Bab 1 Tentang Ayah dan Ibu

1K 36 13
                                    

• 26 Januari 1995 secara resmi Candrakumara dan Narashima menikah, 2 insan yang dipertemukan di kedai kopi daerah Jakarta.

Pertemuan tersebut berawal ketika Narashima menanyakan alamat kepada Candrakumara yang kala itu sedang duduk santai di kedai kopi.

***

"Permisi, selamat siang" ujar Narashima kepada Candrakumara

Namun Candrakumara tidak menghiraukan siapa yang memangil.

"Permisi, selamat siang tuan" ujar Narashima sekali lagi.

"Heh anak muda, ada yang memanggil dirimu" ujar pemilik warung.

"Huh, ada a... pa" ujar Candrakumara sambil menoleh ke belakang dan terkagum-kagum dengan paras cantik Narashima.

"Eh iya, ada yang bisa saya bantu" ujar Candrakumara.

"Disini masjid terdekat di mana tuan?" Tanya Narashima kepada Candrakumara.

"Mas.... jid ya" jawab Candrakumara.

"Iya tuan masjid" ujar Narashima.

"Oh itu, di depan sana" jawab Candrakumara sambil menunjukkan tempat yang di tuju.

"Terima kasih tuan" ujar Narashima.

"Iya, sama-sama nona" jawab Candrakumara sambil memandangi wajah cantik nan rupawan wajah Narashima.

Setelah bercakap-cakap menanyakan Masjid terdekat, Narashima pun beranjak dari kedai kopi untuk ke Masjid

Namun, setelah beberapa langkah Narashima berjalan. Tiba-tiba Candrakumara memanggil Narashima.

***

"Nona... Nona.... tunggu saya" panggil Candra dari kedai kopi.

Narashima pun menoleh, ketika ia tahu yang memanggil itu tuan yang memberi tahu dia tadi. Narashima memutuskan untuk berhenti.

"Ada apa tuan?" Tanya Narashima ketika Candrakumara sudah tiba di tempat pemberhentiannya.

"Tidak apa-apa, saya juga mau ke Masjid" jawab Ayah dengan perasaan gugup.

"Oh iya nama nona siapa?" Tanya Candrakumara kepada Narashima.

"Nama saya Narashima" jawab Narashima.

"Nama yang cukup bagus, tapi kok namanya seperti nama China" tanya Candrakumara dengan penuh keheranan.

"Oh perihal itu, saya memang berasal dari China, namun saya menetap di Indonesia sekitar 10 tahun yang lalu." Penjelasan Narashima atas pertanyaan Candra.

"Tapi kok, masih menanya di mana masjid terdekat?" tanya Candra yang masih penuh keheranan.

"Iya saya, baru hari ini di Jakarta. Selama ini saya dan keluarga tinggal di daerah Tanggerang" penjelasan Narashima.

"Oh, begitu" jawaban singkat Candra.

"Iya, kalau kamu?" Tanya balik Narashima.

"Saya Candrakumara" jawab singkat Candra.

Dan tak terasa berbincang-bincang mereka berdu'a sampai di Masjid.

"Alhamdulillah sampai juga" ujar Candra.

"Alhamdulillah" timpal Narashima.

Pertemuan antara Candrakumara dan Narashima tidak berhenti hari itu saja, namun beberapa kali, bahkan setiap memasuki waktu sholat. Hingga keduanya saling menaruh rasa suka.

Namun jauh sebelum itu, dipertemuan ke tiga. Candrakumara dengan berani menanyakan alamat di mana Narashima tinggal.

***

"Narashima, kalau boleh tahu alamat tinggal kamu di mana?" Tanya Candrakumara sambil meremas tangannya untuk menghikangkan rasa gugupnya

"Itu di depan foto copy" jawab Narashima yang sambil menunjukkan tempat ia tinggal yang berjarak 10 meter dari masjid. Dan tak jauh ketika Narashima bertanya kepada Candrakumara.

"Wah berati dekat dong, kalau saya masuk dari kedai kopi tersebut, dan terpisah 8 rumah dari kedai kopi itu" jawab Candra walaupun Narashima tidak bertanya.

Perkenalan Candrakunara dan Narashima cukup cepat, sekitar 10 hari dari pertemuan. Hingga Candrakumara menghampiri rumah Narashima dan memutuskan untuk menikah dengan Narashima.

***

"Assalamualaikum" salam Candrakumara di depan pintu rumah Narashima.

"Waalaikumussalam" suara lelaki agak tua yang menjawab salam Candrakumara.

"Ada apa nak?" Jawab pak yang agak tua tersebut.

"Saya ingin menemui Ayah dari Narashima" jawab Candrakumara.

"Saya Ayahnya, silahkan masuk" jawab lelaki itu yang merupaka Ayah Narashima.

"Ada apa, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Ayah Narashima.

