Saka Arrabani Nathan

30 4 2
                                    

Mendewasa itu belajar menahan sakit, tidak berteriak saat luka, karena inilah yang tak mampu dilakukan anak anak, tak mampu terluka
Berdoalah :)

-N14f-

"Faa.. bangun ngapa ihh. Udah tengah bolong ini." Perempuan berpipi chuby dan berhijab maroon ini jengah melihat tingkah sahabatnya.

Menggoyangkan badan sahabatnya yg masih damai dalam tidurnya. "Dasar bocah tua . Mimpiin apaan lu Ampe tidur kek kebo gini."Meneriaki dengan kesal. Hayfa menggeliat. Senang menggoda sahabatnya.

"Mimpi malem pertama dongggg.." jawab Hayfa sekenanya. Bergerak duduk menarik bantal keatas pangkuannya. dengan mata masih terpejam. Senyum senyum tak merasa bersalah.

"Buseettt dah, mana bisaa." Heran menatap sahabatnya. "Gue tau lu ni lagi Dateng bulan. Sengaja bangun siang. Ninggalin sholat shubuh. Tapi jg ga bisa mimpi seenaknya lah.
Mana bisa mimpi begituan. Ngarang aja sih." Elak Salma panjang lebar.

Hayfa malah cengengesan. Sedikit lega semalaman habis bercerita panjang kali lebar bersama Salma sahabatnya. Lebih lebih Salma sahabat yg tidak hanya senang mendengar kan tapi juga memberikan saran yg bijak. Keluar begitu saja dari mulutnya yg bawel. Namun menenangkan. Memberi rasa nyaman.

Seperti katanya semalam,
"Hayfa Lu tuh dah gede, dah dewasa. Kaga seharusnya kaya gini. Nih denger ya Mendewasa itu belajar menahan sakit, tidak berteriak saat luka, karena inilah yang tak mampu dilakukan anak anak, tak mampu terluka.
Lu cukup berdoa. Berdoalah :)

"Ehh.. malah diem.. jgn tidur lagi ihh Faa.." mandi sana!!!" Suruhnya paksa.

Hayfa mendelik lalu menurut turun dari kasur. Melempar bantal yg berhasil dia beri tanda kepemilikan. Pulau Iler namanya.  Hehe.." gumamnya senang dalam hati.

Bergegas lari ke kamar mandi ketika melihat respon Salma yg akan mengomel kembali tertimpuk bantal tadi.

"..hayfaaaa aseeemmm..." Teriak Salma kesal. Sembari membereskan tempat tidur itu.

Sejatinya Salma sedih melihat kisah hidup sahabatnya. Betapapun hancurnya Hayfa dia tidak boleh terpuruk. Dia harus menguatkan. Walaupun sejujurnya dia juga butuh dikuatkan. Tapi baginya Hayfa lebih harus di utamakan. Salma tak ingin melihat air mata sahabatnya. Tak ingin melihat Hayfa bersedih lagi.
Begitu niatnya. Mantap.

****

"Tadi Ummi telfon ke mamah Faa," memecah keheningan Hayfa yg asik tenggelam membaca novel nya. Hayfa hanya melirik. Kembali fokus. Atau mungkin hanya pura-pura fokus.

"Kesian ummi, ampe nangis segukan. Mamah juga ceritanya Sampe sedu gitu." Salma coba mengompori. Ingin mereka berdamai. "Lagian kan lu ga tau kisah sebenarnya tuh kek gimana??" Lu cuma tau bokap pergi dan alesannya apa??" Lu ga tanya sama ummii kena..."

"Udah ya Sal, "Hayfa geram memotong kebawelan sahabatnya. "Gue lari dari sana karna g mau dulu ngomongin ini. Gue cuma butuh tenang dulu. Nenangin ego gue."Menatap Salma kesal. Raut wajah nya datar. Menahan emosi.

"Iiyaa..iyaa sabar Bu sabaar.." Salma mendekat mengelus dada sahabatnya. "Maaf yaa maaf, oke kanjeng ratu yg kalau marah bikin dunia kacau balau. Sekarang mending baca lagi deh ya." mendudukkan paksa Hayfa. menenangkan.

Hayfa menurut. Jadi terduduk lemah. Meraih kembali novel yg tergolek begitu saja.

"Oh ya faa btw semalem lu bilang ketemu lagi sama cowo itu..?" Tanya Salma beralih topik. "Cowo yg mana maksud lu??" Mencairkan suasana. Duduk samping Hayfa ikut membaca buku yg tempo hari di belinya.

"Cowo yg waktu itu gue salah ambil hp dia, di toko buku itu lohh" jawabnya datar.

"Wuih si ganteng itu?? Iky Nazar kw mksd lu?? " Tanya perempuan berpipi chubby itu antusias. Hayfa hanya mengangguk. Mengiyakan. "Ko bisa sih?? Terus terus gimana?? Lu tukeran nomer wa ga?? Nanyain gue ga?? Pasti nanya kan?? " cecarnya.

Bestie JulidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang