Lelaki itu terus menangis, entah berapa menit lagi Juyeon harus menunggunya berhenti menangis. Ia tidak tau bagaimana cara menghentikan pria itu menangis.
"Aku pernah gagal, dan aku tidak pernah menyesalinya." ucap Juyeon membuka suara.
Lelaki di sampingnya berhenti menangis dan menatap Juyeon.
"Tidak ada yang salah dari kegagalan, hanya saja bagaimana cara kamu menanggapi hal tersebut,"
"Aku tau ini mungkin sangat sulit bagimu, tapi apakah kamu tidak mencoba untuk bangkit? Apakah kamu akan terus-menerus menangisi kegagalan mu hingga malam hari? Itu tidak berdampak apa-apa." lanjut Juyeon.
"Ini adalah perlombaan terakhir yang aku ikuti," ucap lelaki itu membuka suara.
"Butuh waktu yang sangat lama untukku bisa bermain biola kembali, tapi hari ini semua hancur begitu saja." isaknya yang membuat hati Juyeon sesak.
"Kau tidak akan pernah men-"
"Hyun.., oh rupanya disini," potong seorang lelaki berlesung pipi yang baru saja menghampiri keduanya.
"Kau disuruh membantu ayahmu, hari ini orderannya sangat banyak." tambah lelaki itu dan sedikit menatap sinis Juyeon.
Lelaki yang berada di samping Juyeon menganggukan kepalanya dan bergegas pergi.
"Oiya, aku Lee Jaehyun atau biasa dipanggil Hyunjae, dan kau?" tanya Hyunjae sebelum benar-benar pergi.
"Aku Lee Juyeon." ucap Juyeon sembari tersenyum.
----
Juyeon akhirnya memutuskan untuk pergi ke food court, perutnya sudah sangat lapar. Ia baru ingat bahwa ia belum sarapan hari ini. Akhirnya ia memutuskan untuk membeli ramen yang ada pada dekat pohon tersebut.
"Oh, di sini rupanya." ucap lelaki yang nampak tak asing bagi Juyeon, yang tidak lain adalah seorang yang menjemput Hyunjae di roof top tadi.
"Ada apa?" tanya Juyeon kebingungan.
"Aku kira kau sudah mati, ternyata kau masih hidup ya." ucap lelaki itu menghela nafas kasar.
Juyeon kebingungan, apa maksud dari lelaki ini hingga ia mengatakan hal tersebut padanya.
"Lee Juyeon, kakak dari seorang adik yang bernama Lee Minho, seorang pianis ternama yang bahkan tidak peduli akan kematian adiknya sendiri."
Juyeon mengepalkan tangannya penuh amarah, "Apa maksudmu?"
"Harusnya aku yang bertanya, Apa maksudmu datang kesini? Setelah semuanya berakhir kau datang begitu saja seperti tidak ada dosa, lalu apa yang kau inginkan dari Hyunjae?" tanya lelaki itu penuh penekanan.
"Kau ini siapa?" tanya Juyeon kebingungan.
"Aku Ji Changmin, sahabat dari Minho dan Hyunjae."
"Okey, Changmin aku hanya meluruskan saja, aku datang kesini untuk mencari keadilan bagi adikku yang tewas begitu saja dan aku butuh Hyunjae sebagai petunjuknya." ucap Juyeon panjang lebar.
"Keadilan ya? Selama ini kau kemana saja? Lee Juyeon, ini sudah hampir satu tahun bahkan orang mungkin sudah lupa tentang kasus ini,"
"Dan satu lagi, jangan melibatkan kembali Hyunjae dalam kasus ini, ia sudah mengalami hal yang sangat sulit, dan kau harus tau dia bahkan dituduh sebagai pembunuh Minho sedangkan dia sendiri adalah korban, bahkan dia terkena amnesia setelah kejadian tersebut." ucap Changmin panjang lebar.
Sekarang hanya sebuah penyesalan yang ada pada diri Juyeon, ia tidak tau lagi harus bagaimana. Ia pikir saat memutuskan untuk pindah ke LA untuk berkuliah akan membuat semua baik-baik saja, ternyata tidak. Ia bahkan mengalami masalah yang sangat besar, ayahnya berjudi hingga terlilit hutang, hingga ibunya yang sekarang harus dilarikan ke rumah sakit jiwa, dan adiknya yang tewas tanpa sebab.
"Changmin, mau kah kau membantuku menyelesaikan kasus ini?" tanya Juyeon melembut.
"Selama ini aku selalu sendirian dalam menangani kasus ini, dan aku sudah lelah." ucapnya.
"Ini emang semua salahku, seharusnya aku tidak egois untuk pergi kuliah ke LA dan meninggalkan mereka semua." sesal Juyeon.
"Tidak ada yang perlu disesali, semua nya sudah terjadi, aku balik dulu." ucap Changmin pergi meninggalkan Juyeon.
"Changmin, bolehkah aku mendapat nomor handphone Hyunjae?" tanya Juyeon sebelum Changmin benar-benar pergi.
"Untuk apa?"
"Aku rasa Hyunjae juga perlu keadilan, bahkan dia sendiri merupakan korban, dan aku butuh sebuah informasi darinya." cicit Juyeon.
"Bukankah aku sudah bilang untuk tidak melibatkannya kembali." ucap Changmin sebal.
"Bagaimana caranya dia dan Minho mendapatkan keadilan bila ia sama sekali tidak melakukan sebuah tindakan, jika kau tidak ingin membantu tidak apa, aku akan berjuang sendiri."
Changmin terdiam, yang dikatakan Juyeon benar adanya. Jika tidak ada sebuah tindakan mungkin arwah Minho juga tidak akan tenang, dan Hyunjae pasti dirundung rasa bersalahnya.
"Changmin, aku berjanji akan melindunginya, ini bukan hanya untuk Minho tetapi untuk Hyunjae juga." ucap Juyeon penuh keyakinan.
"Aku tidak akan memberi nomor handphone tanpa seizin orang yang bersangkutan, jika kau benar-benar ingin melindunginya datanglah ke toko roti dan mintalah sendiri." ucap Changmin lalu pergi meninggalkan Juyeon.
.
.
.
.don't forget to vote!♡
KAMU SEDANG MEMBACA
CLANDESTINE || JuJae [The Boyz]
Fanfiction[𝐂𝐋𝐀𝐍·𝐃𝐄𝐒·𝐓𝐈𝐍𝐄] /klanˈdestən,ˈklandesˌtīn/ kept secret or done secretively, especially because illicit. "A lump of steel, like a shooting star. Just seeing the same sky as you makes familiar scenery look different. I swing between hope an...