"Sebelumya saya memperkenalkan diri saya dulu, saya ayah Candrakumara, ini istri saya dan ini Candrakumara" jawab Ayah Candra.

"Jadi maksud kedatangan kami di ke sini ingin melamar putri bapak, yakni Narashima" lanjut Ayah Candrakumara.

"Narashima.... Narashima..." panggil Ayah Narashima kepada Narashima.

"Iya yah" timpal Narashima dari dalam kamar.

Akhirnya Narashima keluar dengan megenakan gamis diikuti dengan mengenakan jilbab.

"Eh ada Candrakumara" jawab kaget ketika melihat di ruang tamu sudah ada Candrakumara.

"Iya nih" jawab Candrakumara sambil tertawa kecil.

Tanpa bercakap panjang, Narashima bertanya kepada Ayahnya.

"Ada apa ini yah" tanya Narashima dengan Ayahnya.

"Jadi begini nak, mereka ini datang kesini untuk melamar kamu" jawab Ayah Narashima.

"Melamar" jawab kaget Narashima.

"Iya jadi bagaimana Narashima?" Tanya Candrakumara.

Tanpa menunggu waktu lama. Narashima akhirnya menerima lamaran Candrakumara.

"A... ku ma... u" jawab Narashima sambil berbicara patah-patah.

Mendengar jawaban itu, Candrakunara riang bukan kepalang.

Singkat cerita pada 26 Januari 1995 secara resmi Candrakumara dan Narashima reami menjadi suami istri.

***

Setelah menikah banyak sekali tantangan Candrakumara dan Narashima. Antara lain, Ayah dan Ibu Narashima meninggal dunia, tepat setelah 3 bulan Candrakumara dan Narashima menikah.

Ayah Dan Ibu meninggal, ketika mereka ingin pergi ke Tanggerang. Di mana mobil Ayah dan Ibu Narashima bertabrakan dengan mobil truck yang sedang mengebut.

Seminggu dari itu, Ayah Candrakumara menghembuskan napas terakhir karena sakit yang dideritanya. Dan berselang 1 tahun pernikahan Ibu Candrakumara pun meninggal dunia.

Namun tantangan terbesar Candrakumara dan Narashima adalah, hingga satu tahun pernikahan Narashima belum juga hamil.

Begitupun di tahun kedua pernikahan, namun tepat pada di hari pernikahan ketiga Candrakumara dan Narashima terdapat tanda-tanda bahwa Narashima hamil.

***

"Ayah, kok Ibu hari ini mual-mual terus ya?" tanya Ibu kepada Ayah.

"Memang Ibu tidak sedang sakit?" tanya balik Ayah.

"Belum tahu, tapi kayaknya nggak yah" jawab Ibu.

"Apa jangan-jangan Ibu hamil yah?" jawab Ibu dengan terkeaannya.

"Mungkin iya bu" Ayah yang juga ikut menerka-nerka.

"Kalau begitu kita ke rumah sakit sekarang" lanjut Ayah.

"Baik yah" jawab Ibu.

Sesampai di rumah sakit, Ayah langsung menemui Dokter yang merupakan teman sekaligus langganan keluarganya tatkala ingin berobat.

"Selamat siang Dok" sapa Ayah yang sudah memasuki ruangan Dokter.

"Selamat siang, eh Candra, apa kabar?" Jawab Dokter sembari menanya kabar.

"Alhamdulillah baik" jawab singkat Ayah.

"Puji tuhan" jawab Dokter tersebut.

Candrakumara dan Dokter memang sudah berkawan cukup lama, semenjak Ayah dan Ibu sering berobat dengan Dokter tersebut.

Walaupun keduanya memiliki perbedaan agama, namun keduanya tetap menganggap teman bahkan sesekali mereka beranggapan mereka bersaudara.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Dokter.

"Oh iya, tolong periksa Istri saya, dari tadi dia mual-mual mungkin dia sakit" jawab Ayah.

"Baiklah, mari bu berbaring di ranjang sana" jawab Dokter sambil menunjuk tempat ranjang rumah sakit.

"Baik Dok" jawab Ibu.

Setelah menunggu sekitar 5 menit, akhirnya mereka kembali ke tempat duduk. Dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

Namun belum sempat Dokter dan Ibu duduk, mereka disambut oleh Ayah dengan sejuta pertanyaan.

"Bagaimana keadaan Istri saya Dok?, apakah dia baik-baik saja?, atau bagimana?" Pertanyaan yang muncul dari benak Ayah.

"Istri bapak tidak apa-apa, karena Istri bapak sedang hamil." Tegas Dokter.

"Apa hamil" jawab Ayah dengan kaget.

"Alhamdulillah Ya Allah" lanjut Ayah.

Inilah kejutan di pesta pernikahan ketiga Candrakumara dan Narashima, mereka mendapatkan kado terindah yang diberikan Allah kepada mereka. Yakni Narashima hamil.

***

Si Anak Cacat [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang