Setelah beres-beres rumah milik cowok yang ngaku-ngaku akan menjadi Om nya, Jennie akhirnya sampai di rumah. Gadis itu langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tengah, Jennie meringis saat merasakan pinggang nya nyeri dan kedua bahu nya dilanda pegal luar biasa.
"Gila... pertama kalinya gue ngepel ruangan sekotor itu!" umpat Jennie sembari menyembunyikan wajah cantiknya pada kedua tangan.
Jennie itu gadis yang sangat anti dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Jennie itu ga pernah beres-beres kamar, apalagi mengepel rumah seperti yang dia lakukan tadi. Mengerjakan pekerjaan berat seperti tadi siang membuat Jennie tentu saja banyak mengeluh. Hal tersebut terjadi karena kedua orangtua nya selalu saja memanjakan Jennie dengan segala macam kemewahan, sehingga Jennie tidak pernah merasa bertanggungjawab untuk merapikan atau membereskan rumah, karena semua nya sudah dikerjakan oleh asisten rumah tangga. Ditambah lagi, sebagai anak satu-satunya tentu Jennie punya segala macam fasilitas yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun selain kedua orangtua nya.
"belum mandi kamu?" tiba-tiba suara Papa menyita perhatian Jennie yang sedang kelelahan diatas sofa.
Jennie terperanjat kaget, ia mengira kalo sang Papa masih ada diluar negeri untuk urusan bisnis. Kenapa malam ini ada di rumah?
Jennie langsung saja bangun dan memasang tampang cerah dihadapan Papa nya yang baru saja duduk di sofa tepat disamping Jennie.
"hehe.. Papa... kapan pulang?" tanya Jennie sembari merangkul lengan Papa nya, Papa tersenyum kecil.
"tadi siang Papa pulang. Kamu dari rumah nya Lisa, gimana belajar nya?"
Jennie memaksakan senyumnya, takut juga kalau ternyata Papa nya ini tahu Jennie itu tidak pernah mengadakan belajar kelompok bersama kawan-kawan nya, bahkan tiap malam Jennie selalu beralasa belajar hanya untuk clubbing.
"eh.. belajar nya, lumayan Pah... hehe..."
"jangan terlalu keras belajar yaa.. kamu sebaiknya masuk bimbingan belajar swasta aja, jadinya ga perlu ke rumah temen. Kalian bisa daftar barengan kalau mau, bimbel itu biar lebih efektif karena ada guru nya" peringat Papa pada Jennie.
Jennie lagi lagi tersenyum canggung, "Hehe tapi kalo sama temen lebih seru pah.. bisa sekalian sharing juga materi belajarnya... kalo sama guru malah ga bisa..."
"si mamah kemana pah?" tanya Jennie mengalihkan pembicaraan.
"Mama lagi dikamar, udah sana.. kamu mandi dulu, terus tidur. Besok papa anterin kamu ke sekolah, sekalian mau ketemu sama wali kelas kamu"
"eh? Papa... ngapain.. ketemu wali kelas nya Jennie?" ucap Jennie gagap, ketakutan mulai menyerang dirinya saat Papa mulai ikut campur urusan sekolah. Jennie sudah tidak bisa berkutik kalau sampai Papa nya tahu dia tidak masuk universitas yang dimaksud sang Papa.
"yah... tanya tanya tentang kamu dong di sekolah... rasanya papa itu ga perhatian sama studi kamu.. kebetulan Papa lagi senggang, dan urusan bisnis luar negeri udah rampung kemarin." Balas Papa tenang, tanpa menaruh curiga apapun dengan perubahan ekspresi Jennie.
.
.
.
Bisa gila Jennie kalau sampai wali kelas memberitahukan fakta tentang nya pada Papa yang hanya tahu kalau Jennie adalah anak penurut dan rajin belajar. Meskipun Jennie tidak pernah berbuat onar didalam sekolah, tapi Jennie bukanlah siswa teladan yang selalu saja Papa dan Mama nya harapkan. Jennie sering bolos bimbel sekolah, Jennie juga sering bolos jam pelajaran tertentu. Tapi karena kehadiran Dara sebagai salah satu wali nya dan seorang guru di sekolah, Jennie selalu berhasil selamat atas pertolongan Dara.
KAMU SEDANG MEMBACA
With Queen B (Mino x Jennie)
FanfictionMino si cowok tipikal perfeksionis bertemu dengan Jennie yang justru kebalikan dari tipe idealnya.