The Unseen - Chapter 3

271 14 3
                                    

Aku berjalan kaki menuju rumahku. Jalanan tampak sepi karena hujan deras yang tadi mengguyur. Hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang di jalanan yang biasanya ramai ini.

"Kau mau pergi kemana?" Ku dengar seseorang di sampingku bertanya. Saat aku menoleh ke arahnya, Colton berdiri di sampingku dan memandangku.

"Aku sudah bilang kalau aku ingin pulang. Mengapa kau mengikutiku?"

"Karena aku tidak tahu harus kemana dan kau adalah satu-satunya manusia yang bisa melihatku dan mendengarku"

*rewind*

Saat Colton membuktikan kepadaku kalau ia adalah arwah, aku hanya terdiam. Banyak pertanyaan yang muncul di kepalaku, seperti: Apakah ia masih hidup? Bagaimana aku bisa melihat dan mendengarnya, sementara orang lain tidak? Mengapa ia terlihat seperti manusia lainnya? Mengapa ia terlihat begitu tampan?

Aku menggelengkan kepalaku, mengabaikan pertanyaan yang terakhir. Colton pun kembali menuju meja kami dan duduk di tempatnya semula.

"Bagaimana? Apa kau masih tidak percaya kalau aku ini...arwah?"

Aku terdiam untuk beberapa saat. Aku percaya, tetapi aku juga tidak percaya. Akhirnya aku pun menjawab, "Aku tidak tahu. Aku ingin pulang"

Aku pun berdiri lalu berjalan menuju kasir untuk membayar waffle dan coklat panasku. Setelah itu aku berjalan keluar tanpa memedulikan Colton.

*end of rewind*

Ketika aku ingin menjawab perkataannya, kulihat seorang wanita yang berjalan di depanku menoleh ke arahku dengan tatapan bingung. Aku tidak mengerti kenapa- ah aku tahu. Wanita itu tidak bisa melihat Colton dan ia mengira aku berbicara sendiri. Aku menundukkan kepalaku dan meneruskan perjalananku, tentu saja Colton mengikutiku.

"Adeline"

Aku mengabaikannya dan terus berjalan.

"Adeline"

Abaikan dia, Adeline.

"Adelineeee"

Sekali lagi ia memanggil namaku, aku akan-

"Adeline Adeline Adeline Adeline Adeline Adeline Adeline Adeline!!!"

Kesabaranku habis dan akhirnya aku menoleh ke arahnya sambil berteriak, "Apa maumu?!"

"Umm, lihat. Wanita yang tadi berjalan di depanmu mempercepat langkahnya sambil sesekali menoleh ke arahmu" ucap Colton sambil menunjuk ke arah wanita itu. Saat aku melihat arah yang ditunjuknya, ternyata benar. Wanita itu berjalan lebih cepat dan sesekali menoleh ke arahku. Aku tahu, wanita itu pasti menganggapku sakit jiwa.

*****

"Kamarmu seperti kamar perempuan"

"Karena aku memang perempuan!"

Colton mengikutiku sampai ke kamarku. Aku sudah mengunci pintu kamarku, tetapi tak ada gunanya. Ia arwah dan ia bisa menembus dinding. Aku awalnya kaget saat melihatnya menembus dinding, tetapi saat melihatnya menyeringai ke arahku, aku sangat ingin memukulnya.

Colton berjalan menuju sofa yang berada di dekat tempat tidurku, lalu ia duduk di atasnya. Setelah itu dia berkata, "Aku akan tidur disini"

"Apa? Apakah arwah juga tidur?"

"Tentu saja. Aku juga butuh energi, kau tahu"

"Tapi kau tidak tidur disini!"

"Lalu aku tidur dimana?"

Rumahku tidak terlalu besar, tidak juga terlalu kecil. Hanya ada 3 kamar di rumah ini. Yang pertama adalah kamar ibuku, yang kedua adalah kamarku, dan yang ketiga adalah kamar tamu. Tetapi karena tidak pernah ada tamu yang menginap di rumahku, ibuku membuat kamar tamu menjadi gudang. Lalu sebuah ide muncul di kepalaku.

"Kau bisa tidur di gudang" ucapku sambil tersenyum.

"Apa? Kau membiarkanku tidur di gudang?"

"Gudangku tidak terlalu buruk"

"Ade, kumohon biarkan aku tidur disini. Aku tidak akan macam-macam, aku berjanji"

Aku berpikir sesaat. Seorang laki-laki akan tidur di kamarku. Tetapi dia itu arwah. Tetapi tetap  saja ia seorang laki-laki. Saat aku melihat ke arah Colton, ia memberikan tatapan memohonnya kepadaku. "Uh, baiklah. Kau boleh tidur di sofa itu"

Colton tersenyum dan aku membalas senyumannya. Aku baru mengenalnya beberapa jam yang lalu dan aku membiarkannya tidur di rumahku? Lebih tepatnya lagi, di kamarku? 

*****

A/N: HALOOOOOOOOOOOOO!

Thank you for reading this story! :)

Comment/Vote/Fan! Gracias<3

The Unseen [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang