Sesuai ucapan Changmin, akhirnya Juyeon pergi ke toko roti milik Hyunjae. Ia tidak berharap lebih jika Hyunjae ingin membantunya, pasalnya Hyunjae sendiri sedang amnesia. Mana mungkin ia mengingat hal itu.
"Selamat pagi." sapa Hyunjae tersenyum cerah.
"Uhm, pagi.." ucap Juyeon menetralkan detak jantungnya, bagaimana bisa ia sangat gugup seperti ini.
"Oh, kamu..." ucap Hyunjae berusaha mengingat nama Juyeon.
"Juyeon, Lee Juyeon." ucapnya tersenyum.
"Oh, hahaha maaf ya aku sedikit lupa." ucap Hyunjae menggaruk tenguknya canggung yang dibalas senyuman oleh Juyeon.
"Aku pesan cheese cake oreo dengan teh hangat." ucap Juyeon yang diberi anggukan oleh Hyunjae.
Tidak memerlukan waktu yang lama, akhirnya Hyunjae datang sembari membawa pesanan yang dipesan Juyeon.
"Silahkan." ucapnya
"Terimakasih, Hyunjae boleh bicara sebentar?" tanya Juyeon.
Hyunjae kemudian mengangguk lalu menarik bangku yang ada didepannya dan berkata, "Uhm Juyeon maaf, aku belum mencuci sapu tanganmu, jika kau ingin mengambilnya datanglah besok."
Juyeon lalu tersedak dengan apa yang dibicarakan Hyunjae, dia tidak mengerti kenapa ada orang sepolos ini. Bahkan Juyeon telah melupakan sapu tangannya itu.
"Tidak apa, aku tidak ingin membicarakan sapu tangan, aku hanya ingin—"
"Hyunjae!" teriak sang Ayah dari kejauhan.
Mendengar hal tersebut Hyunjae lantas mengisyaratkan Juyeon untuk pamit meninggalkannya sendirian.
"Lihat apa yang telah kucingmu perbuat!" seru Ayah Hyunjae.
"Astaga..." ucap Hyunjae terpaku lemas, piano satu-satunya dirusak oleh kucingnya sendiri.
Mendengar hal tersebut lantas Juyeon menyusul keberadaan Hyunjae. Dan diliatnya sebuah pemandangan yang sangat tidak mengenakan, dan sangat berantakan.
"Aku bisa membenarkannya, ini tidak terlalu parah." ucap Juyeon.
Juyeon lantas segera membenarkan piano milik Hyunjae, tidak perlu waktu yang begitu lama baginya. Piano pun kembali seperti semula.
"Terimakasih, aku berhutang banyak sekali denganmu." ucap Hyunjae.
"Tidak apa, sekarang coba kita cek nadanya." ucap Juyeon lalu menekan tuls piano tersebut.
Tambah ia sadari, Juyeon memainkan liszt la campanella. Jarinya sangat telaten dalam menekan tuls piano. Pengunjung pun dibuat kagum olehnya. Terlebih Hyunjae yang sangat tidak percaya bahwa orang yang ia temui di roof top gedung opera adalah seorang pianis yang handal.
Pemainan terhenti begitu saja, Juyeon teringat sebuah kejadian di mana ia pernah mengalami sebuah hal yang buruk. Pengunjung pun terlihat bingung. Tangan Juyeon bergetar, perasaan ini sama persis dengan yang pernah ia alami sebelumnya.
"Juy..." cicit Hyunjae pelan.
Juyeon lantas berdiri dan pergi meninggalkan Hyunjae yang tengah menggendong kucingnya. Hyunjae lantas segera mengejarnya tetapi Juyeon menghilang begitu saja tanpa adanya jejak. Hyunjae akhirnya memutuskan untuk membersihkan meja yang Juyeon pakai dan tersadar, ada sebuah nomor handphone pada selembar tisu.
————
Tanpa pikir panjang setelah selesai menyelesaikan tugasnya Hyunjae lantas menghubungi nomor tersebut dengan sebuah pesan.
Ini mungkin sedikit aneh bagi Hyunjae menghubungi orang asing yang baru dikenalnya di sebuah roof top gedung opera, tetapi entah kenapa dia sangat khawatir.
————
'Tring...'
Sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal membuat Juyeon melirik sekilas.
Setelah menganggurkan chat beberapa menit, Juyeon akhirnya tersadar bahwa seseorang dengan nomor yang tidak dikenal mengirimnya sebuah pesan yang sangat singkat ialah tidak lain dan tidak bukan adalah Hyunjae.
Dan kini sebuah senyuman terlukis diwajah Juyeon.
.
.
.
.don't forget to vote!♡
KAMU SEDANG MEMBACA
CLANDESTINE || JuJae [The Boyz]
Fiksi Penggemar[𝐂𝐋𝐀𝐍·𝐃𝐄𝐒·𝐓𝐈𝐍𝐄] /klanˈdestən,ˈklandesˌtīn/ kept secret or done secretively, especially because illicit. "A lump of steel, like a shooting star. Just seeing the same sky as you makes familiar scenery look different. I swing between hope an...