06

241 50 1
                                    


"weekend ini gue bakal tampil di Club Blue Dragons. Lo sama Jennie bisa dateng kan?" Dean yang sudah bersiap untuk pergi sore itu menuju tempat latihan nya pun pamit pada Mino, sepupu sekaligus pemilik rumah nya.

Jennie tersenyum cerah mendengar tawaran Dean, namun langsung cemberut saat Mino menolak halus undangan sepupu nya.

"Engga dulu deh... hehe... sekarang lagi sibuk sama Tugas Akhir. Ga bisa main..."

Jennie menatap Mino dengan tampang kecewa, tangan Jennie tanpa sadar menarik ujung kaos yang dikenakan Mino sebagai bentuk protes.

"Kenapa? Gue bisa kok... dateng sama temen-temen gue!" bisik Jennie pada Mino.

Mino berdecak pelan kearah Jennie sambil diperhatikan oleh Dean yang sejak tadi mengulum senyum kearah mereka berdua yang terus menerus bertengkar.

"yang di undang itu gue, bukan lo... udah sana lu ke belakang, beres-beres dapur"

"haha.. santai aja Jen, kamu bisa dateng juga kok kalo sempet, nanti dateng aja terus bilang kalo Dean yang kasih undangan ekslusif" ujar Dean pada Jennie sambil menjatuhkan tepukan pelan di bahu kecil gadis itu.

"lo juga no, jangan gitu banget sama calon pacar" tambah Dean pada Mino.

"dih.. siapa juga yang calon pacarnya dia!" bukan Mino yang menjawab, melainkan Jennie yang langsung tidak terima disebut-sebut sebagai calon pacar Mino.

Obrolan mereka pun harus terhenti karena mobil yang ditugaskan untuk menjemput Dean sudah datang, Dean pun pergi dengan menumpang mobil tersebut. Jennie melambaikan tangan nya dengan manis kearah Dean yang sempat tersenyum dulu kearah nya. Sementara Mino yang ada disampingnya menatap Jennie dengan terheran-heran.

"norak banget lu, baru liat cowok ganteng?"

Jennie menyebikan bibirnya, "IYA, kenapa? Iri bilang boss!"

"idih..."

Jennie masuk begitu saja kedalam rumah, seolah rumah besar itu adalah tempat tinggal nya sendiri. Gadis itu pun beralih ke dapur dan merapikan dapur sesuai permintaan Mino. Ia menaruh semua cucian perabotan kotor keatas tempat cuci piring dan mulai mencuci dengan perasaan jengkel.

"lah.. kenapa gue jadi nyuci piring begini... hah, jangan-jangan jiwa jiwa babu gue mulai terbentuk!" jerit Jennie pada dirinya sendiri.

.

.

.

Karena waktu sudah cukup malam dan cuaca pun tidak mendukung untuk Jennie pulang sendirian ke rumah, akhirnya Mino dengan berbaik hati mengantarkan gadis itu pulang ke rumah nya. Awalnya Jennie menolak, tapi Mino bilang dia tidak mau menjadi majikan yang tidak bertanggung jawab terhadap pembantu nya.

Meskipun Jennie agak menyebalkan, tapi Mino cukup terkesan dengan mie instan dan minuman dingin yang dibuat gadis itu. Makanan yang dibuat Jennie cukup enak biarpun mengandalkan bumbu-bumbu dan penyedap rasa yang serba instan, paling engga Jennie ini lumayan baik dalam menyampurkan bahan masakan, tidak seperti Mino yang memang sangat tidak berbakat dalam urusan dapur.

"eh.. lo ga punya cita-cita apa?"

Jennie menoleh kearah Mino yang tiba-tiba saja mengajaknya mengobrol.

"punya lah.."

"jadi apaan?"

"RATU!"

"pfftt... buahahahaha...." Mino ngakak mendengar jawaban Jennie, gadis itu mendelik tajam melihat tawa ngakak Mino yang dua kali lipat lebih menyebalkan.

With Queen B (Mino x Jennie)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang