chapter 5

321 11 2
                                    

Dimana aku?

Aku tidak dapat melihat dengan jelas karena pandanganku buram. Aku segera mengerjapkan mataku beberapa kali, mencoba memperjelas pandanganku. Perlahan-lahan pandanganku mulai jelas. Mataku melebar ketika melihat apa yang ada di sekitarku.

Ini surga. Demi Tuhan, aku berada di surga.

Tumpukan permen, coklat, lolipop, dan makanan manis lainnya berada di sekelilingku. Aku segera berlari mendekati salah satu tumpukan yang paling dekat denganku. Aku mengambil sebuah lolipop, membuka bungkusnya, dan menjilatnya. Rasa lolipop ini aneh, tapi enak sekali.

PLAK!

Seseorang memukul kepalaku. Langsung saja aku mengusap kepalaku dan membuka mataku. Kulihat sepasang mata biru memandangku. Untuk sesaat aku terperangkap dalam indahnya kedua mata itu. Sampai aku mengingat siapa pemiliknya.

"Ouch. Apa masalahmu, Colton? Mengapa kau memukulku?" tanyaku sambil terus mengusap kepalaku.

Aku melihat wajahnya dan yang kutemukan adalah ekspersi yang lucu. Jika aku tidak sedang kesal padanya, mungkin aku akan tertawa. "Kau masalahku" ucapnya.

Ada apa lagi dengan anak ini? Masih pagi seperti ini ia sudah membuatku naik darah. Dan ia juga telah membuatku terbangun dari mimpi indahku. "Bagaimana bisa aku menjadi masalahmu?" tanyaku.

Ku lihat Colton menunjuk pipi kirinya, "Kau menjilat pipiku, bodoh".

Aku terkesiap. "Apa? Aku tidak...tidak mungkin" aku berusaha mengingat-ingat mimpi indahku tadi, "...aku menjilat lolipop" gumamku. Jadi, tadi itu hanya mimpi? Dan lolipop yang ku jilat tadi itu pipi Colton? Sangat menjijikkan.

Kulihat Colton mengusap pipi kirinya dengan tangan. Aku mengamatinya dengan seksama. Bagaimana bisa ia terlihat begitu tampan ketika ia baru bangun tidur?

Aku mengalihkan pandanganku dari Colton dan beranjak dari tempat tidurku menuju kamar mandi untuk bersiap-siap ke sekolah.

*****

"Selamat pagi, Ade. Kau bangun lebih pagi hari ini" sapa ibuku begitu ia melihatku turun dari tangga.

Aku terseyum kearah ibuku, "Selamat pagi, Mom" lalu aku berjalan menuju meja makan. "Hmm, aku mencium bau pancake".

Ibuku berjalan menuju meja makan membawa dua piring pancake dan saus blueberry. Sarapan kesukaanku. Aku pun segera menyantap sarapanku bersama dengan ibuku. Setelah selesai, aku mencium kedua pipi ibuku dan berjalan keluar rumah, menunggu Claire menjemputku. Beberapa menit kemudian, aku sudah berada di dalam mobil merah Claire. Setelah aku masuk, Claire melajukan mobilnya.

"Ade, kau lebih pagi hari ini. Ada apa? Biasanya aku yang selalu menunggumu" Claire melayangkan pandangannya ke arahku, lalu kembali ke arah depan.

"Ya. Ada orang tidak waras yang memukul kepalaku sehingga aku terbangun". Begitu kata-kata tersebut keluar dari mulutku, aku teringat akan Colton. Aku meninggalkannya di kamarku.

Claire melayangkan pandangannya ke arahku lagi, "Apa?"

Aku baru menyadari bahwa kata-kata yang ku ucapkan tadi sangat tidak masuk akal. "Tidak. Maksudku, aku bermimpi ada orang tidak waras yang memukul kepalaku sehingga aku terbangun" aku berbohong.

"Kau aneh, kau tahu itu, kan? Terkadang aku bingung mengapa aku bisa berteman denganmu"

"Mungkin karena kau terlalu sayang padaku?" tanyaku sambil tersenyum.

"Mungkin" jawab Claire sambil menjulurkan lidahnya kearahku, lalu ia tertawa.

Sesampainya di sekolah, Claire memarkirkan mobilnya. Setelah itu kami keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu masuk Roosevelt High. Sekolah ini belum terlalu ramai karena ini masih pukul 7 lebih 20 menit, sedangkan bel berbunyi pukul 8.

Aku dan Claire berjalan menuju loker kami. Lokerku dan loker Claire bersebelahan, sungguh kebetulan yang sangat menguntungkan. Saat Claire sibuk mengambil buku-bukunya, pandanganku jatuh pada laki-laki yang sedang berdiri di depan lokernya yang tak jauh dari lokerku. Ia terlihat seperti model yang baru saja keluar dari majalah, padahal ia hanya mengenakan kaus hitam dan celana jins. Rambutnya terlihat sedikit berantakan, tetapi itu tak mengurangi ketampanannya.

Kulihat tangannya berada di dalam lokernya, mungkin ia sedang mengambil bukunya juga. Tiba-tiba ia mengalihkan pandangan dari lokernya ke arahku. Lalu mata hijaunya bertemu dengan mata abu-abuku. Aku mencoba membaca tatapannya, tetapi yang kutemukan adalah tatapan kosong. Tidak ada emosi apapun dalam tatapannya. Setelah beberapa detik, ia mengalihkan pandangannya dari mataku dan membanting pintu lokernya. Lalu berjalan pergi.

"Ade, mengapa kau tidak menyukai orang lain saja, sih?" pertanyaan Claire membuatku sedikit terlonjak.

Namanya Matthew Anthony Daniels. Kapten tim basket di Roosevelt High. Ia sangat populer, begitu juga kedua sahabatnya, Aaron dan Jesse yang merupakan anggota tim basket juga. Ia tidak berteman dengan siapapun, kecuali dengan kedua sahabatnya itu. Hampir 90% murid perempuan di Roosevelt High tertarik padanya.

Ya, kau benar. Aku salah satunya. Seorang kutu buku sepertiku menyukai laki-laki populer seperti Matt Daniels.

Klise, kan?

Menurut novel-novel yang ku baca tentang seorang kutu buku yang menyukai laki-laki populer, laki-laki itu akan mendekati si kutu buku lalu mereka menghabiskan waktu bersama dan tiba-tiba saja ia jatuh cinta dengan si kutu buku itu.

Oh betapa berbedanya novel dengan kisahku.

Satu lagi fakta tentang Matt Daniels, ia tidak berkencan. Berkencan bukanlah 'hobi' nya.

*****

Taaa-da! Chapter 5!

Vote/Comment/Fan!

unicorns! xoxo

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Unseen [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang